Sayyid Ahmad Zaini Dahlan

Ibnu Sa’ad dan Mala meriwayatkan di dalam sirahnya bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : ‘Pada setiap generasi umatku terdapat manusia-manusia adil dari kalangan Ahlul Baitku, yang menyingkirkan dari agama ini segala bentuk penyimpangan orang-orang yang sesat, pemalsuan orang-orang yang batil , dan petakwilan orang-orang yang bodoh.’

Dikalangan dunia penuntut ilmu dipondok-pondok pesantren, nama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sudah tidak asing lagi. Namanya harum dan masyhur dikalangan mereka karena sebagian besar daripada sanad keilmuan para ulama Nusantara (Indonesia, Malaysia dan Fathoni ) bersambung kepada ulama besar ini. Beliau sangat terkenal sebagai seorang ulama pembela Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam menentang faham Wahabi, sehingga Ulama besar ini sangat dibenci dan amat dimusuhi oleh golongan Wahabi. Maka banyak fitnah yang ditaburkan terhadap beliau. Tujuannya tidak lain agar umat Islam yang tidak tahu yang sebenarnya menjauhinya.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Adalah salah seorang “Syaikhul Islam” yang ilmu dan dakwahnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. beliau merupakan pengajar terkemuka di Masjidil haram yang kala itu menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Murid-muridnya datang dari berbagai belahan dunia. Sayyid Ahmad Zaini Adalah keturunan ” Quthb Rabbany” Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Ulama besar inilah yang telah memberi perlindungan kepada Syaikh Rahmatullah bin Kholilurrohman al-Kironawi al-Hindi al-Utsmani ( lahir 1226H /1811M, riwayat lain lahir Jumadil Awwal 1233H /9 Maret 1818M, wafat malam Jum`at, 22 Ramadan 1308H /2 Mei 1891M) ketika diburu oleh penjajah Inggris bahkan beliau memperkenalkannya kepada pemerintah Makkah. Sehingga Syeikh Rahmatullah mendapat izin untuk membuka Madrasah Shoulatiyah.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah merupakan seorang Syeikhul Islam, Mufti Haromain dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal dari keturunan yang mulia, ahlul bait Rosulullah Saw. Silsilah beliau bersambung kepada Sayyiduna Hasan, cucu kesayangan Rasulullah Saw. Berdasarkan kitab Taajul-A`raas, juz 2, halaman 702 karya al-Imam al-A`llaamah al-Bahr al-Fahhamah al-Habib A`li bin Husain bin Muhammad bin Husain bin Ja`far al-A`ththoos. Nasabnya adalah seperti berikut:

Al-Imam al-Ajal wal-Bahrul Akmal Faridu ‘Ashrihi wa Aawaanihi Syaikhul-Ilm wa Haamilu liwaaihi wa Hafidzu Haditsin Nabi S.a.w. wa Kawakibu Sama-ihi, Ka’batul Muriidin wa Murabbis Saalikiin asy-Sayyid Ahmad

bin Zaini Dahlan

bin Ahmad Dahlan

bin ‘Utsman Dahlan

bin Ni’matUllah

bin ‘Abdur Rahman

bin Muhammad

bin ‘Abdullah

bin ‘Utsman

bin ‘Athoya

bin Faaris

bin Musthofa

bin Muhammad

bin Ahmad

bin Zaini

bin Qaadir

bin ‘Abdul Wahhaab

bin Muhammad

bin ‘Abdur Razzaaq

bin ‘Ali

bin Ahmad

bin Ahmad (Mutsanna)

bin Muhammad

bin Zakariyya

bin Yahya

bin Muhammad

bin Abi ‘Abdillah

bin al-Hasan

Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya

bin Abi Sholeh

Musa

bin Janki Dausat Haq

bin Yahya az-Zaahid

bin Muhammad

bin Daud

bin Muusa al-Juun

bin ‘Abdullah al-Mahd

bin al-Hasan al-Mutsanna

bin al-Hasan as-Sibth

bin Sayyidinal-Imam ‘Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul rodliyallahu ‘anhuma wa `anhum ajma`in. binti

Khatam an Nabiyyin Habib Rabbi al’ alamin Sayyid Wa Maulana Muhammad bin Abdillah Nurin min nurillah, Allahumma Shalli wa salim wa Barik ‘ alaihi.  

Pendidikannya

salah Satu murid terkemuka Sayyid Ahmad, sayyid Bakrie bin Muhammad Satho Al Makkyi, penulis Hasyiyah "I'anatut Thalibin" mencatat dalam kitabnya " Nafkhah Ar Rahman " bahwa Sayyid Ahmad dilahirkan di kota Makkah pada Tahun 1232 Hijriyah. Ia mendapatkan pendidikan dasar dari ayahandanya sendiri sampai berhasil menghafalkan Al Qur'an dan beberapa kitab matan Alfiyah, Zubad dan lain-lain. Kemudian ia menuntut ilmu di Masjidil Haram kepada beberapa Syaikh. Al Allamah Syaikh Utsman bin Hasan Ad Dimyathi al Azhari merupakan "Syaikh Fath" yang banyak memepengaruhi dirinya.

Selesai menimba ilmu di kota kelahirannya, beliau kemudian dilantik menjadi mufti Mazhab Syafi‘i, merangkap Syeikh al- Haram yaitu “pangkat” ulama tertinggi yang mengajar di Masjid al-Haram yang diangkat oleh Syeikh al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Beliau sangat terkenal, dan berawal dari itulah maka beliau diberi berbagai gelar dan julukan antaranya al-Imam al-Ajal (Imam pada waktunya), Bahrul Akmal (Lautan Kesempurnaan), Faridu ‘Ashrihi wa Aawaanihi (Ketunggalan masa dan waktunya), Syeikhul-Ilm wa Haamilu liwaaihi (Syeikh Ilmu dan Pembawa benderanya) Hafidzu Haditsin Nabi – Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam – wa Kawakibu Sama-ihi (Penghafal Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Bintang-bintang langitnya), Ka’batul Muriidin wa Murabbis Saalikiin (Tumpuan para murid dan Pendidik para salik).

Sayyid Ahmad pernah mendapatkan ijazah dan ilbas dari Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi, mufti Makkah. Ia juga mendapatkan sanad dari Habib Umar bin Abdullah al Jufri dan Habib Abdur Rahman bin Ali Assegaf. Sebagai ilmuwan sejati ia mendalami fiqh Mazhab Imam Hanafi kepada Al Allamah Sayyid Muhammad Al Katbi. Tetapi tidak hanya fiqh Mazhab Hanafi. Pada Akhirnya ia mampu menguasai empat mazhab dengan sempurna. Setiap kali ada pertanyaan ditujukan kepadanya, ia senantiasa menjawab dengan dasar empat mazhab tersebut

Alhasil, jika ada permasalahan sulit dan para ulama tak mendapatkan jalan keluar, sering kali Sayyid Ahmad menjadi pemecah kebuntuan. Karena ketinggian ilmunya. Sayyid Ahmad mendapatkan kepercayaan sebagai pengajar tertinggi di Masjidil Haram. Padahal, kala itu untuk menjadi pengajar seseorang harus lulus uji kemampuan kurang lebih 15 macam disiplin ilmu oleh para ulama besar di bidangnya masing-masing.

Status mulia Sayyid ahmad, tidaklah membuat Sosok beliau besar kepala. Ia tetap mengedepankan musyawarah dan diskusi bersama ulama lain dalam menyikapi permasalahan umat.

Murid beliau Sayyidi Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam “Nafahatur Rahman” antara lain menulis : “Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan hafal al-Qur`an dengan baik dan menguasai 7 cara bacaan Qur`an (7 qiraah). Beliau juga hafal kitab “asy-Syaathibiyyah” dan “al-Jazariyyah”, dua kitab yang sangat bermanfaat bagi pelajar yang hendak mempelajari qiraah 7. Kerana cinta dan perhatiannya pada al-Qur`an, beliau memerintahkan sejumlah qari untuk mengajar ilmu ini, beliau khawatir ilmu ini akan hilang jika tidak diajar terus.”

ISYARAT ILAHI

"Suatu hari ketika aku sedang berziarah ke makam Sayyidina Husein di Mesir, antara tidur dan terjaga, aku merasakan diriku berada di Makkah. Kemudian aku memasuki Masjidil Haram dan menanam pohon. Ajaibnya pohon itu tumbuh dengan cepat dan cabang-cabangnya memenuhi Masjidil Haram dan berbuah banyak." Begitulah cerita Syaikh Utsman bin Hasan, guru Sayyid Ahmad.

Kala itu bermimpi, dia adalah ulama terkemuka di Mesir. Setelah bermimpi demikian, tanpa ragu lagi ia segera berpindah ke Makkah dan memebuka Majlis ta'lim di Masjidil Haram yang langsung diikuti banyak orang termasuk Sayyid Ahmad. Selang beberapa lama setelah melihat potensi besar dan kepatuhan Sayyid Ahmad kepadanya, Syaikh Utsman mulai mengeti ta'bir (Tafsir) mimpinya."Insya Allah kamulah Sayyid Ahmad, pohon yang aku lihat dalam mimpi. dan darimulah akan menyebar ilmu Syariat hingga akhir Zaman," ujar Syaikh Utsman kepada Syaikh Ahmad. Tiga tahun sebelum Meninggal dunia, Syaikh Utsman menyerahkan urusan pengajaran dan majelis-majelisnya di Masjidil Haram kepada Sayyid Ahmad.

Sayyid Ahmad mempunyai metode pengajaran yang sangat efektif. Satu metode yang belum pernah dipraktekan para ulama sebelumnya ialah, ia senantiasa mengajarkan ilmu-ilmu dasar terlebih dahulu sebelum mengjarkan kitab-kitab besar. Ia mengajarkan hukum-hukum yang bersifat detil (furu') terlebih dahulu sebelum memberikan dasar hukum yang merupakan teori umum (ushul). Metode pendidikan akhlaknya adalah dengan memberikan teladan dalam ucapan ddan tingkah laku.

Dengan semangat tinggi ia selalu memperhatikan keadaan murid-muridnya.Ia membersihkan mereka dari sifat jelek dengan Riyadhah yang sesuai kondisi tiap individu, lalu menghiasi mereka dengan akhlak-akhlak yang mulia. Jika ia melihat salah seorang muridnya mempunyai suatu kelebihan dalam satu bidang tertentu, ia menyuruhnya mengajar murid di bawahnya. Berkat metode inilah, dengan singkat, Masjidil Haram dipenuhi para penuntut ilmu dari penjuru dunia, dan lahirlah ulama-ulama besar yang menyebarkan ilmunya ke seluruh pelosok dunia.

Selain itu, ia juga mempunyai perhatian terhadap nasib orang-orang yang berada di daerah pelosok. Khusunya mereka yang kurang peduli terhadap urusan pendidikan. Di sela-sela kesibukannya mengajar di Masjidil Haram, ia acapkali pergi ke pelosok-pelosok pegunungan sekitar Makkah untuk mengajarkan ilmu Al Qur'an dan ilmu-ilmu dasar yang wajib.

Sewaktu merasa tak mampu lagi bepergian jauh, ia menugaskan beberapa murid untuk mengantikannya. Ia pun menulis Syarah "Al Ajrumiyah" dengan cara yang dirasa akan memudahkan orang-orang awam dalam memahami gramatika bahasa arab. Ia membegikan buah penanya itu secara cuma-cuma. Berkat perjuangannya tersebut, ilmu syariat tersebar merata sampai ke pelosok-pelosok Jazirah Arab. Di bawah asuhannya, tercatat sekitar 800 anak penduduk pelosok Arab yang berhasil menghafalkan Al Qur'an, dan sebagian lainnya memfokuskan diri mempelajari ilmu fiqh, ada pula yang menekuni ilmu lughah (sastra arab).

Menjelang akhir hayatnya, tepatnya pada akhir bulan Dzulhijah tahun 1303, ia memilih pergi ke kota Madinah. Maksudnya hendak bermukim beberapa lama sambil mengajar di sana. Namun di Madinah ia lebih memfokuskan diri beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tiap pagi dan sore ia secara rutin menziarahi makam datuknya, Rasulullah s.a.w., sampai ia meninggal dunia, tepatnya pada malam ahad 4 Safar 1304 Hijriyah /1886 M. Jasad yang mulia itu dimakamkan di pekuburan Baqi', di antara kubah para keluarga dan putri Nabi s.a.w.

Perihal wafat dan tempat wafat Sayyid Ahmad telah didisyaratkan oleh Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihab melalui 9 bait-bait syair yang ia berikan kepada Sayyid ahmad sendiri, setahun sebelum ia meninggal.

KARYA-KARYANYA

Di sela-sela kesibukannya mengajar dan berdakwah, Sayyid Ahmad juga produktif menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Di antara kitab-kitab karyanya adalah : Bidang Tassawuf, Taysirul Ushul wa Tashilil Wushul, ringakasan Risalah Qusairiyah. Juga syarah Syaikhul Islam, ringkasan Minhajul Abidin karya Al Ghazali, Al Lujainul Masbuk yang merupakan ringkasan bab syukur dalam kitab Ihya Ulummudin' KArya Al Ghazali. dalam bidang tarikh atau sejarah karya-karyanya adalah : As Siratun Nabawiyah, Al Futuhatul Islamiyah, Al Fathul Mubin fi siratil Khulafir Rasyidin, ringkasan masrau'Rawi tentang manaqib Bani Alawi. Juga Ad-Durruts Tsamin yang berisikan biografi para pemimpin kekhalifahan Islam, Bahaul'ain fi Binail Ka'bah wa Maatsaril Haramain, Irsyadul 'Ibad fi Fadhailil Jihad, Ad-Duras Saniyah Fir radd' Alal Wahabiyah yang berisikan argumen dan dalil-dalil yang menetang aliran Wahabi, dan Asnal Mathalib yang bersikan dalil selamatnya paman Nabi s.a.w., Abu Thalib.

Dalam bidang tauhid ia menulis Fathul Jawwad, Syarah kitab Faidhhur Rahman, dan sebuah risalah yang membahas perbedaan mendasar antara pahamm Ahlus Sunnah dengan selainnya. dalam bidang Nahwu : Syarah Al-Ajrumiyah, Syarah Alfiyah, dan sebuah risalah yang membahas bacaan "Basmala". Dalam bidang ma'ani dan bayan, telah ditulisnya sebuah kitab As-Samarqandyi dan Hasyiyah kitab Zubad karya Ibnu Ruslan, Hasyiyah kitab Mukhtashar Iydhah karya Syaikh Abdur Rauf dan kumpulan fatwa yang merupakan jawaban atas kumpulan syair. Itu semua menunjukkan kedalaman ilmu pengetahuannya dalam segala bidang.

Beliau  mempunyai risalah khusus yang berisi shighat shalawat

Murid-Muridnya

Diantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi rhm. Pengarang “I’anathuth-Tholibin Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad bin Hasan al-Aththas rhm, Sayyid Abdullah az-Zawawi Mufti Syafi`iyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rohman” yang merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad rhm.

Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini ialah:

Inilah orang yang difitnah dan dituduh oleh gembong-gombong Wahhabi sebagai tukang fitnah yang memburuk-burukkan Ibnu Abdul Wahhab an-Najdi dan Wahhabi. Ketahuilah bahwa diantara yang pertama kali memfitnah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan -rahimahullah- adalah Rasyid Ridha murid Syekh Muhammad Abduh pengarang "Tafsir al-Manar" yang menjadi rujukan kaum Wahhabi. Tujuan mereka memfitnah Sayyid Ahmad adalah untuk memusnahkan ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya, agar kebatilan mereka diterima. Sesungguhnya Sayyid Ahmad bersih dari tuduhan musuh-musuhnya tersebut, beliau adalah ulama yang tsiqah (yang bisa dipercaya ).

Mudah-mudahan Allah SWT merahmati dan meridhoi Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan murid-muridnya Amin.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Hasany kembali ke rahmatullah pada tahun 1304 H /1886 M setelah menghabiskan usianya di jalan Allah berkhidmat untuk agamaNya. Beliau di maqamkan di Madinah al-Munawwarah. Sesungguhnya amat besar jasa ulama ini dalam mempertahankan pegangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah seorang u`lama yang produktif Selain melahirkan para ulama beliau juga menghasilkan karangan yang sangat banyak diantaranya adalah:

1. Al-Futuhatul Islamiyyah;

2. Tarikh Duwalul Islamiyyah;

3. Khulasatul Kalam fi Umuri Baladil Haram;

4. Al-Fathul Mubin fi Fadhoil Khulafa ar-Rasyidin;

5. Ad-Durarus Saniyyah fi raddi 'alal Wahhabiyyah;

6. Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib;

7. Tanbihul Ghafilin Mukhtasar Minhajul 'Abidin;

8. Hasyiah Matan Samarqandi;

9. Risalah al-Isti`araat;

10. Risalah I'raab Ja-a Zaidun;

11. Risalah al-Bayyinaat;

12. Risalah fi Fadhoilis Sholah;

13. Shirathun Nabawiyyah;

14. Syarah Ajrumiyyah;

15. Fathul Jawad al-Mannan;

16. Al-Fawaiduz Zainiyyah Syarah Alfiyyah as-Sayuthi;

17. Manhalul 'Athsyaan; dll.

"ad-Durarus - Saniyyah fir - rad 'ala al-Wahhabiyyah" ("Mutiara-mutiara yang amat berharga untuk menolak faham Wahhabi"}. Inilah diantara kitab karangan Panutan kita Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Hasany. Kitab inilah yang menyebabkan gembong2 Wahhabi marah dan murka dengan Sayyid Ahmad rhm. Diantara isi kitab ini ialah penjelasan mengenai hukum ziarah maqam Junjungan Nabi SAW, hukum tawassul, hukum istighotsah, hukum tabarruk ( ngalap berkah ), kesesatan Wahhabi, penolakan ulama terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab dan sejarah muncul dan perlakuan Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan mengatakan: `Abd al-Wahhab, bapak Muhammad bin abdul wahab adalah seorang yang salih dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitu juga dengan al-Syaikh Sulaiman. Al-Syaikh `Abd al-Wahhab dan al-Syaikh Sulaiman, keduanya dari awal ketika Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Keduanya telah mengkritik dan mencela pendapatnya dan mereka berdua turut memperingatkan orang ramai mengenai bahayanya pemikiran Muhammad. [ tuqilan Sayyid Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]

Dalam keterangan beliau yang lain dikatakan bahwa bapaknya `Abd al-Wahhab, saudaranya Sulaiman dan guru-gurunya telah dapat mengenali tanda2 penyelewengan agama ( ilhad ) dalam diri Muhammad yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap banyak persoalan agama. [ Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]

Dari Kitab DURARUSSANIYAH FIR RADDI ALAL WAHABIYAH karya Syeikhul Islam Allamah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Asy-Syafi’I :

Diantara sifat-sifat wahabi yang tercela ialah kebusukan dan kekejiannya dalam melarang orang berziarah ke makam dan membaca sholawat atas Nabi SAW, bahkan dia ( Muhammad bin Abdul Wahhab) sampai menyakiti orang yang hanya sekedar mendengarkan bacaan sholawat dan yang membacanya dimalam Jum’at serta yang mengeraskan bacaannya di atas menara-menara dengan siksaan yang amat pedih.

Pernah suatu ketika salah seorang lelaki buta yang memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang mengucapkan shalawat di atas menara, namun lelaki itu selesai melakukan adzan membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula dia diperintahkan untuk dibunuh, kemudian dibunuhlah dia, setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata :

“perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara2 dengan membaca shalawat atas Nabi. Kemudian dia memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk memelihara kemurnian tauhid ( kayaknya orang ini maniak atau menderita sindrom tertentu ). Maka betapa kejinya apa yang diucapkannya dan betapa jahatnya apa yang dilakukanya ( mirip revolusi komunisme ).

Tidak hanya itu saja, bahkan diapun membakar kitab Dalailul Khairat ( kitab ini yang dibaca para pejuang Afghanistan sehingga mampu mengusir Uni Sovyet / Rusia, namun kemudian Wahabi mengirim Taliban yang akan membakar kitab itu) dan juga kitab-kitab lainnya yang memuat bacaan-bacaan shalawat serta keutamaan membacanya ikut dibakar, sambil berkata apa yang dilakukan ini semata-mata untuk memelihara kemurnian tauhid.

Dia juga melarang para pengikutnya membaca kitab-kitab fiqih, tafsir dan hadits serta membakar sebagian besar kitab-kitab tsb, karena dianggap susunan dan karangan orang-orang kafir. Kemudian menyarankan kepada para pengikutnya untuk menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga para pengikutnya menjadi BIADAB dan masing-masing menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sekalipun tidak secuilpun dari ayat Al Qur’an yang dihafalnya. Lalu ada seseorang dari mereka berkata kepada seseorang : “Bacalah ayat Al Qur’an kepadaku, aku akan menafsirkanya untukmu, dan apabila telah dibacakannya kepadanya maka dia menafsirkan dengan pendapatnya sendiri. Dia memerintahkan kepada mereka untuk mengamalkan dan menetapkan hukum sesuai dengan apa yang mereka fahami serta memperioritaskan kehendaknya diatas kitab-kitab ilmu dan nash-nash para ulama, dia mengatakan bahwa sebagian besar pendapat para imam keempat madzhab itu tidak ada apa-apanya.

Sekali waktu, kadang memang dia menutupinya dengan mengatakan bahwa para imam ke empat madzhab Ahlussunnah adalah benar, namun dia juga mencela orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan dilain waktu dia mengatakan bahwa syari’at itu sebenarnya hanyalah satu, namun mengapa mereka (para imam madzhab) menjadikan 4 madzhab. Ini adalah kitab Allah dan sunnah Rasul, kami tidak akan beramal, kecuali dengan berdasar kepada keduanya dan kami sekali-kali tidak akan mengikuti pendapat orang-orang Mesir, Syam dan India. Yang dimaksud adalah pendapat tokoh-tokoh ulama Hanbaliyyah dll dari ulama-ulama yang menyusun buku-buku yang menyerang fahamnya.

Dengan demikian, maka dia adalah orang yang membatasi kebenaran, hanya yang ada pada sisinya, yang sejalan dengan nash-nash syara’ dan ijma’ ummat, serta membatasi kebathilan di sisinya apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekalipun berada diatas nash yang jelas yang sudah disepakati oleh ummat.

Dan adalah dia adalah orang yang mengurangi keagungan Rasulullah SAW dengan banyak sekali atas dasar memelihara kemurnian tauhid. Dia mengatakan bahwa Nabi SAW itu tak ubahnya :”THORISY”. Thorisy adalah istilah kaum orientalis yang berarti seseorang yang diutus dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Artinya, bahwa Nabi SAW itu adalah pembawa kitab, yakni puncak kerasulan beliau itu seperti “Thorisy” yang diperintah seorang amir atau yang lain dalam suatu masalah untuk manusia agar disampaikannya kepada mereka, kemudian sesudah itu berpaling (atau tak ubahnya seorang tukang pos yang bertugas menyampaikan surat kepada orang yang namanya tercantum dalam sampul surat, kemudian sesudah menyampaikannya kepada yang bersangkutan, maka pergilah dia. Dengan ini maka jelaslah bahwa kaum Wahabi hanya mengambil al Qur’an sebagian dan sebagian dia tinggalkan).

Diantara cara dia mengurangi ke-agungan Rasulullah SAW ialah pernah mengatakan : “AKU MELIHAT KISAH PERJANJIAN HUDAIBIYAH, MAKA AKU DAPATI SEMESTINYA BEGINI DAN BEGINI”, dengan maksud menghina dan mendustakan Nabi SAW (seolah-olah mereka tahu waktu Nabi SAW membuat perjanjian itu – pen.) dan seterusnya masih banyk lagi nada-nada yang serupa yang dia ucapkan, sehingga para pengikutnya pun melakukan seperti apa yang dilakukannya dan berkata seperti apa yang diucapkannya itu. Sehingga ada sebagian pengikutnya yang berkata :

“SESUNGGUHNYA TONGKATKU INI LEBIH BERGUNA DARIPADA MUHAMMAD, KARENA TONGKATKU INI BISA AKU PAKAI UNTUK MEMUKUL ULAR, SEDANG MUHAMMAD SETELAH MATI TIDAK ADA SEDIKITPUN KEMANFA’ATAN YANG TERSISA DARINYA, KARENA DIA (RASULULLAH S A W) ADALAH SEORANG THORISY DAN SEKARANG SUDAH BERLALU”.

Sebagian ulama’ yang menyusun buku guna menolak faham ini mengatakan bahwa ucapan-ucapan seperti itu adalah “KUFUR” menurut ke empat madzhab, bahkan kufur menurut pandangan seluruh para ahli Islam.

Peringatan!!!!

Berhati-hatilah dengan fitnah yang dihembuskan oleh orang-orang Wahabi kepada al-Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Mereka menuduh al-`Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan sebagai tukang buat fitnah, rafidhi dan lain-lain lagi. Na’udzu billah ming Dzalik Apa yang mereka lakukan merupakan jarum halus musuh untuk menghancurkan kebenaran. Tujuan mereka menghembuskan fitnah atas al-A`llamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Hasany adalah semata-mata untuk meruntuhkan sanad keilmuan dan pengetahuan para ulama kita bahkan ulama seluruh dunia, agar kebathilan mereka [Wahabi] diterima. Apakah terbesit kita mengatakan para ulama kita seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, syeikh Hasyim Asy’ari, Syeikh Muhammad Kholil ( Mbah Khalil ), Sayyid Utsman bin Yahya, Syeikh Utsman Sarawak, Syeikh Abdul Wahab Rokan, Syeikh Abdul Qadir al-Fathoni Syeikh Ahmad al-Fathoni, dan lain-lainnya itu berguru kepada seorang tukang fitnah

Ingatlah dan renungkan dalam hati sanubari kita, apa jasa Muhammad bin Abdul Wahhab dengan kita atau dengan nenek datuk kita dibandingkan dengan jasa Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan para ulama nusantara kita terdahulu.

dan kami mohon bagi para pembaca tidak lupa bacakan Fatihah buat Sayyid Ahmad Zaini Dahlan…..

Alfatihata Hadiyatan Ila Hadhroti Nabiyil karim Saw. wa a`la aalihi waashabihi ajmain sholawatullohi wassalamuhu alaihim ajmain,  tsuma Hadiyatan ila Ruhi sayyidi Ahmad bin Zaini Dahlan Wajalhu FiQobrihi nuron waungsaw wahijabam minannar bilbarokaatil Fatihah………..

SAYYID AHMAD ZAINI DAHLAN RA