Sayyid Sulaiman Basyaiban Mojoagung

Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi tersebutlah seorang pemuda gagah berdarah Arab di tepi barat pulau Jawa, Cirebon. Selama beberapa bulan ia berlayar dari kampung halamannya di negara Yaman. Saat itu memang sedang gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa. Dan salah satunya adalah kakek Mbah Sayid Sulaiman, tokoh yang disebut di awal tulisan ini.

Orang-orang Arab ini datang dengan maksud bermacam-macam. Ada yang berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, ada pula yang berniaga seraya berdakwah. Pemuda itu bernama Abdurrahman. Ia adalah seorang Sayid keturunan Rasulullah yang bergelar Basyaiban. Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadramaut, yang terkenal alim dan sakti.

Sayid Abu Bakar mendapat julukan Syaiban (yang beruban) karena ada kisah unik dibalik julukannya itu. Suatu ketika, Sayid Abu Bakar yang saat itu masih tergolong muda menghilang. Sejak itu ia tidak muncul-muncul. Konon, ia uzlah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Baru setelah sekitar tiga puluh tahun, Sayid Abu Bakar muncul di Tarim. Ia tetap tampak muda. Tapi aneh, rambutnya putih, tak selembar pun yang hitam. Ia seperti berambut salju. Sejak itulah orang-orang menjulukinya Syaiban (yang beruban).

Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Basyaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Basyaiban. Lahir pada abad 16 Masehi di Tarim, Yaman bagian selatan, perkampungan sejuk di Hadramaut yang masyhur sebagai gudang para wali.

Dalam masa perantauannya ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa, Sayid Abdurrahman memilih bertempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian, ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin (?-1570 M). Putri bangsawan itu juga masih keturunan Rasulullah. Ia bernama Syarifah Khadijah, cucu Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dari pasangan dua keturunan Rasulullah ini, lahir tiga orang putra: Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (terkenal dengan sebutan Mbah Arif Segoropuro Pasuruan), dan Sayid Abdul Karim.

Ketika membaca kisah sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, tepatnya pada Al-Kisah no. 12/4 tanggal 17 Juni 2007, mata saya tertuju pada rangkaian kata yang menuliskan : “Sayid Abdurrahman memilih tempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian ia mempersunting putrid Maulana Sultan Hasanuddin. Putri bangsawan itu juga masih keturunan Rasulullah. Ia bernama syarifah Khadijah dan masih cucu Raden Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati .[1]

Dari kalimat tersebut timbul keraguan akan kebenaran tulisan itu. Selanjutnya saya mencoba mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan hal tersebut, baik berupa buku, manuskrip, catatan silsilah, dan lainnya, tetapi apa yang saya dapatkan belum  membantu menjawab keraguan hati saya, saya tetap penasaran. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menerima ajakan guru saya untuk meninjau beberapa tempat yang ada kaitannya dengan sayid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban.

Perjalanan berawal dari Jakarta ke Magelang, Mojoagung, Bangil, Pasuruan dan Surabaya. Di Magelang saya bertemu dengan keluarga Basyaiban di Tuguran. Di Mojoagung menyempatkan berziarah ke makam sayid Sulaiman. Di Bangil, kami mengunjungi makam yang berada di belakang rumah makan Arab, yang konon katanya makam itu adalah makam syarifah Khadijah. Di Pasuruan, kami ke desa Segoro Puro dan berziarah ke makam yang bertuliskan sayid Arif. Di Surabaya, kami bertemu dengan keluarga Basyaiban Dresmo.

Setelah sampai di Jakarta, saya mulai memverifikasi data yang diperoleh. Dari data yang ada, menurut saya terdapat beberapa ketidaktepatan sejarah tentang sayid Basyaiban ini, di antaranya adalah perkawinan antara sayid Abdurrahman bin Umar bin Abdullah bin Abdurrahman bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abubakar Basyaiban dengan putri Maulana Hasanuddin. Bagi saya ada jarak waktu yang sangat lama antara keduanya.

Berdasarkan ahli sejarah sayid Muhammad Dhiya Syahab, sayid Abdurrahman bin Umar ini datang dari Hadramaut ke Cirebon pada abad ke 18 Masehi.[2] Dan selanjutnya beliau menikah dengan Khadijah putri Maulana Hasanuddin. Akan tetapi bila kita melihat ke sejarah berkuasanya sultan-sultan Banten, maka dapat kita temui bahwa Sultan Maulana Hasanuddin berkuasa di Banten pada pertengahan abad 16, tepatnya tahun 1552 – 1570 M.[3] Dari hal tersebut kita temui ada jarak kurang lebih 1 sampai 1,5 abad. Berdasarkan hal ini, bagaimana kita dapat mengatakan bahwa sayid Abdurrahman menikah dengan putri sultan Maulana Hasanuddin atau putri Sunan Gunung Jati ?

Bila dilihat dari sisi sejarah sultan-sultan Banten yang berkuasa, maka waktu berkuasanya Maulana Hasanuddin seharusnya se-zaman dengan sayid Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abubakar Basyaiban yang wafat tahun 944 H di Tarim. Kalau kita ingin berpedoman pada kedatangan sayid Abdurrahman bin Umar Basyaiban pada abad 18 M, maka saat itu yang berkuasa  yaitu sultan Mahasin Zainal Abidin (1690) sampai Sultan Abu Nashr Muhammad Muhyidin (1801). Di antara kedua sultan itu terdapat 5 orang sultan yang bergantian sebagai penguasa Banten[4]. Ada kemungkinan sayid Abdurrahman Basyaiban menikah dengan Ratu Satijah anak dari sultan Mahasin Zainal Abidin yang berkuasa antara tahun 1690-1733 M, se- zaman dengan sayid Abdurrahman Basyaiban.

Ternyata sejarah menuliskan bahwa yang menikah dengan putri Sunan Gunung Jati adalah Abdurrahman yang dikenal dengan Pangeran Panjunan. Beliau berasal dari kerajaan Baghdad, ayahnya bernama Sulaiman. Dalam sejarah Sumedang dikatakan bahwa Pangeran Panjunan mempunyai dua istri, yaitu Ratu Petak dari Panjunan dan putrid Sunan Gunung Jati bernama Ratu Martasari. Lalu apakah sejarah ini membuktikan juga kalau Abdurrahman Basyaiban tidak pernah ke Indonesia dan beliau hanya sampai di India dan wafat di sana ???

Begitu pula dengan hal-hal lain yang membuat keraguan, di antaranya tentang  sayid Sulaiman yang menikahi anak putri Mbah Soleh Semedi. Kalau benar Mbah Soleh ini murid Sunan Ampel maka terdapat kesenjangan generasi yang sangat jauh antara putri Mbah Soleh Semedi yang hidup di pertengahan abad 15  M dengan sayid Sulaiman yang hidup pada abad 18 Masehi.

Juga keraguan saya tentang kembalinya sayid Sulaiman dari Pasuruan ke Cirebon. Menurut tulisan tersebut ketika sayid Sulaiman kembali ke Cirebon sedang terjadi kericuhan besar antara sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri, sultan haji (1681-1683). Semakin nyata ketidaktepatan sejarah perjalanan keluarga Basyaiban ini, bayangkan saja sayid Sulaiman yang hidup pada pertengahan abad 18 masehi hidup se-zaman dengan sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di pada pertengahan abad 17 Masehi.

Wallahu a’alam bi shawwab.

[1] Al-Kisah no. 12/4 tanggal 17 Juni 2007 halaman 148.

[2] Syamsu al-Dzahirah, Jilid II halaman 447.

[3] http://www.scribd.com/doc/7984221/Silsilah-Kesultanan-Banten.

[4] http://www.scribd.com/doc/7984221/Silsilah-Kesultanan-Banten.

Mewarisi ketekunan leluhurnya dalam berdakwah, keluarga ini berjuang keras menyebarkan Islam di Jawa, tak jauh dengan apa yang telah dilakukan oleh Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati, di Cirebon. Pengaruh dan ketekunan mereka dalam berdakwah membuat penjajah Belanda khawatir. Maka ketika menginjak dewasa, Sayid Sulaiman dibuang oleh mereka. Putra sulung Sayid Abdurrahman ini, kemudian tinggal di Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Di Pekalongan, beliau menikah dan mempunyai beberapa orang putra. Empat di antaranya laki-laki, yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir, dan Ali Akbar.

Dari Pekalongan Sayid Sulaiman berkelana lagi. Kali ini, Solo (Surakarta) menjadi tempat tujuan. Selama tinggal di Solo beliau terkenal sakti. Kesaktiannya yang sudah masyhur itu mengundang rasa iri seorang Raja dari Mataram. Sang Raja ingin membuktikan kesaktian Sayid. Maka diundanglah Sayid ke keraton.

Saat itu di istana sedang berlangsung pesta pernikahan putri bungsu sang Raja. Sayid Sulaiman dipanggil menghadap. Untuk memeriahkan pesta pernikahan putri bungsunya ini, Raja meminta agar Sayid memperagakan pertunjukan yang tak pernah diperagakan oleh siapapun.

“Sulaiman, anda ini orang sakti. Kalau benar-benar sakti, saya minta tolong buatkan pertunjukan yang tidak umum, yang belum pernah disaksikan oleh orang-orang sini,” pinta Raja Mataram kepada Sayid dengan nada menghina.

Mendengar permintaan Raja yang sinis itu, Sayid meminta pada Raja untuk meletakkan bambu di alas meja, sembari berpesan untuk ditunggu. Sayid Sulaiman lalu pergi ke arah timur. Masyarakat sekitar keraton menunggu kedatangan Sayid demikian lama, namun Sayid belum juga datang. Raja Mataram hilang kesabaran. la marah. la membanting bambu di alas meja itu hingga hancur berkeping-keping. Sesuatu yang ajaib terjadi, kepingan bambu-bambu itu menjelma menjadi hewan yang bermacam-macam. Raja Mataram tersentak melihat keajaiban ini, barulah ia mengakui kesaktian Sayid Sulaiman.

Raja Mataram kemudian menitahkan beberapa prajuritnya untuk mencari Sayid Sulaiman. Sedang hewan-hewan jelmaan bambu itu terus dipelihara. Hewan-hewan itu ditampung dalam sebuah kebun binatang yang kemudian diberi nama “Sriwedari”. Artinya, “Sri” adalah tempat, sedangkan “Wedari” adalah “wedar sabdane Sayid Sulaiman”. Kebun binatang itu tetap terpelihara. Tak lama berselang, Sriwedari menjadi sebuah taman dan obyek wisata terkenal peninggalan Mataram. Namun pada tahun 1978, binatang-binatang di Sriwedari dipindah ke kebun binatang Satwataru.

Nyantri di Ampel

Setelah meninggalkan Solo, Mbah Sayid Sulaiman pergi dari Solo ke Surabaya. Untuk sampai ke Surabaya, beliau harus melalui hutan belantara. Tujuan beliau menuju ke Ampel, Surabaya, adalah untuk nyantri kepada Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Raja Mataram. Ia mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Di antara utusan itu ada Sayid Abdurrahim, adik kandung Sayid Sulaiman sendiri. Sesampainya di Ampel, ia sangat terharu bertemu kembali dengan kakaknya tercinta. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Mataram. Ia ingin belajar kepada Sunan Ampel bersama sang kakak.

Pada suatu malam, saat murid-murid Sunan Ampel sudah tertidur pulas, tiba-tiba terdapat dua kilatan sinar menerpa dua orang murid Sunan Ampel yang sedang tidur. Sinar itu berwarna kuning keemasan. Sunan Ampel yang saat itu sedang tidak tidur, menghampiri tempat jatuhnya sinar tadi. Karena keadaan yang gelap, beliau tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua santrinya yang diterpa sinar keemasan ini. Beliau memutuskan untuk mengikat sarung kedua santrinya itu. Usai salat Subuh, Sunan Ampel bertanya kepada para santrinya,

“Siapa yang sarungnya tadi malam terikat?”

Mbah Sayid Sulaiman dan Mbah Abdurrahim mengacungkan tangan. Lalu, Sunan Ampel berkata,

“Mulai sekarang, santriku jangan manggil Sulaiman, jangan manggil Abdurrahim tok, tapi panggillah Mas Sulaiman dan Mas Abdurrahim!”

Panggilan ini menjadi cikal-bakal sebutan “Mas” (semacam “Gus”) oleh santri untuk memanggil keturunan para Masyayikh.

Riwayat belajarnya Sayid Sulaiman kepada Sunan Ampel ini sebenarnya masih sangat disangsikan. Soalnya, terdapat selisih tahun yang terlalu jauh antara masa hidup Sayid Sulaiman dan Sunan Ampel. Sunan Ampel hidup pada 1401-1481 M (abad 14 M), sedangkan Sayid Sulaiman diperkirakan hidup pada abad 17 M, jadi selisih tiga abad (300 tahun) dengan Sunan Ampel. Kemungkinan besar, Sayid Sulaiman belajar di Ampel ini tidak pada Sunan Ampel sendiri, tetapi pada generasi-generasi penerus beliau. Kemungkinan juga cerita di atas terjadi ketika mereka nyantri kepada Habib Sholeh (Mbah Semendi).

Keramat di Pasuruan

Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri pada Mbah Sholeh Semendi di Segoropuro. (Belakangan diketahui ternyata Mbah Sholeh adalah paman mereka sendiri, saudaranya ibu mereka, Syarifah Khodijah). Setibanya di Pasuruan, setelah mengungkapkan keinginan untuk menuntut ilmu, mereka diajak mandi di sungai Winongan oleh Mbah Sholeh Semendi. Ketika mereka sedang asyik mandi bersama, tiba-tiba Mbah Semendi hilang, tak lama kemudian, muncul lagi. Kejadian ini terulang sampai dua kali.

Mbah Sulaiman berfirasat bahwa Mbah Sholeh Semendi bermaksud mencoba kesaktiannya bersama adiknya berdua. Mereka berunding, jika nanti Mbah Sholeh sedang mandi, teklek (bakiak/sandal kayu zaman dahulu) miliknya dipegang bersama-sama agar Mbah Sholeh tidak bisa menghilang. Maka mereka memegang teklek Mbah Sholeh itu dengan mengerahkan segala kemampuan. Demikian pula Mbah Sholeh. Tapi Mbah Sholeh Semendi tidak bisa menghilang. Akhirnya ia tahu bahwa ia tidak bisa menghilang sebab tekleknya dipegang oleh Sayid Sulaiman dan Sayid Abdurrahim,

“Eh, eh, jangan begitu. Lepaskan sandal saya!” pinta Mbah Sholeh.

Setelah kejadian itu, Mbah Sholeh mengakui akan kesaktian dua bersaudara itu.

Banyak kisah-kisah luar biasa yang terjadi antara Sayid Sulaiman dan Mbah Sholeh. Di antaranya, pada suatu hari, Mbah Sholeh hendak bepergian. Sebelum pergi, beliau berpesan kepada semua santrinya agar halaman dibersihkan selama kepergiannya. Maka saat beliau berangkat pergi, semua santri Mbah Sholeh melaksanakan kerja bakti, Sayid Sulaiman dan Sayid Abdurrahim turut serta bersama mereka. Lagi-lagi Sayid Sulaiman membuat keajaiban. Ia mencabuti pohon-pohon besar hingga bersih total.

Setiba dari bepergiannya, Mbah Sholeh kaget melihat pohon-pohon besar yang dicabuti sampai bersih. Setelah tahu bahwa yang mencabuti adalah Sayid Sulaiman, Mbah Sholeh memerintahkan agar pohon-pohon itu dikembalikan seperti semula. Subhanallah, dengan izin Allah, pohon-pohon tersebut dapat dikembalikan lagi oleh Mbah Sayid. Sejak kejadian itu, berita tentang kesaktian Mbah Sayid Sulaiman tersiar dari mulut ke mulut di seluruh penjuru Pasuruan.

Setelah mondok di Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Sehingga beliau mendapat julukan Pangeran Kanigoro. Saat itu, beliau sempat menjadi penasehat Untung Surapati. Untung Surapati adalah tokoh terkemuka Pasuruan. Ia tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara di Pasuruan.

Berita tentang kesaktian Sayid Sulaiman juga terdengar oleh Raja Keraton Pasuruan. Raja Pasuruan ini tidak percaya tentang kesaktiannya. Ia sering kali melecehkan kesaktian Mbah Sayid. Sampai suatu ketika Putri Keraton yang sedang berjalan-jalan keliling kota hilang. Kusir dan kereta kuda yang dipakai oleh sang Putri juga ikut raib. Sang Raja menjadi sedih bermuram durja.

Diadakanlah sayembara: Bagi yang menemukan sang Putri, akan mendapat hadiah yang amat besar. Tapi malang, tidak ada satu orang pun yang berhasil menemukan sang Putri. Sang Putri seperti lenyap ditelan bumi. Hati Raja semakin bersedih dan putus asa.

Akhirnya, ia meminta bantuan kepada Sayid Sulaiman yang sebelumnya sering ia hina. Di hadapan Sang Raja, Mbah Sulaiman memasukkan tangannya ke dalam saku. Tak berapa lama kemudian, beliau melemparkan sesuatu dari dalam sakunya ke halaman. Luar biasa! Dengan izin Allah, sang Putri muncul bersama kereta dan kusirnya di halaman Keraton. Konon, ia dibawa lari jin ke alam gaib.

Melihat putrinya kembali, hati Raja berbunga-bunga. Ia gembira alang-kepalang dan meminta agar Sayid Sulaiman menikahi putrinya itu sebagai tanda ucapan terima kasih atas jasanya. Namun Mbah Sayid menolak. Beliau memilih kembali ke Kanigoro.

Tak lama kemudian, Sayid Sulaiman diambil menantu oleh gurunya yang notabene pamannya sendiri, Mbah Sholeh Semendi. Semula, beliau menolak, tetapi akhirnya beliau menerima permintaan gurunya itu. Beliau menikahi putri Mbah Sholeh yang kedua. Sedangkan adiknya, Mbah Abdurrahim, mempersunting putri Mbah Sholeh yang pertama, kakaknya istri Mbah Sulaiman. Mbah Abdurrahim tinggal di Segoropuro, Pasuruan, sampai meninggal dunia. Orang-orang mengenalnya dengan panggilan Mbah Arif Segoropuro. Sedangkan Mbah Abdul Karim, adik Sayid Sulaiman yang kedua, wafat di Surabaya dan dimakamkan di komplek pemakaman Sunan Ampel.

Selain beristri putri Mbah Sholeh, Sayid Sulaiman juga mempunyai istri dari Malang. Dari istrinya dari Malang ini beliau mempunyai putra bernama Hazam.

Kembali ke Cirebon

Setelah hari pernikahan, Mbah Sulaiman kembali ke Cirebon, Jawa Barat, tempat di mana ia lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama ayah dan ibu tercinta. Tapi pada saat itu, suasana di Banten dan Cirebon sedang ricuh disebabkan terjadinya pertikaian antara Sultan Agung Tirtayasa dengan putranya sendiri, Sultan Haji, yang terjadi berkisar pada tahun 1681-1683. Maka sejak tahun 1681, Sultan Agung Tirtayasa aktif melakukan penyerangan terhadap putranya ini. Pemicu pertikaian yang berlangsung sampai tiga tahun ini adalah pemihakan Sultan Haji pada Belanda.

Melihat hal ini, Mbah Sulaiman memutuskan untuk kembali lagi ke Pasuruan. Beliau kembali menetap di Kanigoro, sebuah dusun di desa Gambir Kuning. Di Gambir Kuning beliau mendirikan dua buah masjid unik. Bahan bangunannya seperti kayu usuk, belandar, ring, dan lain-lain hanya diambilkan dari kayu satu pohon terbesar di hutan Kejayan. Pohon besar itu adalah pemberian dari kepala hutan Kerajaan Untung Surapati Pasuruan. Karena ukuran pohon itu sangat besar, disediakanlah 40 ekor sapi untuk menariknya ke lokasi pembangunan masjid, tapi sapi-sapi itu tidak kuat membawanya. Tapi aneh, keesokan harinya kayu-kayu itu sudah ada di lokasi pembangunan. Konon, yang mengangkat kayu itu adalah Sayid Sulaiman sendiri.

Sampai sekarang masjid ini masih tetap ada. Namun, karena lokasinya yang sempit, masjid itu dipindah agak ke selatan oleh Syekh Rafi’i, cicit Mbah Sulaiman dari cucunya, Ummi Kultsum bin Hazam bin Sulaiman, pada bulan Rabiul Awal 1243 H, hampir dua abad yang lalu. Masjid dengan gaya arsitektur kuno itu, kini telah berusia lebih dari 400 tahun. Sampai kini, bahan-bahan masjid peninggalan Mbah Sulaiman itu masih asli, kecuali lantai dan tiang bagian dalam.

Pergi ke Keraton Mataram

Kabar kekeramatan Mbah Sayid di Pasuruan terdengar kembali ke Keraton Mataram (Solo). Raja Mataram mengutus salah seorang adipatinya untuk memanggil Mbah Sayid di Pasuruan. Setibanya di Pasuruan, adipati tersebut mengajak Mbah Sayid untuk memenuhi panggilan Raja. Mbah Sayid bermaksud memenuhi panggilan ini.

Bersama tiga orang santrinya, Mbah Djailani (Tulangan Sidoarjo), Ahmad Surahim bin Untung Surapati, dan Sayid Hazam, putranya sendiri, beliau berangkat ke Solo. Di Keraton, Raja Mataram mengumpulkan pembesar-pembesar kerajaan. Ia menyiapkan jamuan besar-besaran yang betul-betul mewah. Namun ada yang terasa janggal di hati Mbah Sayid. Ada tiga keris pusaka yang diletakkan di alas cowek yang ada sambalnya ketika mereka sedang makan bersama-sama.

Mbah Sulaiman heran melihat keris di depannya itu. Beliau berbisik kepada santrinya, “Nak, kalian lupa tidak memakan sayur kacang ini. Ayo dimakan, masing-masing satu!),” perintah Mbah Sulaiman.

“Oh, iya Mbah,” jawab mereka serempak.

Tiga buah keris itupun habis dimakan seperti halnya makan sayur kacang-kacangan. Semua yang hadir terhenyak.

“Kalau muridnya saja seperti ini, apalagi gurunya,” gumam mereka kagum.

Setelah acara makan-makan selesai, Raja Mataram Solo berembuk dengan pembesar-pembesarnya untuk mengangkat Mbah Sulaiman menjadi hakim. Namun saat kesepakatan ini disampaikan pada Sayid, beliau menolak, dengan alasan akan meminta pertimbangan dan restu kepada istri dan masyarakatnya yang ada di Pasuruan. Tentu saja, mereka yang di Pasuruan tidak menyetujui. Mereka tidak mau kehilangan tokoh yang disegani ini.

Kisah Unik : Sayyid Arif segoropuro & Sayyid Sulaiman Kanigoro

- Pic kiri : makam sayyid ali al-arif basyaiban - segoropuro – pasuruan

- Pic kanan : makam sayyid sulaiman basyaiban - kanigoro – mojoagung – jombang

Masuk pesantren ampel – surabaya

kita semua tahu bahwa beliau berdua ini adalah satu saudara kandung putra dari sayyid abdurrahman bin umar basyaiban . maklum , karena anak keturunan beliau berdua ini bertebaran diseluruh pula jawa . maka tak heran jika para anak keturunan beliau berdua ini sama2 mengisahkan perjalanan kakek buyut mereka ini .

seperti hal nya para pemuda lainnya yang notabene keturunan dari seorang ulama terkemuka dari bumi yaman, beliau berdua mendapat bimbingan yg sangat bagus oleh ayahnya , sayyid abdurrahman bin umar basyaiban dan ibunda tercintanya , syarifah khodijah binti sayyid syarif hidayatullah ( s. gunung jati ) . bukan Cuma kedua orangtuanya saja yg ikut membimbing beliau berdua , tapi paman beliau pun ( kyai sholeh semendi pasuruan bin syarif hidayatullah ) pun ikut andil dalam pendidikan beliau berdua .

ada yang unik dari keturunan basyaiban dan adzamatkhan ini jika dibandingkan dg para saadah atau habaib lainnya . yaitu sejak berada diindonesia , ke-dua fam itu selalu mengikuti adat istiadat para pribumi tanah jawa. itu yang ditekankan oleh sayyid abdurrahman bin umar basyaiban dan syarif hidayatullah ( s. gunung jati ) .

yang paling menyolok adalah dalam hal berpakaian yg sudah ditekankan agar selalu memakai pakaian jawa tempo dulu . itu dilakukan agar tak membuat para rakyat kecil , pribumi tak merasa asing atau canggung saat dihadapan beliau . karena dulu , jika orang-orang pribumi melihat seorang kyai atau ulama dengan berpakaian serba putih dan pakai jubah panjang , maka mereka akan merasa kecil dan minder untuk mendekati ulama tersebut . maka tak ada jalan lain untuk melancarkan syiar islam secara merata dan diterima secara universal dibumi jawa , maka harus dg mengikuti adat istiadat jawa .

dulu , disaat mereka berdua masih sangat lah muda , atas perintah sang ayah ( sayyid abdurrahman ) agar mereka berdua ini segera pergi untuk mencari ilmu dipesantren. Singkat cerita , akhirnya sang ayah mengantarkan kedua putranya itu kesebuah pesantren di Jawa Timur – Surabaya . tepatnya dipesantren yang dulu didirikan oleh sunan ampel ( raden rahmat ). 

dipesantren itu , keduanya diterima dengan sangat gembira oleh kyai pengasuhnya . segera beliau sediakan tempat kamar untuk ditempati mereka berdua . pada awalnya , tak nampak kelebihan dari kedua pemuda itu . jadi sang kyai menganggap ali arif dan sulaiman adalah pemuda yang pada layaknya santri-santri seperti lainnya, karena pesantren ampel itu memang banyak juga dari anak-anak ulama , habaib dan pejabat kerajaan yang nyantri disana, jadi katakanlah pesantren itu tak sedikit berisi anak2 para pembesar .

hari berganti hari hingga bulan berganti bulan , mereka berdua sangat kerasan dan menikmati masa2 pencarian ilmu dipesantren itu . mereka sangat tekun dan rajin dan bukan tipe orang yang pemalas . mereka berdua itu tidak bisa berdiam diri dan nganggur . selalu belajar dan menjaga kebersihan pondok . jika terdapat waktu luang , tak jarang dua saudara itu berikut teman2 pesantren lainnya saling berkumpul dan saling becanda . dan ternyata , dari ali arif dan sulaiman itulah yang paling pinter membuat teman-temannya pada ketawa ngakak karena humor-humor mereka berdua, dan ini diakui atau tidak , dari keturunan beliau berdua itu sangat pinter membuat hati orang ketawa dengan guyonannya, tentunya yang paling utama adalah kealiman dan kecerdasan beliau berdua .

mulai dipanggil awalan mas

nah , tiba saatnya hari yang Allah SWT menunjukkan kelebihan dari mereka berdua . sesuatu yang membuat kagum dan kaget pada kyai pengasuh pesantren tersebut . itu terjadi ketika malam sudah larut dan seluruh para santri sudah pada tidur . termasuk ali arif dan sulaiman . tapi hari ini beda . biasanya mereka berdua itu tidur dikamarnya sendiri , kalau malam ini mereka berdua tidur kumpul bersama teman2 lainnya sedangkan sang kyai sendiri , juga punya kegiatan rutin setiap malam , yaitu setiap para santri sudah pada tidur , beliau selalu berjalan berkeliling seputar pesantren . memeriksa para santri atau apapun yg perlu diawasi . itu sangat maklum jika beliau itu punya kekhawatiran kalau-kalau ada salah satu santri yang tak ada dipesantren . jika dilihatnya sudah lengkap jumlah para santri itu , beliau kembali kerumahnya dengan lega .

namun bagi sang kyai , malam ini agak aneh . sebab tempat yg ditempati para santri tidur itu kok terlihat ada cahaya terang kekuningan . laksana pantulan emas . kalau biasanya , jika lampu minyak dimatikan , maka gelaplah yang terjadi . merasa ada keanehan tersebut , kyai mendekati tempat itu dengan perasaan yg sangat penasaran atas cahaya kuning itu . dan apa yang terjadi setelah beliau mendekati tempat itu ? ternyata ada penyebab dan sumber munculnya cahaya kuning itu . ketika dilihat , sumber itu keluar dari sekujur tubuh ali arif dan sulaiman . tentu saja sang kyai itu kaget dan kagum . namun karena kepala kedua saudara kandung itu tertutupi dengan kain , maka kyai itu nggak tahu siapa pemilik jasad yang mengeluarkan sinar kuning tersebut .

tanpa pikir panjang , segera kyai itu membuat tanda dengan membuat ikatan kecil dikedua kain ali arif dan sulaiman . itu dilakukan karena beliau tidak enak jika sampai membangunkan murid2nya yg masih tertidur pulas itu. Setelah selesai membuat tanda ikatan kecil itu , beliau segera meninggalkan tempat itu karena sebentar lagi waktu . Akhirnya berkumandanglah adzan shubuh . semua santri segera bangun dan bersiap-siap melaksanakan sholat subuh berjama’ah . karena itu adalah salah satu peraturan wajib dipondok . agar nantinya sudah terbiasa dg sholat subuh berjama’ah . 

assalamu’alaikum warahmatulloh . . . itu adalah bacaan salam penutup sholat . berarti sholat subuh sudah selesai . seperti hari2 biasanya , sang kyai melantunkan wirid wirid ba’da subuh . begitu selesai semuanya , segera beliau berdiri dihadapan para santri yg masih duduk dishaf sholat itu :

“ wahai para santri semuanya … saya harap dengarkanlah ini . siapa diantara kalian yang ujung kainnya terdapat ikatan kecil ? ayo diperiksa ! “ . kata kyai menanyakan pada para santri . spontan semua santri memeriksa kainnya masing2 . dan tiba2 ada dua orang yang mengaku kainnya ada ikatan kecilnya .

“ saya kyai “ kata ali arif

“ saya juga kyai “ kata sulaiman juga .

baru tahu sang kyai itu akan karomah dan kemuliaan kedua saudara kandung itu . selama ini beliau tak menganggap kedua pemuda itu adalah org2 yg begitu istimewa , namun atas kejadian semalem itu lah menyadarkan hati kyai akan istimewanya mereka .

“ sekarang , dengarkan pesanku ini wahai para santri-santriku . mulai saat ini kalian jangan memanggil arif dan sulaiman dengan langsung menyebut namanya . namun , awali panggilan kalian terhadap keduanya dengan panggilan MAS . panggil dengan sebutan mas ali arif dan mas sulaiman . begitu juga terhadap semua keturunan mereka berdua “

nah , itulah yang dipesankan oleh kyai itu terhadap semua para santri2 nya . kenapa dipanggil dengan awalan MAS ? itu karena cahaya kekuningan yang memancar pada tubuh dua orang tersebut . dan semua para santripun sejak saat itu memanggil mereka berdua dengan sebutan MAS . dan itu berlangsung bukan saat itu saja , namun hingga saat ini semua para keturunan sayyid arif segoropuro dan sayyid sulaiman kanigoro dipanggil dengan awalan MAS . baik itu laki-laki dan perempuan . dari garis laki-laki atau garis perempuan . sebagai contoh saja , nama ahmad dan syarifah . maka apapun jabatannya , baik masih bayi sampai dewasa bahkan tua akan disebut begini :

( mas ahmad dan mas syarifah ) ( kyai mas ahmad dan nyai mas syarifah ) ( kang mas ahmad dan ning mas syarifah ) ( dik mas ahmad dan dik mas syarifah ) . dan fakta membuktikan , anjuran kyai pengasuh pesantren ampel itu berlangsung hingga kini . 

Disuruh pulang ke-cirebon menemui sang bunda

selang beberapa waktu lamanya ali arif dan sulaiman berada dipesantren ampel itu dengan sangat tawaddhu’ dan tekun , kini saatnya mereka berdua dipanggi sang kyai pengasuh pesantren tersebut untuk menghadap . keduanya dengan sangat rapi dan sopan menghadap panggilan kyai-nya . setelah bertemu , sang kyai tadi banyak menyampaikan pesan-pesan spiritual yg tidak semuanya para santri diberi wejangan itu . dan pada akhirnya , sang kyai itu berkata begini :

“ nak mas arif dan nak mas sulaiman , kini sudah tiba waktunya sampeyan berdua pulang . segera menghadap ibunda kalian dicirebon . dengarkan dan turuti semua perintah ibunda kalian nantinya . sebab ibunda kalian sudah punya rencana buat kalian berdua “ .

itulah yang disampaikan kyai pada kedua saudara kandung tersebut . akhirnya , dengan sangat berat hati karena masih betah dipesantren itu , mereka pun berpamitan untuk pulang kecirebon . untuk menghadap ibunda tercinta yaitu syarifah jene ( khodijah ) putri dari syarif hidayatullah atau sunan gunung jati .

singkat kisah , surabaya – cirebon mereka tempuh perjalanan itu dan sampailah kerumah , dengan tak sabar segera menemui ibunda tercinta . yang namanya seorang anak kangen dengan orang tua itu wajar karena sudah lama tak saling bertemu . begitu bertemu dengan ibunda tercinta , mereka langsung sungkem dan memeluk sang bunda . tampak jelas air mata kerinduan yang terlihat dikelopak syarifah khodijah terhapat kedua putranya tersebut . kita singkat lagi kisah ini setelah mereka saling menumpahkan kerinduan mereka dan saling menceritakan pengalaman selama ada dipesantren ampel dan entah sudah berapa lama ali arif dan sulaiman berada dirumah cirebon . bisa seminggu atau sebulan atau lebih .

mendapat perintah pergi ke-pasuruan

kini tibalah waktunya sang bunda menyampaikan apa yang harus disampaikan . karena ini adalah amanat yang hrs disampaikan . ( kurang jelas amanat dari siapa itu . bisa jadi dari salah satu tiga orang : sunan gunungjati ayah syarifah khodijah sendiri atau sayyid aburrahman sang suami beliau sendiri atau sayyid sholeh semendi adik kandung syarifah khodijah ) . meski dengan sangat berat hati sekali , namun yang namanya amanat harus disampaikan . inilah yg disampaikan syarifah khodijah terhadap ali arif dan sulaiman :

“ anak-anakku … kini tiba waktunya kalian meninggalkan cirebon . kalian harus menemui paman kalian dijawa timur , tepatnya dipasuruan sana . nanti , jika sudah bertemu dengan beliau , kalian harus menurut dan sabar atas apapun yg dilakukan paman kalian . dan ini … aku kasih bekal kalian dengan sesuatu yg sudah aku bungkus dalam kain ini . nanti apapun yang diperintahkan paman kalian ( kyai sholeh semendi – pasuruan ) gunakan apa yg ada didalam bungkusan ini “

itulah yang dipesankan syarifah khodijah terhadap kedua putra beliau . namun ali arif dan sulaiman tak tahu , apa yang ada didalam bungkusan itu . karena sifat ta’at dan tawaddhu’ mereka terhadap sang bunda , mereka tak berani menanyakan atau membuka bungkusan itu sebelum waktunya . tak lama kemudian , kedua putra itu berpamitan pada bunda mereka , syarifah khodijah untuk segera brangkat kejawa timur menuju kepasuruan . yaitu dipesantren paman beliau di desa semendi . apakah mereka berdua pernah bertemu dengan paman mereka , kyai sholeh itu ? ya jelas lah ! namanya juga paman . apalagi selama dipesantren ampel dulu , kyai sholeh pernah menjenguk mereka berdua disana .

 kyai sholeh – semendi – pasuruan

kyai sholeh semendi itu orangnya sangat alim , waro’ dan zuhud . beliau mengasingkan diri sampai kepasuruan karena beliau tak mau terlibat dalam urusan singgasana keraton cirebon . intinya , beliau Cuma ingin mengabdikan dirinya untuk agama . dan tak lupa , kyai sholeh itu disamping alim , juga sangat sakti dan tajam pengucapnya ( kebanyakan yg dikatakan , itu terwujud atas idzin Allah SWT ) . tentag kyai sholeh ini , ada khilaf tentang silsilah nasab beliau . ada yang tertulis beliau ini putra kandung dari sayyid syarif hidayatulloh ( s . gunung jati ) yang artinya , beliau ini saudara kandung dari ibunda sayyid ali arif dan sayyid sulaiman , yaitu syarifah khodijah binti syarif hidayatulloh . catatan yang lain tertulis beliau in ( kyai sholeh semendi ) adalah putra sulthan hasanuddin bin syarif hidayatulloh . yang artinya beliau ini cucu daripada sunan gunung jati . namun apapun itu , inilah sejarah ! gak ada kepastian yg pas . namun yang pasti adl , beliau keturunan dari sunan gunung jati cirebon .

sekarang saya singkat saja kisahnya . bahwa ali arif dan sulaiman sudah sampe kepasuruan ketempat pesantren kyai sholeh semendi . namun setelah bertemu dengan paman tercintanya itu , diluar dugaan yg sudah diperkirakan oleh mereka berdua . mereka berpikir akan ada pertemuan antar paman dan 2 keponakannya ini dengan mesra dan haru . ternyata apa yang terjadi ? kyai sholeh malah menunjukkan wajah yg kurang bersahabat . nyaris tanpa senyuman . dengan wajah yang disengaja kaku dan angkuh , kyai sholeh menemui mereka berdua . tapi jangan salah sangka dulu ya , itu semua emang disengaja oleh beliau agar bisa tahu seberapa besar tekad dan kemauan mereka berdua itu untuk menimba ilmu terhadap beliau .

“ oh , kalian ali arif dan sulaiman kan ? “ tanya kyai sholeh .

“ inggih paman “ jawab mereka dengan sopan . apalagi melihat wajah pamannya itu sangat serius .

“ ada pesan dari mbak yu ku , ibu kalian ? “ tanya kyai sholeh lagi .

“ oh , gak ada paman , saya Cuma diutus kepesantren ini agar bisa belajar disini , ditempat paman “ . jawab ali arif .

“ oh begitu … lha memang kalian mau belajar disini ? “

“ iya paman . kami sangat ingin ngaji ke paman “ . jawab mereka .

“ kalian pikir , mudah ya belajar dipesantren ini ? memang kalian bisa apa hingga mau belajar ketempat paman ini ? “ tanya kyai sholeh yang berniat men-coba kesabaran mereka berdua .

mendapat pertanyaan seperti itu , mereka berdua hanya bisa diam dan menundukkan kepala saja . dalam hati mereka berkata harus bersabar . karena ibunda mereka sudah memberi perintah belajar disini . pasti gak ada yang salah dengan perintah ibu mereka . dan tiba-tiba kyai sholeh berkata lagi :

“ jika kalian bisa membabat hutan yang ada digunung itu dalam waktu sehari , maka kalian boleh menetap disini . ingat ! Cuma sehari saja . bagaimana ? “

kata kyai sholeh sambil menunjuk arah gunung kecil yang dikelilingi hutan yg lebat itu . itulah syarat beliau terhadap mereka berdua . ali arif dan sulaiman melihat arah yang ditunjuk beliau . wajah mereka menunjukkan keheranan atas syarat yang ditentukan pamannya . namun , apa boleh buat ? teringat pesan2 ibundanya dulu harus bersabar dengan apapun yang dilakukan pamannya itu .

“ insyallah paman . kami akan mengusahakannya “ . jawab mereka berdua dengan mantap .

“ ya sudah , segera kalian pergi sekarang ketempat hutan itu . nanti menjelang maghrib aku akan datang kesana melihat langsung hasilnya “ . kata kyai sholeh dengan sangat tegas-nya .

membabat alas ( hutan ) segoropuro – pasuruan

singkat kisah , merekapun berangkat menuju arah segoropuro yang masih berupa hutan. sesampainya disana mereka tidak langsung membabat hutan itu . namun terlebih dulu beristirahat dan sambil memusyawarahkan perintah pamannya tadi .

“ bagaimana ini kang ali ? mungkin kah Cuma kita berdua yang akan membabat hutan ini ? Cuma ada waktu beberapa jam lagi “ . kata sulaiman pada kakaknya .

“ ya bagaimana lagi dik , lha wong itu perintahnya . kan ibu kita sudah berpesan pada kita . apapun yang diperintahkan paman kita harus kita turuti dengan bersabar “ . jawab ali arif pada sulaiman adiknya .

“ lha terus ? kita menebang seluruh pohon-pohon dihutan yang sangat luas ini pakai apa kang ? sedang paman sholeh sendiri tak membekali peralatan utk menebang pohon2 besar itu . gimana kang ? “ . tanya sulaiman yang membuat kakaknya ( ali arif ) bingung juga . karena memang tak membawa satu peralatanpun untk membabat hutan itu .

“ oh iya kang , ibu kita kan membekali sebuah bungkusan saat dicirebon kemarin . coba dibuka kang . siapa tahu ada gunanya “

“ baik lah , kita buka saja bungkusan ini “ . kata ali arif dengan mengeluarkan bungkusan pemberian ibunya itu . dia pun membuka ikatan bungkusan itu . dan ternyata berisikan 2 bilah pisau kecil yang hanya pantas dipakai cukur kumis atau jenggot .

“ hah ?? kok Cuma pisau kecil sih kang ? mana bisa dipakai membabat hutan dg pohon2 yg sangat besar2 ini ? “ kata sulaiman keheranan .

“ iya dik , aku juga heran apa yang dimau ibu kita . tapi saya yakin ! tidak mungkin ibunda kita membekali sesuatu yang tak ada gunanya “ . jawab ali arif .

“ lha terus piye ini kang ? “ tanya sulaiman lagi dengan penasaran .

“ ya gak usah piye-piye lagi dik . apapun yang terjadi kita harus segera memulai membabat hutan ini dengan peralatan dari ibu kita yang alakadarnya ini . bimillah .. “ . jawab ali arif dengan mantap .

“ oh gitu kang ? oke lah .. bismillah kita mulai saja ! “ . kata sulaiman yang tak kalah mantapnya dengan kakaknya , ali arif .

setelah membawa pisau kecil satu satu , mereka pun segera memasuki area hutan itu . dengan diawali bismillah merekapun memulia membabat semua pohon-pohonan hutan seperti yang diperintahkan pamannya tersebut . saya ga’ tahu kronologi pembabatan hutan yang begitu luasnya itu hanya dengan bekal 2 pisau kecil pemberian ibunda mereka . Cuma , kisah yang aku dengar dari sumber2 yang bisa dipercaya bahwa pekerjaan itu selesai bahkan Cuma beberapa jam saja . batas waktu yang ditentukan pamannya bahkan masih lama sisanya . subhanallah … hanya Allah yang mampu membuat seperti itu . mereka berdua hanyalah makhluq-NYA seperti yang lainnya . namun karena Allah mencintai mereka berdua , maka DIA memberi pertolongan dan kemudahan .

sekarang kita beralih ke sosok kyai sholeh semendi yang masih berada dipesantrennya . beliau seakan tahu kalau pekerjaan kedua keponakannya itu selesai lebih cepat dari waktu yang dia tentukan . tentunya ini sangat menggembirakan dan membanggakan hati beliau , yang melihat kedua keponakannya adalah manusia2 yang diberi kekaromahan atau kemuliaan oleh Alloh seperti itu .

segera beliau berangkat menuju hutan yg tlah dibabat habis itu . beliau melangkah dengan membawa perasaan sangat bangga . namun apa yang terjadi setelah beliau sampai ditempat itu ? beliau melihat hutan itu telah bersih . tanpa ada pohon satupun yang tersisa . baik yang kecil atau yang besar . baik yang berbuah atau yang belum . kyai sholeh terlihat agak marah melihat itu . segera beliau mendekati kedua keponakannya itu dengan wajah yang terlihat marah . kontan saja itu membuat hati ali arif dan sulaiman makin keheranan . bukan kah kita sudah melaksanakan perintahnya dengan sukses ? pikir mereka .

“ ali !! sulaiman !! kemari kalian ! “ panggil kyai sholeh dengan agak membentak . mereka pun dengan perasaan takut mendekati beliau .

“ dalem paman ( iya paman ) “ . jawab mereka berdua dengan sangat takutnya .

“ kalian berdua ini bagaimana sih ? kok asal nebang pohon saja . lihat ! gak ada yang tersisa sama sekali . mestinya kalian itu gak menebang pohon yang bisa dipakai sumber kehidupan masyarakat sini kelak . seperti pohon kelapa , nanga , pisang dan yang lainnya yang bisa dimakan buahnya “ . kata kyai sholeh dengan marah .

nah lho ? ya jelas hal itu malah membuat ali arif dan sulaiman smakin heran atas pamannya ini . gimana engga’ ? kan perintahnya emang begitu ? membabat habis !! . tapi memang dasarnya kedua saudara kandung itu berhati bersih , jadi berusaha tetap bersabar .

“ pokoknya saya nggak mau tahu ! kalian harus mengembalikan pohon-pohon yang bisa diambil kemanfaatannya !! “ lanjut kyai sholeh dengan suara marah .

“ insyallah paman . . . “ itulah jawab ali arif dan sulaiman .

segera mereka berdua kembali ketempat pohon2 yang sudah berjatuhan karena ditebang tadi . mereka asal aja berbuat karena sudah gak punya jalan keluar lagi . mereka memilih pohon nangka , duren , kelapa dan pohon2 yang bisa berbuah lainnya yg sudah terpotong . mereka berdirikan lagi pohon2 itu . mereka tancapkan ketanah . tak ketinggalan pohon2 kecil seperti pohon pisang atau sayuran-sayuran lainnya . mereka tancapkan pula ke tanah .

terlihat perbuatan mereka berdua itu asal saja . namun apa yang yang terjadi ? bi-idznillah ! seluruh pohon-2 pilihan yg sudah terpotong dan roboh , ternyata hidup lagi ketika mereka tancapkan kebumi . yang awalnya tak berbuah , seketika itu muncul buahnya dengan segar-segar . tanaman sayuran pun langsung tumbuh kembali berikut terlihat keluar buahnya seketika , seperti tomat , lombok , ubi , ketela dan lain2nya . itulah salah satu dari karomah kedua pemuda dari keturunan sayyid abdurrahman basyaiban dan cucu dari syarif hidayatullah adzmatkhan ( s.gunungjati ) .

sedang kyai sholeh yang melihat tingkah laku kedua keponakannya itu , Cuma tersenyum dari kejauhan . sang kyai itu merasa bertambah yakin atas kemuliaan mereka . kyai sholeh tahu kalau ali arif dan sulaiman adalah sosok pemuda yang akan menjadi orang besar kelak . an apapun yg kyai sholeh lakukan itu tak lebih dari sekedar pencoba’an dhahir dan bathin mereka berdua .

kini , hutan yang sangat luas itu sudah kembali bersih dan indah . hanya terisi pepohonan yang bisa dimakan buahnya . terlasa sejuk hawanya . apalagi itu adalah daerah pegunungan kecil . yang kala itu masih belum punya nama .

menikah

Setelah beberapa coba’an yang mereka berdua terima dari paman mereka ( kyai sholeh ) maka , sejak itu pula mereka sudah diperkenankan mengaji dan diajar langsung oleh kyai sholeh . mereka sungguh senang tatkala bisa memulai mengaji pada pamannya tersebut . sedang kyai sholeh semendi sendiri setiap hari makin bertambah kagum atas kecerdasan kedua keponakannya itu . tak ada satu pelajaran pun yang tak mereka serap dengan cepat oleh mereka berdua . bahkan termasuk ilmu hikmah yang tak semuanya mampu memahami . namun bagi mereka seperti memahami hal yang mudah saja . dari situlah , kyai sholeh berpikiran ingin menikahkan kedua keponakannya itu dengan kedua putrinya . kebetulan kyai sholeh ini punya 2 putri .

Singkat cerita , kyai sholeh mengutarakan maksud hatinya utk menikahkan ali arif dan sulaiman dengan putri2-nya . karena keta’atan dan kemantapannya , akhirnya mereka berduapun setuju atas tawaran pamannya tersebut . konon putri kyai sholeh yang pertama itu kurang begitu cantik . sedang putri yang kedua itu sangat cantik . kyai sholeh berencana menjodohkan putrinya yang pertama untuk sulaiman dan putri yang kedua untuk ali arif . ali arif sebagai kakak sulaiman tahu betul atas keinginan adiknya itu . terlihat dari sorotan mata sulaiman , adiknya itu menginginkan putri kyai sholeh yang kedua , yg cantik itu . apalah artinya seorang kakak jika tak mengalah terhadap adiknya ? . segera ali arif mengutarakan usul terhadap kyai sholeh :

“ maaf paman sholeh . ada sesuatu yang mau saya sampaikan terhadap panjenengan . secara garis besarnya , kami setuju untuk dinikahkan dengan putri panjenengan . kami suka sekali tawaran paman . namun saya mohon , untuk saya yang mana dan untuk adik saya sulaiman juga yang mana , biarlah kami sendiri nanti yang menentukannya . saya harap paman pada akhirnya menyetujui keputusan pilihan kami . apakah saya berjodoh dengan putri yang pertama atau yang kedua . mohon maaf , mohon paman jangan marah . dan satu lagi , saya berharap paman bilang dulu sama ibunda khodijah dicirebon jika saya telah anda jodohkan dengan putri-putri panjenengan “ . itulah yang diusulkan ali arif .

mendengar usul keponakannya itu , kyai sholeh langsung sepakat . dan beliau sangat senang melihat kebijakan yang ditempuh ali arif itu .

“ baiklah ali dan sulaiman . semua permohonan kalian aku setujui . bicarakan pilihan calon istri yg dari putri2ku buat kalian . aku akan tetap menyetujui keputusan akhirnya . dan urusan ibunda kalian ( syarifah khodijah ) , serahkan padaku, kerena ibunda kalian adalah kakak kandungku sendiri . itu hal mudah sekali . aku sendiri yang akan menyampaikannya pd beliau perihal pernikahan kalian dengan kedua putri-putriku . kakak ku itu pasti menurut apa kata ku . “ jawab kyai sholeh dengan bijak pula .

Akhirnya mereka berduapun keluar dari rumah kyai sholeh semendi . tingal sekarang masalah pemilihan calon istri buat mereka berdua . dengan gaya seperti layaknya para pemuda yang suka bercanda , mereka memusyawarahkan hal itu dengan sangat santai dan sesekali becanda .

“ bagaimana ini kang ? saya yang nomer dua aja ya ? “ kata sulaiman setengah menggoda kakaknya , ali arif .

“ hahaha , kamu kepingin yang adiknya ya dik ? memang dia cantik ? kalau menurutku , kakaknya juga manis kok dik “ . jawab ali arif dengan tertawa .

“ iya kang , saya kok suka yang adiknya . pas buat saya .. saya kan ganteng kang ? hehehe gimana kang menurut sampeyan ? “ kata sulaiman dengan menggoda kakaknya itu .

“ iya iya , kalau … kalau masalah ganteng sih , saya juga sama seperti kamu sulaiman hehehe … baiklah , saya gak keberatan kamu menikah dengan adiknya . asal kamu harus membuktikan bahwa kamu memang layak mendapatkannya “ kata ali arif pada adiknya .

“ membuktikan apa kang maksudnya ? saya kurang ngerti maksud kang ali “ tanya sulaiman penasaran .

“ yaa membuktikan apa saja lah . yang bisa membutku berpikir bahwa kamu layak jadi suaminya “ jawab ali arif .

akhirnya , pembicaraan seputar calon istri selesai . kini tinggal sulaiman yang harus memikirkan hal apa saja yang bisa membuat kakaknya itu salut dan percaya , bahwa dia layak mendapatkan istri pilihannya itu .

suatu hari , sulaiman memulai aksinya . dia berencana mencegat kakaknya ditengah jalan , yang disitu banyak pohon-pohon kelapanya disepanjang jalan . kebetulan saat itu kakaknya sedang disuruh kyai sholeh untuk satu keperluan dirumah seseorang . dan sulaiman tahu pada akhirnya kakaknya akan melewati jalanan yg akan dia cegat nanti . dan ternyata ? tepat dugaan sulaiman . dari kejauhan terlihat kakaknya berjalan melewati jalan itu .

“ kang . . . kang ali .. . ! “ panggil sulaiman pada kakaknya . dan sambil teriak memanggil , tangan sulaiman membuat isyarat kearah pohon-pohon kelapa agar tunduk dan melengkung kebawah . dan benar ! dengan isyarat tangan sulaiman tadi , semua pohon-pohon kelapa sepanjang jalan itu sama-sama melengkung kebawah . walhasil , buah kelapanya sama menggantung dan mendekati tanah.

“ kang … kang ali gak haus ? itu kang , kelapanya pada nunduk . ambil kelapa muda kang . pasti seger air nya “ . kata sulaiman dari kejauhan terhadap kakaknya . sedang ali arif mengerti akan maksud adiknya yang berusaha membuat kepercayaan pada dirinya . dia senyum aja melihat tingkah laku sulaiman .

“ oh , terima kasih dik , saya ngga’ haus kok “ . jawab ali arif .

“ ayo lah kang … pasti seger-seger kelapa mudanya itu . tak ambilin ya kang .. biar kang ali tinggal meminumnya “ . kata sulaiman sambil melambaikan tangannya kearah pohon-pohon kelapa yg nunduk itu . tiba-tiba buah kelapa mudanya terjatuh dengan sendirinya dan sekalian terbuka kulitnya . jadi tinggal meminumnya saja .

karena kasihan dengan jerih payah adiknya itu , akhirnya ali arif mengambil salah satu kelapa muda yg sudah terbuka itu . dia meminumnya . segar memang . terlihat dari wajah ali arif yg begitu segar setelah meminumnya . sebenarnya bukan satu buah kelapa saja yg terjatuh dan terbuka , tapi banyak juga .

“ dik , saya Cuma minum satu saja . gak perlu banyak2 . mubadzir yang sudah terlanjur jatuh dan terbuka ditanah ini “

kata ali arif sambil mengambili kelapa2 muda lainnya yg berceceran ditanah dan langsung ditempelkan lagi kepohonnya . yang sudah pecah kulitnya diusap oleh ali arif dan kembali utuh kembali . lalu setelah itu , ali arif melambaikan tangannya dengan isyarat ke-pohon2 kelapa itu . dan seketika , yang semula pohon2 itu melengkung sekarang menjadi tegak kembali seperti sedia kala . sulaiman melihat yang dilakukan kakaknya itu dengan senyum2 sendiri .

begitulah kedua pemuda itu jika saling menggoda . karena kebersihan hati mereka , maka tak heran jika mereka berdua tergolong orang yang dimaqbul doanya oleh Allah SWT . namun tak Cuma begitu saja rupanya sulaiman yang ingin menunjukkan pd kakaknya bahwa dia memang pantas menjadi suami dari wanita yang dia harapkan . meski kakaknya ali arif juga mengimbangi kesaktian adiknya , namun ali arif tak merasa ada persaingan .

“ kang ali , bawa apa itu ? “ tanya sulaiman pada kakaknya yang tadi terlihat meletakkan bungkusan semacam tumbu ( tempat makanan atau kue yg terbuat dari anyaman bambu ) diatas batu besar .

“ oh , itu … itu kue yang dititipkan seseorang untuk paman kita , kyai sholeh “ . jawab ali arif kakaknya .

“ sini kang , biar saya saja yang bawa , itu berat lho kang “ . kata sulaiman menggoda kakaknya lagi .

kan Cuma bungkusan tumbu yg berisi kue ? ringan benget lah . emang sih , bukan ali arif sendiri yg membawa tumbu itu . tadi selama perjalanan pulang , santri pamannya yg disuruh ikut ali arif itulah yang membawa tumbu itu . merasa akan ada permainan lagi dari adiknya , ali arif segera menyuruh santri itu mengambil bungkusan yg tadinya diletakkan diatas batu .

“ coba kang ! ambil tumbu yang tadi sampeyan bawa itu “ . perintah ali arif pada santri untuk mengambil tumbu yang dia letakkan diatas batu besar tadi . apa yang terjadi ? ketika santri itu mengambil tumbu itu , seketika itu langsung terjatuh karena terlalu beratnya . akhirnya dia bangkit lagi dan berusaha mengangkat tumbu kecil yg berisi kue ringan itu . dan tetap saja , dengan sangat ngotot dan berkeringat , dia tak bisa mengangkat sedikitpun bungkusan tumba tadi . diulang lagi , dan gagal terus … sedang kakak sulaiman , yaitu ali arif tersenyum saja melihat kelakuan adiknya itu . dia tahu maksud adiknya .

“ sudah … sudah sulaiman … kasihan santri itu . tuh , ngotot sekali dia . ayo kang santri , sekarang kamu angkat lagi . kita segera menghadap kyai sholeh . sudah ditunggu dari tadi “ . kata ali arif sambil menyuruh santri tadi mengulangi sekali lagi untuk mengambil bungkusan kecil tadi . subhanallah , begitu ali arif yang menyuruhnya , bungkusan itu kembali enteng seperti sedia kala . santri itupun kagum akan kesaktian dua saudara tersebut . sedang sulaiman tetap senyum senyum saja pada kakaknya .

karena sudah meresa cukup atas jerih payah adiknya yang ingin menunjukkan bukti tersebut , akhirnya ali arif mendekati adiknya dan berbicara pelan :

“ wes dik , saya sudah percaya kalau kamu memang pantas mendapatkan adiknya . saya ridho dan ikhlas . dan saya yang akan menikah dengan kakak calon istri kamu “ . kata ali arif .

“ beneran nih kang ? “ tanya sulaiman .

“ iya …bener … “

“ alhamdulillah … terimakasih ya kang ali “ . ucap sulaiman sangat gembira . dan ali arif pun merasa senang melihat adiknya bahagia seperti itu .

akhirnya hasil akhir kesepakatan mereka berduapun dilaporkan ke kyai sholeh semendi . beliau sangat senang , akhirnya kedua keponakannya itu sudah mempunyai keputusan yang baik . segera kyai sholeh mengatur rencana pernikahan kedua putrinya dengan kedua keponakannya itu . dan tak lupa , setelah menentukan hari pernikahan kedua putrinya , kyai sholeh juga mengutus salah satu santrinya untk pergi kecirebon , guna memberitahukan kakak perempuan beliau yaitu ibunda ali arif dan sulaiman ( syarifah khodijah binti syarif hidayatulloh ) .

memang sejak dulu , ssebelum kedua putranya masuk dipesantren kyai sholeh , syarifah khodijah sudah pasrah penuh masalah perjodohan kedua anaknya itu pada kyai sholeh , adiknya . namun yang tak menyangka adalah , bahwa calon istri anak-anaknya ternyata adalah misanannya sendiri , yaitu anak dari saudara . ya mungkin kalau syarifah khodijah tahu pasti kaget . tapi bukan menolak … ya tak menyangka saja . akhirnya , utusan kyai sholeh kecirebon pun berangkat . namun , saya kurang jelas kisah selanjutnya , yang jelas ditengah jalan utusan kyai sholeh tersebut mendapat halangan hingga sangat telat untuk memberitahukan hari pernikahan ali arif dan sulaiman pada ibunda mereka berdua . terbukti , saat hari pernikahan keduanya , ibunda meraka masih belum nyampai ke pasuruan dipesantren semendi milik kyai sholeh .

“ kita teruskan saja acara aqad nikah kalian . ibu kalian masih dalam perjalanan . mungkin 2-3 hari lagi nyampe kesini . sementara undangan sudag pada datang . kalian berdua tenang saja . nanti aku yang akan menjelaskan semuanya pada ibu kalian “

itulah yang dikatakan kyai sholeh terhadapa ali arif dan sulaiman . karena keduanya sangat ingin pernikahannya dihadiri oleh ibunda mereka . namun , keadaan lah yg mendesak untuk melanjutkan pernikahan tersebut . singkat kisah , berlangsung lancarlah pernikahan itu . semua terlihat lega dan gembira termasuk ali arif dan sulaiman .

kita beralih ke ibunda mereka yang masih dalam perjalanan menuju pasuruan . syarifah khodijah tahu bahwa saat ini adalah sudah melewati batas tanggal pernikahan putra2nya . namun beliau punya keyakinan , pasti pernikahan itu ditundanya karena menunggu dirinya sampai datang . namun apa yang terjadi ? ketika sudah masuk dikota pasuruan , beliau mendengar sebuah perbincangan orang2 sekitar bahwa pernikahan ali arif dan sulaiman sudah berlansung 2 hari yang lalu . nah ? jelas itu membuat beliau kecewa dan marah . bukan marah pada kedua putranya itu , tapi pada adiknya sendiri , yaitu kyai sholeh semendi . beliau berusaha ingin cepat2 sampai kepesantren adiknya itu . beliau ingin memarahinya . hatinya sudah tak sabar segera ingin sampai .

sedang dipesantren kyai sholeh sendiri , adem ayem saja . dan tiba-tiba , kyai sholeh memanggil ali arif dan sulaiman untuk segera menghadap beliau saat itu juga . setelah mereka berdua sudah menghadap . kyai sholah berkata :

“ ali arif dan sulaiman … saya mau tanya pada kalian . masakan apa yang paling disukai ibu kalian ? “ tanya kyai sholeh secara tiba2 .

“ ada apa paman ? kok tanya itu ? setahu saya , ibunda kami paling suka dengan yang namanya sayur asem dan ikan yang digoreng kering . apalagi ada sambel pedasnya .. ada apa paman ? “ jawab sulaiman dengan sangat penasaran .

“ ya sudah , sekarang , suruh istri-istri kalian memasak yang kalian sebutkan tadi . yang enak kalau memasak . saat ini , ibunda kalian sedang ditengah perjalanan dalam keadaan marah . kalian tenang saja . biar semuanya aku yang mengurus “ .

segera mereka berdua menyuruh istri2nya memasak apa yang paling disukai ibundanya itu . mereka berpesan agar sangat hati2 kalaun memasak dan harus teliti bumbunya . karena , makanan yang akan disuguhkan buat ibunya nanti harus sempurna .

singkat kisah , akhirnya ibunda mereka sudah sampai dipesantren sang adik ( kyai sholeh ) . dengan langkah yang terlihat cepat dan wajah yang agak memerah tanda memendam kemarahan , beliau langsung menuju kerumah kyai sholeh . terlihat se-isi rumah sangat bingung atas kedatangan dan kemarahan syarifah khodijah . hanya kyai sholeh yg terlihat nyantai tak menunjukkan kebingungannya . setelah kyai sholeh mempersilahkan kakak perempuannya itu masuk dan menyuruhnya duduk dibale depan agar bisa istirahat , maka kyai sholeh pun duduk didepan beliau .

“ arif ! sulaiman ! ini loh bunda kalian sudah datang “ .

panggil kyai sholeh pada kedua keponakannya dan sekaligus menantunya itu , tak lama , keduanya pun keruang tamu utk menemui ibunda tercinta mereka yg selama ini mereka rindukan . terlihat wajah2 mereka yg begitu bahagianya dalam pertemuan itu . suasana terlihat haru biru saat itu . tangisan dari mereka semuanya tak terhindarkan . dan ?? apa yang terjadi adalah , syarifah khodijah tenggelam dalam perasaan bahagia atas pertemuan tadi hingga beliau lupa akan marahnya . lupa akan tujuan utamanya yaitu marah terhadap adiknya ( kyai sholeh ) yg telah menikahkan kedua putranya itu tanpa menunggu kedatangan beliau . dan anehnya , karena saking bahagianya , syarifah khodijah tak begitu memperhatikan kalau dari tadi kedua menantu perempuannya telah keluar masuk untuk mempersiapkan makan siang yg mereka masak tadi buat mertuanya .

“ monggo yu ( kak ) , makan dulu . nih , ada sayur asem dan gorengan kering ikan kesukaan sampeyan “ . kata kyai sholeh mempersilahkan kakaknya untuk makan . karena habis menempuh perjalanan sangat jauh , tentunya beliau terasa lapar . dan ketika melihat ada makanan kesukaannya diatas meja makan itu , langsung selera makan beliau memuncak .

“ oh iya dik , terima kasih “ jawab syarifah khodijah pada kyai sholeh . tak lama , beliau pun menikmati makananan bersama kyai sholeh dan kedua putranya . sedang kedua menantunya menunggu didalam rumah tak ikut makan bersama .

Dengan lahapnya mereka semua menikmati masakan itu , hingga sayarifah khodijah lupa dan hilang tujuan utamanya , yaitu kemarahan yg akan ditujukan pada adiknya itu . hingga selesailah acara makan2 itu . dengan wajah yang berkeringat dan perut yang sudah kenyang , syarifah khodijah berkata :

“ masyallah dik , enak bener masakan ini . sudah lama aku tak merasakan masakan seenak dan senikmat ini . kok tahu loh resepnya bikin sayur asem dan ikan goreng kering sesempurna ini . siapa dik yang masak ini ? “ . tanya syarifah khodijah pada kyai sholeh , adiknya .

“ hehehe , siapa lagi toh yu ? yang bisa buat masakan itu yg mirip dengan masakan sampeyan kalau bukan keponakan2 sampeyan sendiri ? itu loh , kedua putri2 ku yang saat masih kecil sering ikut membantu sampeyan memasak . dan sekarang , mereka berdua itulah menantu sampeyan , istri2 dari putra2 sampeyan “ . jawab kyai sholeh pada kakaknya . tapi jawaban kyai sholeh itu tak membangkitkan kemarahan beliau lagi . malah beliau teringat kenangan masa lalu saat masih bersama kedua keponakan perempuannya dulu . dengan senyum-senyum sendiri syarifah khodijah meng-ingat masa lalu itu . dalam benaknya memang setuju dan cocok dengan menikahnya arif dan sulaiman dg kedua keponakan perempuannya itu .

“ masyallah … gitu ya dik ? mana ?? mana ??? mana mereka ? mana kedua keponakan perempuanku itu ? “ kata syarifah khodijah yg terlihat sangat rindunya . segera kyai sholeh memanggil kedua putrinya tadi .

“ nduk … nduuk … ayo kalian berdua kemari ! ini loh ibu mertua kalian memanggil “ . panggil kyai sholeh agak keras . dan tak lama , kedua putrinya itu keluar dan sungkem hormat dan lembutnya dihadapan syarifah khodijah , mertuanya itu .

Akhirnya , mereka saling berpelukan dan suasana terharu terjadi . beliau terlihat senang dan bangga mempunyai kedua menantu seperti mereka berdua . kemarahan yg tadinya bergejolak dalam hati beliau langsung sirna saat berhadapan dg kedua menantu . yang ada adalah perasaan senang dan bangga . beliupun berpesan dan memberi nasihat2 bagus pada semuanya .

Singkat cerita , entah berapa hari syarifah khodijah berada dipesantren adiknya itu . bisa berhari2 atau berminggu2 atau berbulan-bulan . yang pasti , ketika beliau mau berniat kembali kecirebon , baru keluar dari kota pasuruan tepatnya dikota bangil , beliau sakit dan beristirahat dirumah salah satu kerabatnya . tak jelas nama kerabat itu . karena sakitnya makin hari makin parah , akhirnya beliau meninggal dunia ditemnpat itu pula . maka hingga saat ini , makam beliau yang berada dikota bangil itu semakin ramai dikunjungi oleh para peziarah dari segala penjuru . konon , beliau disitu dimakamkan dengan salah satu putra beliau yang saya sendiri kurang pasti namanya .

Berlalunya waktu yang cukup lama , akhirnya kedua saudara kandung ( sayyid arif dan sayyid sulaiman ) saling berpisah untuk melaksanakan tugas yg mereka emban mensyi’arkan agama islam . untuk sayyid arif , beliau berpindah dari pesantren kyai sholeh menuju ke tempat hutan yang dulunya dia babat bersama adiknya . masih ingat kan kisah itu ? . disitu beliau mendirikan pesantren yang pada akhirnya banyak para penuntut ilmu yg datang utk nyantri ketempat beliau . karena tempatnya dulu dekat dengan lautan , maka pesantren itu dinamakan segoropuro . tapi kenapa kok sekarang tempatnya agak jauh dari pesantren segoropuro ? ada kisah menarik tentang itu . konon , dulu sayyid arif saat mengajar sering terganggu dengan suara ombak yg terus menerus tiada henti itu . akhirnya beliau disaat mengajar berhenti sejenak dan keluar memandang pantai itu . dengan terompahnya atau sandal , beliau lemparkan sendal itu ke pantai dengan berkata : “ menjauh-lah hai pantai ! dengan izin Allah !! “ . nah , apa yg terjadi ? ternyata keberadaan pantai itu semakin mundur dan menjauh hingga suaranya tak mengganggu pengajian beliau lagi . subhanallah ….

Adalah beliau , sayyid ali arif segoropuro mempunyai beberapa keturunan . yaitu beberapa anak lelaki dan perempuan . salah satu putra beliau adalah abdurrahman . mungkin nama itu beliau pakai utk putranya untuk tabarrukan dari nama ayahnya ( sayyid abdurrahman bin umar basyaiban ) . dan ada lagi informasi yg mengatakan bahwa putra beliau ada yg bernama hasan madinah . makamnya juga ada dan terawat . dan masih ada lagi nama2 putri beliau yg tak saya sebutkan disini . meski ada salah satu lembaga pengumpul data silsilah nasab yang tak mengakui bahwa beliau mempunyai putra laki2 , namun faktanya sangat berbeda dengan yg dilapangan. Kenapa nama2 putra beliau tak tertulis ? yaa , itu kan tugas para pencari data silsilah kan ? dan kita tak bisa menafikan itu . asal dalam pencarian data silsilah tak disertai dg hati ‘ujub dan merasa benar sendiri , dan asal dengan hati yg jernih , insyallah akan menemukan , insyallah . wallahu a’lam bis-showab .

Lain sayyid ali arif , lain pula adiknya , yaitu sayyid sulaiman . beliau juga menetap lama disebuah desa disekitar pasuruan juga . hingga beliau mendapat panggilan kyai kaniigoro . sangat banyak kisah perjalanan beliau . kalau kita mau mencari kisah2 tentang sayyid sulaiman ini di situs2 lain , pasti akan bertebaran tulisan tentang kisah beliau . salah satu peninggalan beliau yang hingga kini masih berdiri kokoh adalah sebuah rumah yg dulunya beliau tinggali bersama putranya , khazam namanya ( kalau ga keliru ) . dan satu lagi peninggalan beliau , adalah sebuah pesantren yg hingga kini masih sangat eksis dan terdapat ribuan santri didalamnya . yaitu pesantren SIDOGIRI . nama sidogiri itu berasal saat sayyid sulaiman ketika berangkat menuju kemataram krn diundang oleh sultan kerajaan itu . disaat beliau sampai didaerah mbetek – mojokerto , beliau teringat kalau tongkat yang beliau bawa tertinggal dirumahnya ( dipesantren-nya ) . nah , dari tertinggalnya tongkat itulah beliau mengucapkan kalimat berulang-ulang dengan ucapan : sido keri … sido keri … ( jadi teringgal ) . hingga nama itu lestari hingga sekarang menjadi sidogiri ( pengucapan agak berubah dari kata asal . mungkin dari mulut kemulut hingga menjadi kata seperti itu ) . adapun sayyid sulaiman mempunyai beberapa istri , maka pantas jika mempunyai banyak putra-putri dari beberapa istri beliau . 

Wafatnya Sayid Sulaiman

Setiba di Pasuruan, setelah dari Solo untuk mengabarkan penolakan rakyat Pasuruan pada sang Raja, Sayid Sulaiman pamit kepada istrinya yang sedang hamil tua untuk pergi ke Ampel, Surabaya. Lalu meneruskan perjalanannya ke Jombang. Namun di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung, Jombang, beliau jatuh sakit, kemudian wafat dan dimakamkan di sana. Tidak diketahui dengan pasti tahun kewafatannya.

Istri Mbah Sulaiman yang sedang hamil tua itu terus menunggu kedatangan sang suami. Yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung datang. la memutuskan untuk mencari Mbah Sulaiman. Dari Pasuruan ke Sidoarjo, Surabaya, lalu ke Malang. Akhirnya ia melahirkan di Desa Mendit, dekat pemandian. Namun bayinya langsung meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Woksuru. Istri Mbah Sulaiman ini tetap tidak putus asa. la terus mencari Sayid ke arah selatan, menuju Desa Sawojajar, Malang bagian timur. Tapi malang tak dapat ditolak, ia meninggal dunia sesampainya di desa Grebek.

Menurut versi lain, ketika pergi ke Solo untuk memenuhi panggilan Raja, Mbah Sulaiman tidak sampai ke Solo. Beliau jatuh sakit di tengah perjalanan, tepatnya di kampung Betek, Mojoagung. Selama masa sakitnya, beliau dirawat oleh seorang kiai bernama Mbah Alif, sampai beliau memenuhi panggilan Tuhan. Selama berada di Mojoagung dalam rawatan Mbah Alif, Mbah Sayid Sulaiman berdoa kepada Tuhan, Kalau pertemuannya dengan Raja Solo dianggap baik dan bermanfaat, maka beliau memohon agar dipertemukan. Tetapi jika tidak, maka beliau minta lebih baik wafat di tempat itu. Akhirnya, permintaan yang kedua dikabulkan oleh Allah. Beliau tidak sampai bertemu dengan Raja Mataram, dan wafat di Mojoagung.

Adipati yang disuruh menjemput Mbah Sayid, mengirim surat kepada Raja Solo, bahwa dirinya tidak akan kembali ke Solo dan memilih menetap di Mojoagung untuk menjaga makam Mbah Sayid. Sang adipati tetap tinggal di Mojoagung hingga meninggal dunia dan dimakamkan di sana pula.

Turunkan Pewaris Perjuangannya

Hasil jerih payah Mbah Sayid dalam segala usahanya membawa berkah amat besar bagi kehidupan beragama kaum muslimin sampai sekarang. Perjuangannya mendirikan pesantren, melawan dan bergelut dengan tantangan, telah menorehkan napak tilas terciptanya apa yang kini kerap disebut dengan kentalnya moralitas agamis dan budaya pesantren. Beliau berjasa mendirikan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, juga menurunkan pewaris-pewaris perjuangannya. Para pewaris perjuangannya termasuk para ulama pemangku pesantren-pesantren besar, mulai dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo dan Pondok Pesantren Al-Muhibbin Surabaya, sampai Pondok Pesantren Syaikhuna Kholil Bangkalan.

Dari istri pertamanya di Krapyak Pekalongan, Sayid Sulaiman dikaruniai empat orang putra. Yaitu Hasan, Abdul Wahhab, Muhammad Baqir (makamnya ada di Geluran,Sepanjang, Sidoarjo), dan Ali Akbar. Keturunan Sayid Sulaiman dari jalur Abdul Wahhab, banyak yang tinggal di Magelang dan Pekalongan. Sedangkan keturunan beliau dari jalur Muhammad Baqir berada di Krapyak Pekalongan. Abdul Wahhab dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan penjajah Portugis dan Belanda. Begitu pula Hasan. Sayid yang masyhur dengan sebutan “Pangeran Agung” ini juga sosok pejuang pembebasan tanah Jawa dari cengkeraman Kompeni Belanda.

Melalui jalur Sayid Ali Akbar, banyak terlahir ulama-ulama pemangku pesantren di Jawa Timur. Sebut saja, Sidogiri, Demangan Bangkalan, dan Sidoresmo Surabaya. Sampai kini, makam Sayid Ali Akbar tidak diketahui. Konon, karena kegigihannya menentang penjajah, ia selalu diburu oleh Kompeni Belanda. Suatu ketika, Belanda berhasil menangkap Ali Akbar dan akan dibuang ke Belanda dengan menggunakan kapal. Tapi di tengah pelayaran Sayid Ali Akbar hilang. Anehnya, ia muncul lagi di Sidoresmo. Untuk kedua kalinya beliau ditangkap tentara Kompeni dan dibawa ke Belanda. Tapi seperti semula, beliau menghilang di tengah pelayaran dan kembali ke Sidoresmo. Kemudian, untuk ketiga kalinya beliau ditangkap dan dibawa ke Belanda. Tidak seperti penangkapan sebelumnya, Ali Akbar tidak kembali ke Sidoresmo. Ia terus menghilang. Konon, beliau lari ke Tarim, Hadramaut, kampung para wali di mana kakeknya, Abdurrahman Basyaiban, dilahirkan.

Sayid Ali Akbar meninggalkan enam putra yang kelak menjadi penerus jejak kakeknya, Mbah Sayid Sulaiman. Mereka adalah:

1. Sayid Imam Ghazali (makamnya di Tawunan Pasuruan)

2. Sayid Ibrahim (makamnya di Kota Pasuruan)

3. Sayid Badruddin (makamnya di sebelah Tugu Pahlawan Surabaya)

4. Sayid Iskandar (makamnya di Bungkul Surabaya)

5. Sayid Abdullah (makamnya di Bangkalan Madura) dan

6. Sayid Ali Ashghar (makamnya di Sidoresmo).

(belakangan diketahui, bahwa menurut catatan nasab keluarga Sidogiri dan Bangkalan, Sayid Abdullah adalah putra Sayid Sulaiman, bukan cucu Sayid Sulaiman dari Sayid Ali Akbar).

Dari Sayid Abdullah, terlahir pewaris-pewaris perjuangan Sayid Sulaiman yang memangku pesantren seperti Sidogiri dan Demangan Bangkalan, yang masing-masing telah memiliki ribuan santri.

Sedangkan keturunan Mbah Sayid Sulaiman dari Ali Ashghar di Surabaya telah ‘menguasai’ dua desa, Sidoresmo dan Sidosermo. Sekarang, di dua desa ini terdapat sekitar 28 pondok pesantren. Semuanya diasuh oleh keturunan Sayid Sulaiman.

Sayid Ali Ashghar juga menurunkan ulama-ulama pemangku pesantren di Tambak Yosowilangon, Surabaya.

Sedangkan dari istrinya yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi, Sayid Sulaiman mempunyai beberapa putra. Di antaranya kiai Ahmad, Lebak, Winongan, Pasuruan. Dari istrinya yang ketiga di Malang, beliau mempunyai putra Sayid Hazam. Tetapi menurut riwayat lain, Hazam adalah putra Mbah Sulaiman dari istri yang kedua, putri Mbah Sholeh Semendi.

Pembabat Sidogiri

Konon, Mbah Sayid Sulaiman membabat Sidogiri atas titah dari Sunan Giri. Beliau harus berjuang habis-habisan untuk membabat Sidogiri. Tidak sekadar bekerja keras menebang pohon-pohon Sidogiri yang masih berwujud rimba, tapi juga harus bertarung melawan bangsa Jin, sebab Sidogiri yang saat itu masih sangat angker dan menyeramkan, menjadi sarang makhluk halus dan markas para dedemit (jin). Sayang, beliau keburu mangkat saat melakukan perjalanan ke Jombang, sebelum perjuangannya yang penuh pengorbanan ini berhasil dengan sempurna. Setelah wafatnya Sayid Sulaiman, tidak ditemukan data yang kuat mengenai pelanjut perjuangan beliau dalam mambabat Sidogiri. Jejak sejarahnya hilang dan baru tercatat sejak periode Kiai Aminullah.

Ada dua versi mengenai tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri. Dalam satu versi, Sidogiri didirikan pada tahun 1745. Dalam catatan lain Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1712. Tahun 1712 adalah tahun paling dekat dengan masa hidup Sayid Sulaiman. Sebab seperti disebutkan sebelumnya, beliau membabat Sidogiri pada usia senjanya. Belum sempurna pembabatan Sidogiri, Sayid Sulaiman keburu meninggal.

Sedang beliau hidup pada masa Untung Surapati yang meninggal tahun 1705. Sedangkan tahun 1745 diperkirakan masa hidup Kiai Aminullah. Jadi, kemungkinan besar, usia Pondok Pesantren Sidogiri 268 tahun pada tahun ini (2013) adalah terhitung sejak periode Kiai Aminullah ini.

Kiai Aminullah adalah seorang santri yang berasal dari Bawean. Menurut satu riwayat, beliau menikah dengan Nyai Masturah binti Rofi’i bin Umi Kultsum binti Hazam bin Sayid Sulaiman. Bersama Nyai Masturah, Kiai Aminullah menetap di Sidogiri.

Namun menurut riwayat yang masyhur di kalangan keluarga Sidogiri berdasarkan catatan silsilah, Kiai Aminullah menikah dengan Nyai Indah binti Sayid Sulaiman. Menurut riwayat ini, Kiai Aminullah adalah menantu langsung Sayid Sulaiman.

Kiai Aminullah sendiri adalah figur abid (ahli ibadah) yang senang berkhidmah. Bahkan, sehabis salat Tahajud, beliau istiqamah mengisi jeding masjid-masjid di sekitar Sidogiri. Hal ini terus beliau lakukan sampai empat tahun.