Usaid bin Hudhair

Paling Bersih di Antara Yang Bersih

Seorang pemimpin Bani aus yang berwibawa dan

penunggang kuda yang cekatan telah bergabung

 

Sahabat Usaid bin Hudhair mendapat tempat tersendiri dalam khazanah perjuangan dakwah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW menjulukinya “paling bersih di antara yang bersih, paling halus di antara yang halus, dan penuh iman ketika membaca All-Quran atau mendengarnya.”

Ketika Rasulullah SAW berpidato atau berbicara. Usaid selalu menatap wajah Rasulullah SAW dengan ta’zhim. Dia mendambakan menyentuh tubuh mulia itu, ingin merangkul dan mencium pipi junjungannya. Pada suatu saat ketika keinginan itu timbul dan Rasulullah SAW tengah berasa di tengah-tengah para sahabat, Usaid mencoba mendekati Rasulullah SAW . Namun dia harus menerobos kerumunan sahabat yang begitu padat, sehingga dia terpaksa menggunakan ujung tombaknya untuk menepikan mereka, meretas jalan untuk mencapai tempat duduk Rasulullah SAW.

Sesampai di hadapan Nabi SAW, Nabi segera mencubit perut Usaid, yang pada waktu itu pakaiannya terbuka. Untuk memperingatkan Usaid agar tidak bertindak berlebihan. “Mengapa Tuan mencubit perut saya? Sakit sekali.” Ujar Usaid seolah-olah benar-benar merasa sakit.

Melihat wajah Usaid yang terlihat menahan sakit, Rasulullah SAW menjadi jatuh iba. Lalu beliau berkata,”Kalau engkau merasa sakit, balaslah aku, ya Usaid.”

Dalam hatinya Usaid senang sekali, karena berhasil menarik perhatian Rasulullah SAW. Lalu Usaid menjawab, “Tuan pakai baju, sedangkan aku tidak pakai baju ketika Tuan mencubit aku tadi.”

Rasulullah SAW pun menyingkapkan bajunya sehingga tampaklah perut beliau. Lalu Usaid memeluk perut itu dan menciumnya. Sesudah itu Usaid berkata, “Ya Rasulullah, kini terkabullah keinginan saya yang terpendam sejak saya mengenal Tuan.”

 

Sentuhan Ayat-ayat Suci Al-Quran

            Usaid bin Hudhair adalah sahabat Rasulullah SAW yang pernah sama-sama berjuang dalam Perang Uhud dan mengalami luka pada tujuh titik pada tubuhnya.

            Rasulullah SAW juga tahu derajat dan kedudukan Usaid di kalangan kaumnya, Bani Aus, kabilah dari Yaman yang hengkang dan menetap di Madinah bersama Kabilah Khazraj. Lantaran otaknya yang cemerlang dan kebangsawanannya yang murni, dia diberi gelar oleh kaumnya Al-Kamil (Yang Sempurna).

            Dikisahkan, Usaid hampir saja membunuh utusan Nabi Muhammad SAW, Mush’ab bin Umair, yang tengah berdakwah kepada Bani Aus dan Bani Khazraj di Yastrib pada awal dakwah Rasulullah SAW. Namun dia akhirnya terkesima oleh ayat-ayat suci yang dibacakan oleh Mush’ab, dan pada akhirnya masuk Islam.

            Dengan masuk Islam-nya Usaid, seluruh kaum Aus pun masuk Islam. Sesudah itu Madinah menjadi tempat yang sejuk bagi hijrahnya Rasulullah SAW dan tempat berdirinya pusat pemerintahan Islam yang besar.

            Adalah As’ad bin Zurarah yang menyediakan rumahnya bagi Mush’ab untuk mengadakan pengajian bagi Bani Aus. Ternyata pengajian ini berhasil dan mendapat perhatian orang-orang Bani Aus secara luas.

            Ihwal ini akhirnya sampai juga ke telinga Usaid.  Dia kemudian mendatangi pengajian Mush’ab yang ketika itu digelar di kebun Bani Abd Asyhal. Ketika itu Usaid ditemani Sa’ad bin Mu’adz, keluarga dekat As’ad bin Zurarah, si tuan rumah.

            Kedatangan mereka berdua untuk mencegah kegiatan dakwah yang dilakukan Mush’ab. “Cegahlah dia, dan beri peringatan agar tidak datang kemari lagi.” Kata Sa’ad bin Mu’adz.

            Selanjutnya Sa’ad memanas-manasi Usaid dengan kata-kata,”Kalau saja As’ad bin Zurarah bukan anak bibiku, pasti ini aku lakukan sendiri, tidak perlu minta tolong kamu.”

            Dengan tombak siap di tangan dan wajah merah padam, Usaid memasuki kebun tersebut langkahnya mantap. “Mengapa kalian berdua disini?, Mau membohongi kaumku yang bodoh ya ?. Jangan teruskan, dan angkat kaki dari sini, sekarang juga! Dan kalau masih ingin hidup, jangan pernah kemari lagi.” Katanya kepada Mush’ab dan As’ad. Sedang kepada kaumnya dia membentak,”Ayo bubar, bubar,bubar.”

            Namun sebelum itu As’ad telah berbisik kepada Mush’ab,”Yang datang itu adalah Usaid, pemimpin Bani Aus. Kebangsawanannya diakui kaumnya. Kalau dia masuk Islam, pasti akan diikuti oleh seluruh kaumnya. Berdoalah dan mohon kepada Allah SWT, dan hadapi dia dengan penuh hikmah dan bijaksana.”

            Mush’ab kemudian mengarahkan wajahnya kepada Usaid,”Terima kasih, wahai pemimpin kaum Aus, maukah Tuan mendengarkan hal yang lebih baik dari kabar ini?”

            “Apa itu?” tanya Usaid

            “Silahkan dengarkan apa yang kami bicarakan. Jika Tuan menyukai, silahkan ambil, Tapi        bila tidak, kami akan meninggalkan Tuan dan tidak akan kembali lagi kemari.” Kata Mush’ab. Usaid pun duduk diantara anggota sukunya. Lalu dia mendengarkan uraian Mush’ab yang disertai alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Pelan tapi pasti, kata-kata Mush’ab mulai menyentuh qalbunya.

            “Alangkah indahnya apa yang engkau uraikan.” Kata Usaid kemudian. “Kalau aku mau masuk Islam, apa yang harus aku lakukan?” Mush’ab lalu menjawab, “ bersihkan badan, pakaian. Sesudah itu itu ucapkan dua kalimat syahadat…..”

Mahabesar Allah, dengan sikap penuh penyerahan diri, Usaid pun menuju telaga, yang tak jauh dari majelis tersebut, kemudian membersihkan badan. Lalu dengan bimbingan Mush’ab, ia pun membaca dua kalimat syahadat.

            Mulai hari itu, bertambah kuatlah kedudukan Islam. Karena seorang pemimpin Bani Aus yang berwibawa dan penunggang kuda yang cekatan telah bergabung.