K.H. Muhammad Shiddiq

KH Muhammad Shiddiq dan lebih dikenal dengan nama Kyai Shiddiq atau Mbah Shiddiq, adalah seorang muballigh/da’i yang awal berjasa menyebarkan islam di kabupaten Jember yang dilanjutkan oleh para kader-kader muballigh/da’i-nyasehingga kabupaten Jember menjadi daerah islami. Terbukti sekarang banyak kyai/ulama, sejumlah + 3000 masjid, sejumlah + 750 pesantren dan sejumlah +1000 lembaga pendidikan Islam lainnya di kabupaten Jember. Kyai Shiddiq meninggal di Jember pada hari Ahad Paing jam 17.45 tanggal 2 Romadlon 1353 H./9 Desember 1934 M. dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Turbah Jl Gajahmada Condro Jember.

Sebagai Kyai terkenal dapat diketahui dari makamnya di Turbah Kampung Condro atau jalan Gajahmada dikota Jember yang banyak diziarahi ummat Islam. Bahkan Para Peziarah yang datang untuk berzikir membaca tahlil ada yang berdatangan dari Jawa Barat pada hampir setiap malam Jumat dengan berombongan kendaraan bus. Selain itu, jasa beliau sbg Muballigh awal di Jember yang berjasa mendirikan pesantren awal dan 13 masjid  sebagai langkah awal penyebaran islam di Jember.

Setelah pengembaraan mencari ilmunya, Kyai Shiddiq mendirikan pesantren sebagai pengabdian ilmunya di masyarakat, mula-mula di Lasem. Kemudian sekitar tahun 1884, beliau dalam usia 30 tahun hijrah ke Jember dan mendirikan pesantren dikampung Gebang Jember. Kemudian pada tahun 1918, beliau berusia 64 tahun pindah kekampung Talangsari Jember dan mendirikan pesantren yang kemudian sekarang dikenal sebagai Pesantren Ash-Shiddiqi Putra (PPI ASHTRA) di jalan KH Shiddiq 201 Jember yang diasuh oleh Gus H Firjaun bin KH Achmad Shiddiq. Pesantren di Gebang kemudian dilanjutkan oleh putranya (KH Machmud) dan kemudian dipindah ke kampung Tegal Boto yang sekarang dikenal sebagai Pesantren Al-Jauhar yang diasuh oleh (alm) Prof. DR. KH Sahilun A. Nasir M.PdI.

Melalui pesantren inilah yang kemudian menjadi cikal bakal  berkembangnya islam di Jember melalui strategi pengkaderan santri dan mendirikan masjid-masjid sebanyak +15 masjid yang tersebar diberbagai wilayah Jember, termasuk Masjid Jamik Al-Baitul Amin dijantung kota Jember. Terbukti, para santrinya tersebut yang kemudian menjadi kyai/muballigh/da’i yang menyebar-luaskan pengajaran islam dipelosok Jember melalui masjid-masjid yang telah dirintis beliau tersebut.

Beliau lahir tahun 1453 H (1854 M) di pedukuhan Punjulsari Desa Waru Gunung Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Lokasi pedukuhan Punjulsari perkebunan dan hutan sehingga beliau adalah Arek Ndeso. Menurut Garis nasab yang dicatat KH. Achmad Qusyairi bin KH Muhammad Shiddiq dan catatan KH. Abdul Halim bin KH Muhammad Shiddiq, menyebutkan Mbah Shiddiq keturunan kyai-kyai agung yang sambung nasab kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Dan garis ayah, KH. Muhammad Shiddiq bin KH Abdullah (makam di Laut Merah) bin KH. Sholeh (alias Raden Pangeran asri) (makam di Lasem) bin KH. Asy’ari bin KH. Azro’i bin KH Yusuf (makam di Pulandak Lasem) bin Sayyid Abdurrachman Al-Basyaiban (makam di Lasem) yang berjuluk Mbah Sambu alias Raden Muhammad Syihabuddin Sambu Digdodiningrat.(makamnya di masjid jami' lasem) selanjutnya sambung nasab kepada Rosululullah 

Sedangkan dari garis ibu, KH. Muhammad Shiddiq binti Nyai Hj. Aminah (di makamkan di Jepara) bin Abdul Karim bin Penghulu Purwodadi bin Demang Sahid Imam (Kasruhan), bin Husein (Tuyuan), bin Waliyulloh Achmad (Lasem) bin Sayyid KH. Achmad Sholeh (Pati Raden KH. Abdul Adzim (Penghulu Lasem) bin Sayyid Abdurrachman Al-Basyaiban (mbah Sambu).

Silsilah Mbah Shiddiq

1. Bin KH Abdullah (dimakamkan Laut Merah)

2. bin KH Sholeh alias Raden Tirtowidjojo (dimakamkan di Masjid Jamik Lasem)

3. bin KH Asy’ari alias Kyai Asri

4. bin KH Barda’ alias Kyai Adzro’i

5. bin KH Yusuf (dimakamkan di Pulandak Lasem)

6. Bin Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Mbah Sambu (Lasem)

7. bin Sayyid Muhammad Hasyim.

8. bin Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban

9. bin Sayyid Abdullah

10. bin Sayyid Umar.

11. bin Sayyid Muhammad

12. bin Sayyid Achmad

13. bin Sayyid Abubakar Basyaiban

14. bin Sayyid Muhammad Asy'adullah

15. bin Sayyid Hasan At-Taromi

16. bin Sayyid Ali

17. bin Sayyid Muhammad Al Fagih Muqoddam (makam di Hadramaut Yaman)

18. bin Sayyid Ali

19. bin Sayyid Muhammad Shohibi Mirbat (makam di Zafar, Hadramaut Yaman)

20. bin Sayyid Ali Khaliq Qosim (makam di Tarim, Hadramaut Yaman)

21. bin Sayyid Alwi (makam di Bait Jubair, Hadramaut)

22. bin Sayyid Muhammad (makam di Bait Jubair, Hadramaut)

23. bin Sayyid Alwi (makam di Samal, Hadramaut)

24. bin Sayyid Abdullah Ubaidillah (makam  di Al-Ardli Burt Hadrai)

25. bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir (makam di Basra Tarim, Hadramaut Yaman)

26. bin Sayyid `Isa An-Naqib (makam di Basrah, Iraq)

27. bin Sayyid Muhammad An Nagib (makam di Basrah, Iraq)

28. bin Sayyid Ali Al -'Uraidi (makam di Madinah)

29. bin Sayyid Ja'far Ash-Shodiq (makam di Madinah)

30. bin Sayyid Muhammad Al-Bagier (makam di Madinah)

31. bin Sayyid Ali Zainal Abidin (makam di Madinah)

32. bin Sayyidina Husein

33. binti Fatimah Az-Zahroh RA, Isteri Sahabat Sayyidina Ali Al –Murtadlo RA (makam  di Baqi’ Madinah, saudi Arabia) 

34. bin Rosulullah Muhammad SAW (makam di Masjid Nabawi Madinah, Saudi Arabia)

Mbah Shiddiq bersaudara dgn makam Muhammad Tohir alis KH. MuHammad 'arif (makamnya di sedan kabupaten Rembang) banyak keturunan mbah 'arif disedan dan termasuk KH. Usman canga'an genteng banyuwangi 

Mbah Shiddiq mengeyam ngaji pada beberapa ulama terkenal yaitu KH. Abdul Aziz -lasem rembang . KH sholeh-langitan Tuban, KH. Sholeh-darat semarang KH cholil bangkalan, KH ya'xub panji sidoarjo dan KH abdurrahim sepanjang sidoarjo 

Setelah pengembaraan mencari ilmunya Mbah Shiddiq mendirikan Pesantren sebagai pengabdian ilmunya di masyarakat _mula2 dilasem kemudian sekitar tahun 1970-an belaiu hijrah ke jember dan mendirikan pesantren dikampung talangsari jember yg sekarang dikenal dgn pesantren ash-shiddiqi putra (PPI ASHTRA) dijalan KH. Shiddiq 201 jember . Melalui pesantren inilah yg kemudian menjadi cikal bakal berkembangnya islam di jember melalu strategi pengkaderan santri dan mendirikan masjid-masjid 

Sebanyak 15 masjid yg tersebar diberbagai wilayah Jember termasuk masjid jami' baitul amin dijantung kota jember- masjid sumbersari masjid sunan nur talangsari masjid angasan mumbulsari masjid klompangan ajung masjid patang dll, yg telah dirintis oleh beliau bersama para santrinya 

Terbukti para anak keturunan dan santrinya tersebut kemudian menjadi kiay-muballigh-da'I yg menyebar luaskan pengajaran islam melalui masjid2 dan pesantren2 dikabupaten jember bahkan beberapa terdapat dipasuruan -banyuwangi-bondowoso probolinggo,gresik,rembang,jepara dan madura yg telah dirintis beliau tersebut 

Akhlaq beliau yg sholeh,tawadu',dan muru'ah sehingga menjadi teladan para ulama dan generasi tokoh masyarakat berikutnya. 

Keistimewaan beliau lainnya adalah anak menantu dan cucunya menjadi pemuka agama dan pemuka masyarakat dikenang kebaikannya hingga sekarang beberapa anak menantu dan cucu2 Yai siddiq melalui perkawinannnya adalah sebagai berikut : 

A. Mbah Shiddiq menikah pertama pada tahun 1874 dgn Nyai  Siti Masmunah alias Nyai Hj Maimunah binti Wirjodikromo wafat pada hari Rabu 24 jumadil ula 1358 (1939) dan dimakamkan dipuladak lasem, bersama beliau dikaruniai anak sebagai berikut : 

1. Siti Masruah (wafat kecil)

2. KH. Mansur ,makam diTurbah jember yg menurunkan anak diantaranya : KH. Ali Mansyur makam di Maibit Rengel Tuban (Pencipta shalawat badar) 

3. Nyai Hj. Roikhanah makam dilasem yg menurunkan anak diantaranya KH. Abdul Hamid waliyullah yg dimakamkan dimajid jami' pasuruan. 

4. KH. AHMAD QUSYAIRI ulama penulis sejak usia muda dimakamkan dimasjid jami' pasuruan 

5. Asiyah (wafat kecil)

6. Abdul Karim (wafat kecil)

7. Muhammad Hasan alias KH. Machmud makam di turbah jember yg menurunkan diantaranya KH. Abd hamid wijaya jakarta (pendiri Ansor dimakamkan diturbah jember) serta KH. Shodiq machmud SH jember pendiri PP. Al jauhar dan STAIN jember-

B. Mbah Shiddiq menikah kedua dengan Nyai Siti Aminah binti KH. Abdus shamad dan beliau wafat pada tahun 1961 makam di jubung rambupuji tetapi tidak dikarunia anak- 

C. Mbah Shiddiq lalu menikah dengan Nyai siti Maryam alias Nyai. Hj Zaqiah binti Yusuf curahmalang jember -wafat saat menunaikan ibadah haji dan dimakamkan di laut merah dikarunia anak sebagai berikut : 

1. KH. Machfudz Shiddiq makam diturbah jember mantan ketua Umum PBNU 1930-1945 dan pemikir modernis NU 

2.  Abdullah (wafat kecil)

3. KH. Abdul Halim makam di Turbah jember beliau adalah muballigh terkenal pendiri pesantren ASHRI 

4. NYai Hj. Siti Zainab makam di turbah jember beliau adalah pendiri pesantren putri zainab shiddiq dan diantaranya anak beliau adalah Drs. KH. Yusuf Muhammad LML, muballigh politisi terkenal dan pendiri pesantren Darul shalah . 

5. Khodijah (wafat kecil)

6.  Muhammad (wafat kecil)

7.  Achmad Muhammad (wafat kecil)

8.  Abdullah alias KH. Abdullah.

9. Achmad Muhammad Hasan alias KH. Achmad shiddiq makam di aulia tambak mojo kab. Kediri Rois 'Aam PBNU periode 1984 hingga 1991 dan perintis majlis dzikrul ghafilin serta semaan Al-Qur'an yg jamaahnya ribuan diantaran anak beliau adalah KH. Farid wajdi 

D. Mbah Shiddiq menikah ketiga dengan Nyai Hj. Siti Mardliyah binti KH. Muhammad Imam (wafat malam ahad legi tanggal 19 Dzulhijjah 1356 atau 19 Februari 1938 dan dimakamkan diturbah jember dikarunia anak : 

1. Abdur Rochim (wafat kecil)

2. Ummu Athiah (wafat kecil)

3. Muchammad Soleh (wafat kecil)

4. Sakinah (wafat kecil)

5. Maskunah (wafat kecil)

6. Muchammad (wafat kecil)

7. Siti Zulaikho alias Nyai Hj Zulaikho, istri KH Dzofir salam pendiri pesantren al fattah dan pendiri beberapa sekolah islam dijember yaitu SMPI, MAN 1 , MAN II dan STAIN dan UIJ

8. Asiyah (wafat kecil)

9. Shofiyah(wafat kecil)

E. Mbah Shiddiq menikah keempat dgn Nyai siti Fatmah binti KH. Khiro (wafat diambulu tahun1962) tetapi tidak dikarunia anak- (Sumber Majlis Ta'lim Al Qusyairi)

A.HIDUP YANG ISTIQOMAH

Kyai Shiddiq atau lebih dikenal dengan julukan Mbah Shiddiq. adalah seorang tokoh panutan. Mungkin, tidak banyak tokoh seperti beliau, dimana semua putranya yang masih mencapai usia muda/dewasa telah menjadi kyai dalam arti yang sebenarnya. Demikian pula para menantunya

Putera-putranya yang sejak usia muda telah menjadi Kyai. antara lain: KH. Mansur, KH. Achmad Qusyairi, KH Machmud, KH. Mahfudz Shiddiq, K.H. Abdul Halim Shiddiq, KH. Abdullah bin KH. Umar, KH. Muhammad bin KH. Hasyim dan KH. Dhofir Salam. Keberhasilan tersebut tentu dipengaruhi pula oleh pola kehidupan sehari-hari dimasa hayatnya. Mungkin kita bertanya, bagaimana pola kehidupan Kyai Shiddiq sehingga Allah memberinya taqdir dengan dikaruniainya keturunan yang selanjutnya menjadi ibarat mutiara-mutiara

Ternyata, Kyai Shiddiq adalah sosok yang sangat “istiqomah”, yaitu: tekun, telaten, ajeg, terus-menerus dengan tidak bosan-bosan dan mengamalkan apa saja yang dapat diamalkan. Dalam Surat Fushilat disebutkan:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami Allah” ” keniudian beristiqamah (meneguhkan pendirian-pendirian mereka tentang iman, melakukan kewajiban dan menjahui larangan-laranganNya), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan sorga yang telah dijanjikan A lloh kepadamu, (di dunia lewat rosul- rosul-Nya). Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia (dengan mengilhamkan kebenaran dan kebaikan kepadamu), dan akhirat (dengan pemberian syafa’at dan kemudahan). dimana kamu memperoleh yang kamu inginkan (dari segala kenikmatan) dan memperoleh pula yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.

Hampir setiap hari Kyai Shiddiq selalu bangun pada jam 3 malam untuk sholat sunat tahajjud, riyadhah maupun sholat- sholat sunnah lainnya. Menjelang subuh, kyai keliling pondok membangunkan santri. Beliau keliling sambil membawa tongkat penjalin, damar ublik (obor) dan teko berisi air. Dengan tongkatnya beliau ketok pintu-pintu pondok para santri.Terkadang kyai membangunkan santri dengan cara menabuh blek gembreng, sehingga bersuara gaduh dan memekakkan telin¬ga. Bahkan setiap santri yang terlelap tidurya, pasti akan menjadi sasaran guyuran air ceret yang selalu dibawanya.

Sesudah adzan (santri bernama Ryas yang ditugaskan sebagai Mu’adzin), kyai sendiri selalu memimpin pujian (dzikir) sebelum sholat subuh, setelah sebelumnya kyai melaksanakan sholat Qobliyah terlebih dahulu. Setelah berzikir/pujian kemudian melakukan sholat jamaah Subuh.

Untuk pedoman atau prinsip hidup yang mudah diingat oleh anak cucu dan santrinya, Kyai Shiddiq memerintahkan Kyai Halim (putranya) menulis bebeapa dalil di tembok mussholla. tulisan yang ada ditembok sebelah atas pengimaman yaitu hadits sbb:

“Sebaik-baik perbuatan umatku adalah membaca .41 Quran dengan menyimak/melihat”.

Imam Al Ghozali menjelaskan dalam Ihya’ Uluumuddin: Bahwa keutamaan orang yang membaca Al Quran dengan melihat/menyimak seraya merenungkan maknanya adalah lebih baik dari pada dengan cara tidak melihat/menghafal. Membaca Al Quran dengan melihat tersebut memiliki 3 manfaat yaitu: Membaca, menyimak dan merenungkan artinya. Sedangkan dalam membaca Al Quran seraya menghafal hanyalah mendapat satu manfaat yakni membaca saja.

Disisi tembok sebelah kanan atas terdapat tulisan yang dikutip dari Idtab Jauharul Tauhid:

“Semua kebaikan itu terdapat pada pengikutan kepada orang-orang terdahulu. Dan semua keburukan itu ada pada reka-reka orang kemudian”

Imam Al Ghozali memberikan argumentasi tentang diatas yakni karena orang salaf (terdahulu) telah memiliki kelebihan dari pada orang kemudian (Kholaf). Kelebihan ada pada 3 hal:

a. lebih faham (Mam)

b. lebih hati-hati (Wara’)

c. lebih tajam pandangan hatinya (Abshar)

Disisi tembok sebelah kiri atas terdapat tulisan yang dikutip dari kitab kifayatul Atqiyak:

“Kamu sungguh jangan meninggalkan sholat berjamaah yang keutamaan pahalanya setinggi 27 derajat”

Banyak sekali manfaat Sholat jamaah. Dalam kitab Dzurotun Nasihin Rasulullah bersabda: “barang siapa melakukan sholat ( lima waktu berjamaah akan memperoleh lima hal yaitu kesatu ia tidak akan mengalami kemiskinan didunia, kedua dibebaskan oleh Allah dari azab kubur, ketiga: menerima kitab catatan amalannya dengan tangan kanan, keempat; akan melalui shirot secepat kilat dan kelima akan dimasukkan surga tanpa hisab dan azab”. Dalil di atas mempertegas sabda Rasul sbb:

“Tiap tiga orang yang bertempat didesa dan pegunungan lalu mereka tidak melakukan sholat jama ‘ah, maka mereka akan dipermaikan syetan”.

B. AWRAD AMALIYAHNYA

Pada umumnya, wiridan baru akan selesai sampai surya muncul agak tinggi, baru kemudian kyai masuk ke “kamar khusus” di sebelah utara tempat imam di musholla. Di “Kamar khusus” itulah tempat Kyai Shiddiq menyepi, beribadah sholat sunnat dan lain-lain. Santri tak seorangpun yang berani masuk kamar tersebut. Karena dalam “kamar khusus” itu Kyai Shiddiq melakukan sholat Dluha dan sholat-sholat sunnah lainnya. Selesai sholat Kyai biasanya melanjutkan dengan mengaji Al-Qur’an dan membaca dalailul khairot. Selain sebagai seorang hafids, Kyai Shiddiq sangat istiqamah menghatamkan Alqur’an setiap minggu.

Secara runtut, batas-batas bacaan Al-Qur’an dalam seminggu sebagai berikut:

1. Hari Jum’at membaca Al Fatihah s. d Al-Maa idah

2. Hari Sabtu membaca Al-An’ am s.d At-Taubah

3. Hari Ahad membaca Yunus s. d Maryam

4. Hari Senin membaca Thaha s.d Al-Qashash

5. Hari Selasa membaca Al-Ankabut s.d Shaad

6. Hari Rabu membaca Az-Zumar s.d Ar-Rakhman

7. Hari Kamis membaca Waqi’ah s. d An-Naas

Sekitar pukul 08.00 sampai jam 09.00 pagi, Kyai mengajar Fasholatan dan Al-Qur’an. Kitab Fasholatan yang diajarkan adalah hasil karangan beliau senchn’. Biasanya ketika mengajar Fasholatan dan AI-Qur’an banyak menggunakan cara-cara sorogan. Usai sorogan Fasholatan dan Al-Qur’an, barulah Kyai masuk ke ndalem untuk sarapan pagi. Setelah itu, Kyai masih meneruskan kembali sholat-sholat sunnah, mengaji Al-Qur’an dan membaca Dalail.

Baru pads sekitar jam 10.00 sampai jam 12.00 siang Kyai Shiddiq mengajar ngaji kitab kuning. Banyak kitab yang beliau ajarkan, namun demikian Kyai membaginya menjadi:

1. Kitab-kitab yang tetap (permanen) diajarkan. Bila kitab ini sudah selesai lalu diulang kembali dari awal (dijadikan wiridan). Kitab-kitab yang tetap ini antara lain:

a. Fatchurrahman

Kitab Fatchurrahman ini berisi materi Tauhid yang pokok (semacam Aqidatul Awam) dan fiqih (semacam Safinatun Najah). Kitab ini ditulis oleh beliau sendiri dan diwajibkan bagi santri menghatamkannya sebelum ngaji kitab lainnya (kitab standard awal).

b. Kitab Fiqh antara lain

- Safinatun Najah

- Sullam Taufiq

- Taqrib

c. Kitab Tasawuf antara lain

- Bidayatul Hidayah

- lhya’ Ulumuddin

d. Kitab Tafsir Jalalain

e. Kitab Shohih Bukhori

2. Kitab-kitab yang tidak tetap (temporer) antara lain

a. Kitab-kitab Alat antara lain

- Alfiyah

Kitab Alfiyah terjemahan berbahasa Madura ini ditulis ketika mondok di Bangkalan.

- Ajurumiah

- Imrity

b. Kitab Tasawuf antara lain

- Nashoihud Diniyah

- Adabul Mar’ah yang ditulis dalam bahasa Jawa.

c. Kitab Rojabiyah

d. Kitab Bifadlol dan lain-lain.

Dalam pengajian kitab kuning ini, Kyai Shiddiq banyak menggunakan cara weton/bandongan. Cara Weton adalah cara pengajian kitab yang berasal dari istilah jawa, karena pada umumnya waktu pengajian disesuaikan dengan waktu-waktu tertentu seperti usai waktu sholat, dan sebagainya. Secara teknis, dalam pengajian cara weton ini Kyai membaca dan menerangkan kitab yang diperuntukkan secara massal. Para santrinya memperhatikan kitabnya sendiri sambil membuat catatan-catatan (tentang arti maupun keterangan dari kyai).

Selesainya pengajian, Kyai Shiddiq makan siang bersama¬ sama keluarga dan khaddamnya. Kemudian mengerjakan sholat Dzuhur secara berjama’ah. Sebelum sholat dzuhur, bersama¬ sama melakukan dzikir/pujian dan sholat sunnah Qobliyah.

Selesai sholat, lalu wiridan dan yang bacaannya lebih pendek dari dzikir ba’da subuh. Disambung dengan sholat sunnah Ba’diyah dzuhur dan mengajar ngaji Al-Qur’an dan Fasholatan. Santri yang dibolehkan ngaji Al-qur’an adalah yang sudah lulus (fasih/tartil bacaan) Syahadati, Fatihati, Tahiyyati, Sholati, adzan dan lqamah. Bila bacaan masih belum tartil tetap masih harus mengaji Fasholatan saja. Selesai mengajar, barulah Kyai Shiddiq istirahat (tidur) sebentar. Begitu bangun, Kyai Shiddiq melakukan sholat sunnah berkali-kali, mengaji Al-Qur’an dan membaca dalail. Amalan sholat sunnah yang istiqamah dilakukannya 100 rakaat dalam sehari-semalam serta mengkhatam dalail (matane) sehari sekali.

Waktu ashar tiba, beliau sholat sunnah berkali-kali dan para santri membaca syi’ir “Aqidatul ‘Awam”. Lalu sholat jama’ah Ashar dan Dzikir. Dzikir ba’ da sholat Ashar sama dengan dzikir ba’da sholat subuh.

Kemudiandilanjutkan dengan pengajian kitab Ihya ‘Ulumudin dan Shohih Bukhori”. Selesai mengajar, Kyai masuk ndalem melanjutkan mengaji Al-Qur’an dan dalail sampai masuk waktu Maghrib. Sebelum sholat jama’ah Maghrib, bersama-sama santri membaca pujian.

Dzikir ba’da sholat Maghrib sama dengan dzikir bada subuh. Selesai berdzikir dilanjutkan sholat sunnah Ba’diyah dan ngaji. pengajian ba’da sholat Maghrib adalah AI-Qur’an dan Fasholatan yang teknisnya diatur sebagai berikut:

1.Santri dewasa dan tartil bacaannya harus membaca Quran 1 juz, sehingga dalam sebulan sudah harus hatam. Tempat mereka di dalam musholla.

2.Santri bocah harus ngaji Al-Qur’an dan Fasholatan di luar langgar. Mereka diajar Badal Kyai yaitu Haji Baidlowi (lurah pondok asal Madura) dan Abdul Azis.

Selesai ngaji (tanpa turun dari langgar) lalu bersama-sama pujian qobliyah sholat Isya’ dan sholat sunnah rawatib.Kemudian melaksanakan sholat Isya’ berjama’ah dan dilanjutkan dengan wiridan dan sholat sunnat rowatib. Wiridannya sama dengan wirid ba’da sholat Ashar. Di ndalem Kyai Shiddiq melakukan sholat sunnat berkali-kali, ngaji Qur’an dan dalail sampai “sare” (tidur). Khusus pada malam Jum’at ba’da maghrib, kyai Shiddiq memimpin bacaan Barzanji. Dan pada malam Senin ba’da Maghrib, membaca Diba’. Semula pembacaan Diba’ dilakukan malam Jurn’at dan Barzanji pada malam Senin.

Suatu saat ketika sedang memimpin pembacaan (pada malam Senin) itu, tiba-tiba Kyai Shiddiq melihat kehadiran Rasulullah Saw hadir dan berdiri di pintu. Spontan, Kyai Shiddiq merobah bacaannya dengan Diba’. Maka sejak peristiwa inilah, pembacaan Diba’ dilakukan setiap malam Senin dan malam Jum’at untuk Barzanji. Kemudian dilanjutkan dengan membaca Rotibul Haddad (Rotib Sayyid Abdullah Alawi Al-Haddad).

Aktivitas mengajar Kyai Shiddiq yang sangat padat itu dilakukan tatkala telah banyak santri yang ngaji pada beliau. Sebelumnya, Kyai Shiddiq membagi waktunya dengan berdagang sebagai ma’isahnya (mata pencahariannya hidupnya). Kegiatan mengajar yang full tersebut membuat Kyai Shiddiq harus mengalihkan perhatian dan’ aktivitas berdagang pada santrinya dan putra-putranya.

Suatu waktu, Mbah Shiddiq akan berdagang kain sarung, songkok, dan lain-lain ke Arjasa. Nampaknya Kyai terlambat di stasiun kereta api, sehingga kereta yang pagi sudah berangkat. Menurut keterangan kepala stasiun, kereta berikutnya baru akan berangkat jam 10 siang. Ketika ditunggu kereta berikutnya, Kyai Shiddiq bertemu seorang Penghulu yang rumahnya di depan stasiun. Penghulu tersebut menawarkan jasa, agar Kyai Shiddiq berkenan menunggu kereta di rumahnya saja.

Menjelang jam 10.00 Kyai Shiddiq minta idzin untuk pamit,dan tanpa diduga ternyata Penghulu tersebut memberi salam tempel satu rupiah (serupiah saat itu, kira-kira sama nilainya dengan Rp 100. 000, sekarang/thn 2007). “Lho, kok sompean. shodagah satu rupiah pada saya. Maka saya nggak jadi ke Arjasa. Lha Wong niat saya ke Arjasa tersebut untuk mencari untung satu rupiah ini”, kata Mbah Shiddiq pada Penghulu itu, kemudian beliau pulang. Namun demikian, sebelum pulang, uang itu dihabiskan untuk belanja urusan dapur, karena memang Kyai Shiddiq sendirilah yang selalu berbelanja urusan dapur ke pasar. bukan Nyai. Tiba di ndalem, beliau tertidur karena kepayahan Dalam tidumya, beliau bermimpi bertamu ke rumah Penghulu tadi. Di sana beliau disuguhi hidangan babi. Ketika bangun. kagetlah Kyai Shiddiq dan cepat-cepat memerintahkan santri untuk membuang semua “hasil belanja dapur tersebut”

Nampaknya, Kyai Shiddiq terus dijaga oleh Allah SWT dari makanan basil perbuatan haram karena sifat wiro’i beliau. Wiro’i adalah sikap yang selalu menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela, seperti makruh dan subhat (tidak jelas, apakah dibolehkan oleh agama atau tidak), terlebih lagi haram yang jelas dilarang. Mbah Siddiq tidak berkenan mengajar kitab menggunakan papan tulis, sebab ayat-ayat Al-Quran yang ditulis papan yang kemudian dihapus berjatuhan. Ini kan sama dengan menelantarkan lembaran Mushaf yang robek

Kyai Shiddiq juga sangat perhatian terhadap penampilan orang. Pada suatu hari Kyai Yusuf dari Madura sowan kepada Kyai Shiddiq. Kyai Yusuf tetap membiarkan rambutnya agak panjang (gondrong) dan kumisnya lebat hingga melebihi bibir. Setelah bersalaman, langsung beliau berkata: “Poron panjenengan eparingah ilmu/maukah kau kuberi ilmu? “Alhamdulillah ?” jawab, si tamu dengan suka citanya. Lalu Kyai Shiddiq berkata: “Tak sahe panjenengan Kyahe, ngobuh obuk/Tidak baik bagi kyai, memelihara rambut”. Kemudian beliau berikan gunting dan Kyai Yusuf diminta menggunting rambutnya saat itu juga. Semua anak dan menantu serta santri-santrinya diwajibkan oleh Kyai Shiddiq “menggundul rambut” kepala. Yang diperkenankan/disunnahkan hanyalah memelihara janggut. Bahkan, Kyai Muhammad bin Hasyim (menantunya) dimarahi Kyai Shiddiq karena mernelihara rambut sedikit seperti tentara di kepalanya.

Demikian pula dengan merokok, Kyai Shiddiq kurang senang jika ada orang/tamu apalagi santri ataupun anaknya yang merokok di hadapan beliau. Kyai Mahfudz Shiddiq pernah merelakan sak celananya bolong terbakar, karena menyimpan rokok yang sedang menyala, tatkala Kyai Shiddiq menemuinya. Kyai Shiddiq memang kurang senang ada yang merokok, ketika masih ngaji pada Kyai Abdurrohim, Sepanjang Sidoarjo.

Sebagaimana keblasaannya di pondok, Kyai Shiddiq selalu mengisi jeding Kyai Rohim pada pagi buta. Suatu hari, selesai mengisi jeding, Kyai Shiddiq pergi ke sungai sambil merokok klobot. Sedang asyik merokok, menyebabkan ketinggalan Sholat berjama’ah Subuh. Kyai Shiddiq akhirnya bersembunyi takut kena marah Kyai Rohim karena tidak berjama’ah.

Sejak peristiwa itulah, Kyai Shiddiq berjanji menghindari merokok. “Tak ada barang yang melebihi kejelekan merokok. Demi Allah aku mengharamkan diriku merokok” katanya. Mbah Shiddiq memiliki sikap, kesenangan dan perilaku sebagai benikut:

I. Ahli silaturrohim, khususnya pada para Sayyid/Habib, `Aulia’ dan Ulama. Diantara kesenangan bersilaturohmi ini antara lain ‘.

a. Selalu gembira dan bersyukur bila kedatangan tamu, bahkan selalu menghidangkan makan pada tamunya.

b. Senang mengawinkan jejaka-gadis.

c. Bila silaturrohmi pada orang miskin, hanya minta air putih saja.

2. Mengerjakan hal-hal yang sunnah antara lain :

a. Sholat-sholat sunnah, ngaji Alqur’an, Dalail dan selalu berdzikir

“Bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan telanjang “. (QS AIi Imron: 190-191)

b. Memotong rambut, kumis dan kuku pada hari. Kamis.

c. Membersihkan sisa-sisa nasi yang dimakan. Bahkan selalu menjilat tangan, bila selesai makan. Itu menunjukkan syukur terhadap nikmat/karunia Allah Swt.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS Ibrohim: -7)

d. Saat makan, beliau selalu mencicipi garam sebelum dan sesudahnya. karena ini disunnahkan oleh agama. Pada suatu hari, Kyai Shiddiq, Kyai Yasin (Pasuruan) dan Kyai Nu’man (Lumajang) sedang makan jambu. Ada di antara 2 kyai itu yang, berkomentar “tidak manisnya jambu tersebut. Spontan Kyai Shiddiq menegur: “Yang menentukan manis-tidaknya jambu ini adalah Allah. Jambu ini merupakan nikmat Allah pada kita. Jadi wajib bagi kita mensyukurinya.

d. Mematikan lampu pakai kipas (tidak dltiup).

3. Menjauhi hal-hal yang makruh, muru’ah dan Haram, misal

a. Merokok

b. Tidak suka melihat orang lain memiliki rambut, kumis dan kuku yang panjang.

c. Marah bila tahu ada orang, kentut sambil tertawa.

d. Marah, bila tahu laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya bertemu muka.

e. Dalam bepergian selalu menghindari lewat depan gereja.

f. Tidak membolehkan Kusir mencambuki kudanya.

g. Tidak senang musik/lagu-lagu, misal .- gambus.

4. Mendo’akan anaknya, cukup dengan memohon agar kelak menjadi orang yang bertaqwa.

5. Yang sangat diperhatikan pada anak dan santrinya adalah sholat. Bila putranya tak nampak dalam sholat berjama’ah, maka akan diusut sedetailnya tentang “kenapa tidak sholat jama’ah”.

6. Dan lain-lain.

Menurut beberapa informasi, Kyai Shiddiq 4 kali bertemu dengan Rasulullah Saw dan berkali-kali bertemu Rasulullah dalam mimpi. Sulit sekali ditakdirkan bertemu Rosulullah SAW kecuali Waliyullah. Imam Ghozali berkata “bertemu Rasulullah secara Ya Qodlo maka ia memiliki kasyqf’. Sayyid Ahmad Al Badawi ra. berkata: -Syarat yang harus di perbuat oleh orang yang ingin menjadi Waliulloh adalah benar benar dalam syari’at. Ada dua belas tanda-tanda yaitu :

1. Benar-benar mengenal Allah Swt (yakni, benar benar mengerti tauhid dan mantab iman keyakinan kepadaAllah).

2. Benar-benar menjaga perintah Allah Swrt.

3. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Saw.

4. Selalu berwudhu (jika berhadas segera memperbarui wudhu)

5. Rela menerima hukum qadla’ Allah SWT. dalam suka duka.

6. Yakin terhadap semua janji Allah Swt.

7. Putus harapan dari semua apa yang ada di tangan manusia

8. Tabah. sabar menanggung bebagai derita dan gangguan orang.

9. Rajin mentaati perintah Allah SWT

10. Kasih sayang terhadap semua makhluq Allah SWT

11. Tawadlu, merendah diri terhadap yang lebih tua atau lebih muda.

12. Selalu menyadari bahwa setan itu musuh utama, sedang sarang setan itu dalam hawa nafsu dan selalu berbisik mempengaruhi.

C. PEMAKAMAN TURBAN CONDRO

Kyai Shiddiq, akhirnya wafat pada hari Ahad Pahing jam 17 40 tanggal 2 Romadlon 1533H (9 Desember 1934 M) pada usia +80 tahun. Saat jenazah, disemayamkan di ndalem Talangsari, datanglah 11 orang yang menawarkan tanahnva sebagai makam beliau. Sebelas orang itu antara lain:

1 . H. Ilyas, Gebang

2. Sadinatun, Gebang

3. Sa’id, Gebang

4. Riynah, Gebang

5. Samiroh, asal Bulu Tuban

6. Amir, asal Bulu Tuban

7. Sakiman, asal Bulu Tuban

8. KH. Yusuf, asal Bulu Tuban (mertua Kyai Shiddiq)

9. H. Anwar, Jatian Pakusari

10. H. Abdul Hamid, Rowo – Wirowongso.

11. H Samsul Arifin, Talangsari.

Namun agar adil maka akhirnva dilotre/diundi sebanyak 3 kali. Ternyata undian jatuh pada tanah H. Samsul Arifin di Turbah – Condro. Ribuan orang melayat Mbah Shiddiq menuju peristirahatannva di turbah Condro Jember. Hingga sekarang, banyak kaum muslimin ziarah di maqam Kyai Shiddiq. Para penziarah selalu membaca Al-qur’an. Tahlil dan bertawassul pada beliau. Kyai Shiddiq bagaikan “mutiara”, yang menurunkan banyak mutiara, menyinari kegelapan kota Jember.