Sahkah Bai’at Tarekat Tanpa Puasa?

Al-Kisah no.19/2004

Assalamu’alaikum Wr Wb

 

Selama ini saya mengamalkan tarekat Syadziliyah. Saya dibaiat oleh Syeikh Ahmad abdul Haq tanpa berpuasa. Wirid yang saya jalani bakda maghrib dan bakda subuh adalah membaca istighfar (Astaghfirullahal a’dzim) 100 kali, selawat Nabi (Allahumma Shalli ‘ala Sayidina Muhammadin “Abdika wa Rosulikan nabiyyil umiyyii wa ‘ala alihi wa shahbihi wa salim tasliman bi qadri adhamati dzalika fi kulli waktin wahin) 100 kali, kalimat tahlil (Laa ilaha illallah) 100 kali, mebaca Al Fatihah untuk nabi muhammad Saw, Imam abil Hasan As Sadzili,Syekh Mukhtaram Makkah, Syekh ‘Abdurra’uf, Syekh ‘Abdurrahaman, Syekh Dalhar, dan Syekh Ahmad Abdul Haq). Lantas yang saya ingin saya tanyakan: 

Pertama, sah atau tidak baiat saya meskipun tidka berpuasa terlebih dulu.

Kedua, apakah wirid atatu amalan yang dibaca sama atau bisa berbeda, atau terdapat tambahan atau apakah yang tyergantung yang melakukan baiat?

Ketiga, apakah urutan Al Fatihah juga berbeda-beda sesuai dengan yang melakukan baiat?

Keempat, apakah urutan hadiah Al Fatihah bisa ditambah, misalnya untuk Habib Luthfi bin Yahya dan K.H Abdul Jalil Mustaqim, juga untuk kedua orang tua saya. Meskipun kedua orang tua saya bukan pengikut tarekat tersebut? 

Atas perhatian dan jawaban habib, saya ucapkan jazakumullahi khairan katsira. Terimakasih. 

Wassalum’alaikum Wr Wb. 

FAZA, Dukuhturi, Brebes, Jawa Tengah 52273

 

 

Wa’alaikumsalam Wr Wb 

Baiat tarekat tanpa puasa itu sah-sah saja. Karena puasa sebelum baiat, bukanlah syarat yang wajib. Meskipun berpuasa adalah lebih baik. 

Tidak semua tarekat Syadzaliyah itu sama. Terkadang berbeda, ada tambahan hadiah fatihahnya. Ada kalanya langsung diberi hizbul bahrnya (bagian dari tarekat syadzaliyah). Dan ada pula yang tidak diberikan menunggu sesuai kemampuan atau umur. 

Dalam pembacaan Fatihah sifatnya tidak tetap. Yang pokok, pertama  adalah Fatihah biniyati li ridhallah, kedua Fatihah kepada rasulullah , ketiga untuk Imam Syadzali. Biasanya fatihah kepada Rasulullah ada yang menambahi wa alihi wa shahbihi (keluarga dan sahabatnya). Sebaliknya, saat membaca Fatihah untuk Imam Sadzili, tambahkan beserta keluarganya, kemudian nama gurunya. Ada yang langsung gurunya. Perbedaannya hanya itu.

Sedangkan Fatihah untuk guru tarekat itu agak dikhususkan. Adapun untuk kedua orang tua nanti setelah menjalankan wirid tarekatnya. 

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah