Imam Qurthubi.rhm

Imam Qurthubi, di dalam tafsirnya berkata:

Seorang peziarah hendaknya mendatangi makam yang dia kenal (yang dituju), dari arah wajahnya (membelakangi kiblat) dan segera mengucapkan salam kepadanya.  Sebab, menziarahi makam seseorang adalah seperti bercakap-cakap dengannya semasa hidup.  Jika masih hidup, kita akan berbicara dengan menghadapkan wajah ke arahnya, maka setelah wafat, hendaknya kita melakukan hal yang sama dalam menziarahinya.[1]

 

            Salam yang kita ucapkan ketika memasuki kompleks pemakaman merupakan salam umum.  Oleh karena itu, ketika berada di depan makam, kita disunahkan untuk mengucapkan salam sekali lagi bagi yang kita ziarahi.  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

 

مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِيْ الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ، إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيْهِ رُوْحَهُ حَتَّى يَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ

"Tidaklah seseorang melewati makam saudaranya sesama Muslim yang ia kenal (semasa hidup) di dunia, kemudian ia ucapkan salam kepadanya, melainkan Allah kembalikan ruh saudaranya itu (ke jasadnya) hingga ia dapat menjawab salamnya."  (HR Ibnu 'Abdul Bar)[2]

 

Di samping itu, kita disunahkan untuk duduk berdekatan dengan makam yang kita ziarahi agar ia merasa senang.  Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

 

مَا مِنْ رَجُلٍ يَزُوْرُ قَبْرَ أَخِيْهِ وَيَجْلِسُ عِنْدَهُ إِلاَّ إِسْتَأْنَسَ بِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ حَتَّى يَقُوْمَ

 

"Tidaklah seseorang berziarah ke makam saudaranya dan duduk di dekat makamnya, melainkan saudaranya tersebut merasa senang dengan (kehadiran) nya."  (HR Ibnu Abid Dunya)[3]

 

[1] Lihat Abû 'Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Ansharî Al-Qurthubî, Al-Jami'u Li Ahkamil Quran, juz.20, Darul Ihyait Turatsil 'Arabî, hal 171.

[2] Hadis ini merupakan Hadis Sahih yang tercantum dalam Tafsîr Ibn Katsîr, Juz.3, Darul Ihyail Kutubil 'Arabiyyah, hal.438.

[3] Lihat Isma'îl bin 'Umar bin Katsîr Ad-Dimsyqî, Tafsîr Ibnu Katsîr, Darul Ihyait Tsuratsil 'Arabiy, Juz.I, hal.53.