Faedah Gambar Sandal Nabi Muhammad SAW (MITSAALUNNA’ LISYARIIF)

Alhamdulillahilladzi kholaqol kaunaini watsaqolaini washalallahu ‘alaihi wasallam ‘ala shohibinna’laini sayyidina Muhammadibni Abdillahi ibni Abdil mutholibni Haasyim alladzi turjaa syafaa’atuhu ila yaumiddin wa alaa alihi wa ashhaabi rasulillahi ajma’iinaa, amma ba’du.

“Sandal Nabi Muhammad berada di atas dunia ini. Seluruh makhluk berada di bawah naungannya. Ketika Nabi Musa dipanggil Allah di Gunung Tursina, ia diperintah untuk melepaskan sandalnya. Sedang Nabi Muhammad meski berada di sisi Allah, ia tidak pernah diperintah melepaskan sandalnya”.

Begitulah kira-kira terjemah diantara syair Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani tetang puji-pujiannya kepada Sandal Rasulullah SAW. 

Syaikh Yusuf An-Nabhani juga melukis Sandal Rasulullah SAW. Lukisan ini adalah lukisan sandal Rasulullah SAW yang paling benar diantara gambar-gambar yang pernah ada sebelumnya. Lukisan ini diambil dari kitab “Fathul Muta’al” Karya Al-‘Allamah As-Syihab Ahmad al-Muqri yang telah diberi rekomendasi oleh para ulama dan huffadh seperti As-Suyuthi, As-Sakhawi, dan dan Ad-Daimi. 

Lukisan sandal Rasulullah SAW banyak dijadikan semacam jimat, terutama oleh kalangan Aswaja. Dan memang, walaupun berupa lukisan, ia mempunyai banyak faidah diantaranya seperti yang dituturkan oleh Ibnu ‘Asakir bahwa Syeikh Abu Ja’far Ahmad bin Abdul Majid memberikan lukisan sandal Rasulullah kepada sebagian muridnya. Setelah beberapa hari menerima, seorang muridnya datang kepadanya dan berkata: “Tadi malam berkat lukisan sandal ini istri saya yang sedang sakit parah sembuh seketika. Aku letakkan lukisan ini di atas badannya yang sakit dan aku berdoa: “Allahumma arini barakata shahibi hadzan na’li”.

Abu Bakar Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan dalam salah satu bait syairnya bahwa lukisan sandal Rasulullah dapat menyembuhkan penyakit, membahagiakan orang yang susah dan member keamanan dari ketakutan

Al-Qisthillani dan Al-Muqri menukilkan banyak khasiat lukisan sandal dengan menyimpan dan selalu membawanya kemanapun pergi.

An-Nabhani menukil beberapa faidah lukisan sandal ini, dimana faidah tersebut telah diuji (mujarrab) oleh para ulama terdahulu, diantaranya adalah: 

Syeikh Yusuf An-Nabhani adalah satu diantara ulama-ulama yang telah berusaha menggambarkan sifat sandal Rasulullah SAW yang tersebut dalam kitab-kitab sirah nabawiyah yang mereka tulis. Ulama-ulama tersebut merupakan para imam, pembesar dari kalangan huffadz dan para muhadditsin. Pembahasan dan perhatian mengenai sifat sandal Rasulullah berusaha di perdalam  dilakukan secara mendalam, disertai puji-pujian terhadap sandal tersebut dalam bentuk syair maupun natsar. Para ulama itu diantaranya adalah Ibnul ‘Arabi, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Marzuq, Al-Fariqi, As-Suyuthi, As-Sakhawi, At-Tata’i dan Al-‘Iraqi.

Pelukisan sandal Rasulullah tentunya muncul dari kecintaan kepada Rasulullah SAW, yang diberi keistemawaan berupa derajat dan kedudukan yang tinggi. Ibarat sesorang mencintai orang lain, maka segala apa yang berhubungan dengan yang dicintai, juga akan disukainya.

Lukisan sandal hanya sebagai wasilah kepada Rasulullah SAW yang telah diberikan Allah badan dan kaki yang bagus dan tidak ada orang lain yang menyamainya. Sebenarnya bukan mencintai sandal, tetapi mencintai orang yang memiliki sandal itu. Shallallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Terjemahan ini diambil dari Mitsaalunna’li assyariifi (Gambar sandal Rasulullah SAW) yang telah disusun oleh Syekh Yusuf Ismail Annabhani. 

Berikut isinya secara singkat,

“Sungguh benar bahwa sandal Rasulullah SAW itu dari kulit yang di rangkap menggunakan 2 “tancapan” seperti batang dari kulit yang dinamakan Qibal. Yang satu dimasukkan kira – kira antara ibu jari dan jari yang didekatnya, dan yang satunya lagi dimasukkan kira – kira antara jari tengah dan jari yang ada didekatnya, 2 tancapan tadi dihubungkan dengan wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang ada di atas telapak kaki. Tungkainya juga memakai wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang mencakup hingga seluruh telapak kaki.

Adapun warna sandal Rasulullah SAW adalah berwarna kuning. Filosofi warna kuning

Warna kuning itu mengandung makna sebagai berikut:

1.       Simbol pencerahan (التنوير)

2.       Simbol kebijaksanaan (الحكمة)

3.       Simbol antusiasme (الحماسة)

4.       Simbol optimisme (التفاؤل)

5.       Simbol harapan (الآمل)

6.       Simbol kesenangan (المرح)

7.       Simbol kejelasan (الوضوح)

8.       Simbol keyakinan (الثقة)

9.       Simbol matahari dan emas (الشمس والذهب)

Keterangan para sahabat tentang warna kuning

(1)

أَنَّ اِبْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَحُضُّ عَلىَ لِباَسِ النِّعَالِ الصُّفْرِ، وَكَانَ يَقُوْلُ:

الصُّفْرَةُ تَسُرُّ النَّفْسَ

Artinya :

Sesungguhnya Ibnu Abbas menganjurkan untuk memakai sandal-sandal yang berwarna kuning, sehingga ia berkata: "warna kuning itu dapat menyenangkan jiwa".

( Lihat kitab "Al-Jāmi’ li Ahkāmil Qur'an"

karangan Imam Al-Qurthubi Juz I hlm. 451 )

(2)

عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، أَنَّهُ كَانَ يَرْغَبُ فِي النِّعَالِ الصُّفْرِ وَيَقُوْلُ:

مَنْ لَبِسَ نَعْلاً أَصْفَرَ قَلَّ هَمُّهُ

Artinya :

Dari sahabat Ali karromallahu wajhah, sesungguhnya ia senang memakai sandal-sandal berwarna kuning, sehingga berkata, "Barangsiapa yang memakai sandal berwarna kuning maka menunjukkan sedikit kesusahannya".

( Lihat kitab "Majma’ul Bayan"

karangan Ath-Thabrasi Juz I hlm. 302;

dan lihat pula kitab "Al-Kasysyāf"

karangan Az-Zamakhsyari Juz I hlm. 178 )

Tafsir para Ulama tentang warna kuning

قَالُواادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا ماَ لَوْنُهَا, قَالَ إِنَّه ُيَقُوْلُ

إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَآءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِيْنَ

Artinya :

Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."

Ayat di atas ditafsirkan oleh Imam Ibnu 'Āsyūr dalam kitab "At-Tahrir wa At-Tanwir" Juz I hlm. 535 :

وَلَيْسَ لَوْنُ اْلبَقَرَةِ اْلأَصْفَرِ ِلإِدْخَالِ اْلبَهْجَةِ وَالسُّرُوْرِعَلىَ النَّاظِرِ فَحَسْبُ،

بَلْ هُوَدَلِيْلٌ عَلىَ صِحَّةِ اْلبَقَرَةِ وَسَلاَمَتِهِ مِنَ اْلعُيُوْبِ، فَقَدْ قَرَّرَتْ أُصُوْلُ عِلْمِ الطِّبِّ اْلبَيْطَرِيِّ أَنَّ خَيْرَ اْلأَبْقَارِ وَأَفْضَلَهَا هُوَمَاكَانَ لَوْنُهَا شَدِيْدَ الصُّفْرَةِ فِي صَفَاءٍ (فَاقِعٍ) وَأَنَّهُ عَلىَ قَدْرِ صَفَاءِ اللَّوْنِ، وَسَلاَمَةُ اْلأَسْنَانِ تَكُوْنُ صِحَّةَ اْلبَقَرَةِ.

Artinya :

Sapi betina yang berwarna kuning itu bukan saja menunjukkan kebagusan, kesenangan bagi orang yang memandangnya, tetapi juga sebagai indikasi sapi yang sehat, dan selamat dari cacat. Hal ini telah ditetapkan dalam pedoman-pedoman ilmu kedokteran hewan, bahwa sapi-sapi yang baik dan unggul itu warnanya kuning tua, dan itu didasarkan ketuaan warnanya; begitu pula apabila sehat giginya menunjukkan sapi betina itu sehat.

Gambar tersebut sudah diuji kebenarannya oleh Ibnu ‘Araby , Ibnu ‘Asaakir, Ibnu Marzuqi alfaaruqi, Assyuyuuthi, Assakhoowi, Attata’I, dan beberapa Syekh yang semuanya telah menerangkan pengambilannya. Adapun sandal tersebut berasal dari Sayyidatina ‘Aisyah lalu berpindah – pindah hingga kemudian diambil gambarnya persis dan sama seperti ukuran aslinya.

Al ‘Alamah Syekh Al muqorri di kitab Fathul Muta’aal “fi mat hinni’al” memberikan keterangan:

“waqod sallama lima dzakarohu rohimahullohu ta’aala Assyekhul imam Al hafidz al ’alqomiyyi fi hasiyaatihi ‘alaa jamii’I shoghir fi ahaaditsil basyiir annadzir idz qoola waroda annathuula na’lihi SAW syibrun wa usbu’aanii wa ardluhaa mimma yalil ka’baini sab’uu asshhoobi’ wa bathnal qodami khomsun wa fauqohaa sittun waro’suha muhaddadun wa ardloma bainal qibalaini, ushbu’aani wa naqoltuhu ana ma’a jamii’il fawaaidi allati haulahu min fathil muta’aali, qola al manawi wal qooriiy fi syarhil syamaawiili. qolal Ibnu Arobi wanna’lu libaasul anbiyaai wa innama ittakhodannasu ghoiroha lima fi ardlihim min atthiini wa khotamtuhu bi qoulihi innii khodamtu mitsaala na’lil mushthofa li a ‘iisya fiddaaroin tahta dhilaaliha sa’iidabnu Mas’uudin bi khidmati na’lihaa wa ana assa’iidu bikhidmati limitsaalihaa

Faedah:

Adapun faidah Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) ini sudah diterangkan oleh Imam Qistholani dan Imam Muqorri. Menurut keterangan para ulama yang artinya seperti ini:

“Barang siapa yang menyimpan Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) di dalam rumahnya atau tempatnya dengan niat supaya mendapatkan berkah, maka tempat orang tersebut diliputi keselamatan dari orang yang bermaksud buruk (jahat), pencuri, perampok, orang yang hasud, syetan yang menyesatkan, selamat dari penyakit ‘ain dan sihir artinya santet dan tenung, 

Disamping itu juga ketika ada perempuan yang kesulitan dalam melahirkan bayi / proses persalinannya apabila si perempuan tersebut menggenggam gambar ini di tangan kanannya maka akan diberi kemudahan dalam proses persalinannya Dengan daya Allah dan Kekuatan Allah SWT. 

Juga barang siapa yang mengistiqomahkan membawa Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) yang dilipat dan digunakan azimat atau diletakkan di kopyah / songkok atau sabuk maka orang tersebut terkabul maksudnya atas makhluq(apa yang menjadi tujuannya akan tercapai). 

Semua ini didasari dengan keyakinan yang teguh/kuat dan cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW .seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:

“wamaa hutu anni’aalisyaghofna qolbi wa lakin hubbu man labisa anni’aala”

yang artinya:”tidak cinta terhadap sandal ini, juga cinta terhadap yang punya sandal yaitu Rasulullah Muhammad SAW”.

Allohumma arinaa barokata hadzihi anna’li bihaqqi man danaa fatadallaa fakaana qooba qousaini au ‘adnaa.

ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ *** ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ

ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪAlas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta*dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.ﻟﺪﻯ ﺍﻟﻄﻮﺭ ﻣﻮﺳﻰ ﻧﻮﺩﻱ ﺍﺧﻠﻊ ﻭﺃﺣﻤﺪ *** ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻟﻢ

ﻳﺆﻣﺮ ﺑﺨﻠﻊ ﻧﻌﺎﻟﻪ

Ketika di bukit Tursina, Musa as. Diperintah supaya menanggalkan (alas kakinya), tetapi Muhammad saw. biarpun berada pada jarak yang lebih dekat , tidak Diminta supaya ditanggalkan Sandalnya

ﻣﺜﺎﻝ ﺣﻜﻰ ﻧﻌﻼً ﻷﺷﺮﻑ ﻣﺮﺳﻞ *** ﺗﻤﻨﺖ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﺘﺮﺏ ﻣﻨﻪ

ﺍﻟﻔﺮﺍﻗﺪ

Lambang yang meniru Sandal asli Sang Rasul saw. yang paling Mulia itu membuatkan bintang-bintang berangan-angan

menjadi tanah untuk dipijak olehnya.

ﺿﺮﺍﺋﺮﻫﺎ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻛﻠﻬﺎ *** ﻏﻴﺎﺭﻯ ﻭﺗﻴﺠﺎﻥ ﺍﻟﻤﻠﻮﻙ

ﺣﻮﺍﺳﺪ

Madu-madunya, tujuh petala langit semuanya cemburu, dan mahkota-mahkota raja semuanya merasa hasad padanya

ﻣﺜﺎﻝ ﻟﻨﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ *** ﻟﺮﻭﺣﻲ ﺑﻪ ﺭﺍﺡ ﻟﻌﻴﻨﻲ

ﺑﻪ ﻛﺤﻞ

Lambang Sandal al-Musthafa saw. itu tiada bandingannya, ia adalah kerehatan bagi ruhku dan celak (ubat) bagi mataku

ﻓﺄﻛﺮﻡ ﺑﻪ ﺗﻤﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﻛﺮﻳﻤﺔ *** ﻟﻬﺎ ﻛﻞ ﺭﺃﺱ ﻭﺩ ﻟﻮ ﺃﻧﻪ

ﺭﺟﻞ

Sangatlah Mulia lambang Sandal yang Agung ini! Kerananya, semua kepala berharap, alangkah baiknya jikalau dapat menjadi kaki (Baginda saw.)

ﻭﻟﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻗﺪ ﺣﺎﺭﺏ ﺍﻟﻮﺭﻯ *** ﺟﻌﻠﺖ ﻟﻨﻔﺴﻲ ﻧﻌﻞ

ﺳﻴﺪﻩ ﺣﺼﻨﺎً

Apabila aku melihat ALLAH (ad-Dahr) mula  Memerangi manusia (kerana maksiat mereka), aku menjadikan alas kaki tuannya sebagai perisai

ﺗﺤﺼﻨﺖ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﺑﺪﻳﻊ ﻣﺜﺎﻟﻬﺎ *** ﺑﺴﻮﺭ ﻣﻨﻴﻊ ﻧﻠﺖ ﻓﻲ

ﻇﻠﻪ ﺍﻷﻣﻨﺎ

Aku berlindung daripadaNYA (Kemarahan ALLAH) dengan keagungan lambang alas kaki Baginda , sebagai tembok yang kukuh

dimana aku berasa aman dibawah perlindungannya

ﺇﻧﻲ ﺧﺪﻣﺖ ﻣﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ *** ﻷﻋﻴﺶ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭﻳﻦ

ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻬﺎ

Aku berkhidmat pada lambang Sandal al-Mustafa saw. , supaya dapat aku hidup di

dunia dan akhirat dibawah bayang-bayangnya

ﺳﻌﺪ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﺨﺪﻣﺔ ﻧﻌﻠﻪ *** ﻭﺃﻧﺎ ﺍﻟﺴﻌﻴﺪ ﺑﺨﺪﻣﺘﻲ

ﻟﻤﺜﺎﻟﻬﺎ

Berbahagianya Ibn mas`ud ra. kerana khidmatnya pada sandal Baginda (yang sebenarnya), dan aku, adalah si dia yang berbahagia

kerana khidmatku pada lambangnya

ﻭﻣﺎ ﺣﺐ ﺍﻟﻨﻌﺎﻝ ﺷﻐﻒ ﻗﻠﺒﻲ *** ﻭﻟﻜﻦ ﺣﺐ ﻣﻦ ﻟﺒﺲ

ﺍﻟﻨﻌﺎﻻ

Sesungguhnya, bukanlah pada lambang itu hatiku merindu, tetapi pada si Dia saw. yang memakai Sandal itu…

ﻭﻧﻌـﻞ ﺧﻀﻌﻨﺎ ﻫﻴﺒـﺔ ﻟﻮﻗﺎﺭﻫـﺎ *** ﻓﺈﻧﺎ ﻣﺘﻰ ﻧﺨﻀﻊ ﻟﻬﻴﺒﺘﻬﺎ

ﻧﻌﻠـﻮ

Kita direndahkan oleh cinta kerana memuliakan Sandal ini, dan bilamana kita merendahkan diri dihadapanya, kita akan diangkat dan dimuliakan

ﻓﻀﻌﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻔﺎﺭﻕ ﺇﻧﻬـﺎ *** ﺣﻘﻴﻘﺘﻬـﺎ ﺗﺎﺝ

ﻭﺻﻮﺭﺗﻬﺎ ﻧﻌـﻞ

Maka letakkanlah ia di rak-rak teratas, kerana secara zahir ia adalah Sandal, namun pada hakikatnya ia adalah Mahkota

 

ikatnya ia adalah Mahkota

======

Rupa bentuk lakaran ni`al yang tercatat dalam kitab “Jawahirul Bihar” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani.

 

 

Kemuliaan Junjungan tertumpah sehingga ke ni`alnya yang dibawa bersama menghadap Rabbul Jalil sehingga lakaran ni`al tersebut yang dilakar demi kecintaan kepada tuan empunyanya mengandungi keberkatan dan rahsia yang sukar diungkapkan.

Lakaran ni`al Junjungan Nabi s.a.w. mempunyai rahsia dan keistimewaan di kalangan sebahagian ulama sehingga ianya dijadikan simbol bagi Usrah Dandarawi (iaitu pengamal Thoriqat Ahmadiyyah Rasyidiyyah Dandarawiyyah) di Mesir. Antara kelebihannya ialah seperti diceritakan oleh Imam al-Qasthaalanidalam kitabnya “al-Mawaahibul Laduniyyah” juz ke-2 mukasurat 174

Dan di antara kelebihannya yang telah dicuba manfaat dan keberkatannya ialah apa yang dikisahkan oleh seorang syaikh yang sholeh, Abu Ja’far Ahmad bin Abdul Majid:- “Aku telah membuat mitsal ni`al ini untuk seorang muridku, maka dia telah berjumpa denganku pada suatu hari dan berkata:- “Kelmarin aku telah melihat keberkatan ni`al ini yang ajaib. Isteriku telah ditimpa sakit yang berat sehingga hampir-hampir binasa, maka aku letakkan mitsal ni`al tersebut pada tempat sakitnya dan berdoa “ALLAHUMMA ARINIY BARAKATA SHOHIBI HADZAN-NA’LI” ( Ya Allah, tunjukkanlah aku keberkatan tuan empunya ni`al ini, yakni Junjungan Nabi s.a.w.), lalu dia disembuhkan Allah pada waktu itu juga.

Telah berkata Abu Ishaq:-”Telah berkata Abul Qaasim bin Muhammad:-”Di antara yang telah mujarrab keberkatannya ialah sesiapa yang membawanya bersama dengan niat untuk mengambil berkat, jadilah dia selamat daripada kejahatan penjahat, memperolehi kemenangan ke atas musuh dan mendapat penjagaan daripada syaitan yang jahat serta dipelihara daripada kedengkian orang-orang yang hasad. Dan jika dibawa oleh orang perempuan hamil yang sedang sakit hendak bersalin pada sebelah kanannya, nescaya dipermudahkan urusannya tersebut dengan pertolongan dan kekuatan Allah.”

Saudara, inilah antara penyaksian ulama kita berhubung lakaran ni`al al-Musthofa s.a.w. Percaya atau tidak terpulanglah, al-madad fil masyhad fil I’tiqaad nailul murad” (“Bantuan/ Sokongan sekadar penyaksian dan dalam pegangan teguh tercapainya tujuan”). Untuk pengetahuan, Imam al-Qasthaalani adalah seorang ulama terbilang, pemuka ilmu hadits dan fiqh mazhab Syafi`i. Antara gurunya ialah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari dan as-Sakhawi. Banyak mengarang kitab antara yang masyhur ialah Irsyadus Sari fi syarhi Shohihil Bukhari” merupakan syarah Shohih Bukhari dalam 10 jilid besar dan al-Is`aad fi talkhis al-Irsyad” merupakan furu’ feqah Syafi`i. Maka terpulanglah. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohibal-Mi’raaj. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohiban-Na’lain. (Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Mi’raaj; Jutaan sholawat dan salam untukmu Wahai Tuan Empunya Dua Ni`al).

===

Lakaran Ni`al al-Mustafa s.a.w. yang dinisbahkan kepada Imam Ahmad Redha Khan Barelwi dan ditulis padanya bait-bait syair dalam bahasa Urdu yang menyanjung Junjungan al-Mustafa s.a.w. Syaikhul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi dalam catatannya untuk kitab “Syamail at-Tirmidzi” menyatakan:-“Gambar lakaran capal dan kelebihan serta keberkatannya telah diberikan dengan begitu terperinci di dalam kitab “Zadus Sa`id” karangan Maulana Asyraf ‘Ali Thanwi (rahmatullah ‘alaihi).

Khasiatnya tidak putus-putus. Alim tersebut telah mengalaminya beberapa kali. Beliau berkata dengan menyimpan sebuah gambar lakaran capal ini seseorang itu akan diberkati dengan ziarah bertemu Rasulullah, akan dilepasi daripada ancaman kuku besi penzalim, mencapai kemasyhuran dan berjaya di dalam segala cita-cita melalui tawassul capal ini. ” Moga kita juga dapat memperolehi keberkatan ini, jika belum, bersabarlah mungkin belum ada rezeki, mungkin kecintaan belum benar-benar tulus, mungkin kekotoran jiwa belum memungkinkan pertemuan dengan sebersih-bersih dan sebaik-baik makhluk. Nartaji minkas syafa`ah, Ya RasulAllah.

 ===

Ulama membuat lakaran atau imej sandal Junjungan s.a.w. demi kecintaan kepada Junjungan s.a.w. sehingga merasakan sandal di telapak kaki Junjungan s.a.w. lebih mulia dan lebih bertuah daripada diri mereka. Hal ini amat payah untuk difahami oleh orang – orang yang tidak mengenal cinta dan orang yang tidak pernah mengecapfana-ur-rasul. Perhatian diberikan hatta ke sandal Kekasih s.a.w. bukan kerana sandal tetapi kerana yang empunyanya. Tulusnya cinta pada Sang Kekasih telah menyebabkan keberkatan.

Berbagai ulama telah mengarang berbagai kitab mengenai lakaran sandal atau ni`al al-Mustafa s.a.w. ini. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani memperkatakannya serta membawa nukilan berbagai ulama dalam kitabnya “Jawahirul Bihar” jilid ke-3, Maulana Asyraf Ali Thanwi dalam “Zadus Sa`id”, Imam Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya“Timtsalu Na’l an-Nabiy“, Imam Ibnu Muqri dalam kitabnya “Qurratul Aynayn fi Tahqiq Amr an-Na’layn“, Imam Abul Abbas al-Maqqari dalam kitabnya “Fathul Muta`al fi Madhin-Ni`al”, Imam al-Qashthalani dalam kitabnya “Mawahibul Laduniyyah” dan ramai lagi. Insya-Allah, jika diizinkan Rabbul Jalil kan kucuba mengutarakan serba sedikit mengenai keberkatannya buat renung sahabat yang berhajat. (Gambar sekadar hiasan).