Tradisi Thariqah mengatasi konflik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai tradisi para thariqah sebagai suatu kebiasaan yang sangat tepat untuk mengatasi konflik. Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono saat meresmikan pembukaan Muktamar XI Jam`iyyah Ahlith Thariqah Al Mu`tabarah An Nadliyyah di Pondok Pesantren Al Munawariyah Malang, Jawa Timur, Rabu. “Kita tahu bangsa kita sangat majemuk… sudah majemuk aspirasinya sangat tajam,” kata Presiden. Terlebih lagi, kata dia, di era kebebasan seperti saat ini yang mana benturan selalu dapat terjadi, baik antarsuku, agama, dan umat. “Jadi kita harus mengelolanya secara arif dan bijak,” ujarnya, meskipun menurut Presiden hukum tetap harus ditegakkan.

Kepala Negara menilai pendekatan itu adalah pendekatan yang teduh, mendidik dan paling sesuai untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera yang tidak pernah sepi dari tantangan. Pada kesempatan itu Presiden juga mengajak warga Nahdatul Ulama untuk membuktikan bahwa di Indonesia tidak ada pertentangan antara negara dan agama atau antara tentang Islam dan demokrasi. “Mari kita buktikan Islam mencintai perdamaian,” katanya.

Turut mendampingi Presiden antara lain Ibu Ani Yudhoyono –kunjungan kali ini adalah kunjungan ke luar kota pertama sejak Ibu Negara dirawat untuk demam tifoid–, Menteri Agama Suryadharma Ali, Juru bicara Presiden Julian A Pasha, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj, dan Pimpinan Pondok Pesantren Al Munawariyah Habib Lutfi bin Ali bin Yahya.

Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono beserta rombongan tiba di Malang sekitar pukul 10.20 wib. Malang adalah kota pertama di Jawa Timur dalam rangkaian kunjungan kerja empat hari, 11-14 Januari, presiden di provinsi itu. Sepanjang perjalanan menuju Pondok Pesantren Al Munawariyah, rombongan Kepala Negara disambut oleh ribuan pelajar Malang, mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas yang berdiri berjajar di depan sekolahnya masing-masing.

Warga Malang juga terlihat turun ke jalan di beberapa titik guna menyaksikan Presiden Yudhoyono dan rombongannya akibatnya iring-iringan presiden berjalan lambat untuk memberi kesempatan warga.

Sumber: Laman NUOnline