4. Jalan Orang Bijak (Bidayatul Hidayah)

"Baiklah, akan aku tunjukkan permulaan hidayah itu, supaya engkau bisa menguji hati dan nafsumu... Jika engkau bertanya: 'Lalu apa itu permulaan hidayah yang harus kuujikan kepada nafsuku?' Maka ketahuilah bahwa permulaannya adalah lahiriah takwa dan akhirnya adalah batinnya takwa."

Demikian Imam Al-Ghazali dalam kitab ini.

Jika Al-Quran menyebut takwa sebagai "pakaian" - Dan pakaian takwa itulah yang paling baik (Al-A'raf:26)-, maka dalam buku ini Al-Ghazali membahas takwa sedemikian praktis sehingga bagaikan pakaian siap pakai. Pertama-tama, beliau mendetailkan praktik-praktik takwa dalam perilaku keseharian, seperti ketika bangun tidur dan berpakaian, masuk WC dan berwudhu, masuk masjid dan seterusnya. Itulah yang beliau sebut sebagai lahiriah takwa atau awal hidayah. Batinnya? Kata beliau, "Engkau tidak akan bisa melewati batinnya, kecuali setelah menegaskan lahirnya."

Kitab “Bidayatul Hidayah” karya ulama besar Abu Hamid Muhammad al-Ghazali ini banyak disebut-sebut sebagai Mukadimah Ihya Ulumuddin, karya masterpiece beliau yang sangat monumental itu.

قَالَ الشَّيْخُ الْاِمَامُ الْعَالِمُ الْعَلَّامَةُ حُجَّةُ الْاِسْلَامِ وَ بَرَكَةُ الْاَنَامِ أَبُوْ حَامِدٍ مُحَمَّدٌ بْنُ مُحَمَّدٍ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغَزَالِيِّ الطُّوْسِيِّ قَدَّسَ اللهُ رُوْحَهُ وَ نَوَّرَ ضَرِيْحَهُ

Telah berkata As-Syaik Al-Imam Al-‘Aalim Al-Allaamah Hujjatul Islam dan Barakatul Anaam Abu Haamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaali Ath-Thuusi. Semoga Allah mensucikan ruhnya dan menerangi kuburnya. Aamiin.

ASY-SYAIKH

Dalam bahasa Arab, manausia mendapatkan nama yang berbeda-beda dalam kategori usianya, di antaranya adalah :

Disebut janin saat masih di dalam kandungan ibu

Disebut thiflun dan shobiyyun saat telah lahir dan belum baligh

Disebut syaabbun dan fata saat telah baligh

Disebut kahlun saat telah melewati usia 30 tahun

Disebut syaikh saat teklah melewati usia 40 tahun

Namun, kata syaikh selain dipakai untuk menunjukkan usia dipergunakan juga sebagai istilah untuk orang yang mencapai derajat ahli keutamaan walau dia masih kanak-kanak.

Kata syaikh di rangkaian pembukaan kitab bidayatul hidayah ini adalah syaikh menurut makna istilah, yaitu orang yang mencapai derajat ahli keutamaan. Dalam tradisi di Jawa kira-kira setara dengan ungkapan kiai. Dalam tradisi di sunda kira-kira setara dengan ungkapan ajengan. Dalam tradisi Sumatera Barat  kira-kira setara dengan ungkapan tuanku. Dalam tradisi Aceh kira-kira setara dengan ungkapan Tengku. Dalam tradisi daerah lain setara dengan ungkapan Tuan Guru.

AL-IMAM

Al-imam dalam bahasa Arab adalah orang yang diikuti. Kata ini dipergunakan sebagai istilah untuk menunjukkan orang yang sah mengikutinya.

AL-AALIM

Al-Aalim dalam orang yang mengetahui walaupun hanya satu masalah. Pengetahuannya tidak dibedakan apakah melalui jalan kasab maupun melalui jalan faidh ilaahiy (anugerah limpahan ketuhanan) yang biasa disebut dengan ilmu ladunni.

AL-‘ALlAAMAH

Al-‘Allaamah adalah bentuk mubalaghah (sangat). Dalam bahasa Arab, kata Al-‘Allaamah adalah bentuk mubalaghah (sangat) dari kata dasar ‘alima yang bemakna mengetahui. Kata ‘alaamah dimaknakan sebagai banyak ilmunya.

Selain itu kata al-‘allaamah dipergunakan pula sebagai istilah sebagaimana yang dipakai dalam rangkaian pembukaan kitab ini. Al-‘allaamah sebagai istilah dipergunakan untuk orang yang pada dirinya berkumpul ilmu manquul dan ilmu ma’quul. Ilmu manquul adalah ilmu yang bersumber dari dari naqli. Ilmu Ma’quul adalah ilmu yang bersumber dari dalil ‘aqli.

Gelar al’allaamah yang disematkan kepada Imam Al-Ghazaali dibuktikan dengan karya-karya beliau yang meliputi berbagai bidang keilmuan. Hal ini menunggu Imam Al-Ghazali sebagai ulama multi disiplin dan multi talenta. Demikian pula dalam kitab-kitab tersebut ditunjukan betul kepiawaian dan keluasan wawasan ilmiyyah beliau dalam dalil naqli dan dalil aqli. Beliau adalah salah satu ulama yang mampu dengan baik, harmonis dan proporsional dalam menggunakan dan memadukan dalil naqli dan dalil aqli.

HUJJATUL ISLAM

Hujjatul islam adalah gelar bagi ulama. Menurut Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas Al-Maliki dalam kitab Ibaanatul ahkaam, al-hujjah adalah gelar untuk orang yang (setidaknya) menguasai 300.000 hadits. Sedangkan menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Maraaqil ‘Ubuudiyyah, hujjatul islam adalah orang menguasai sebagian besar sunnah Rasul sehingga bisa dikatakan tidak ada yang luput baginya kecuali sedikit.

BARAKATUL ANAAM

Gelar barakatul anaam menunjukkan pengakuan para ulama bahwa keberadaan Imam Al-Ghazali adalah berkah yang dilimpahkan Allah bagi manusia.

ABU HAAMID

Nama yang menggunakan awalan Abu atau Ummu dalam bahasa Arab disebut ‘alam kunyah. ‘Alam kunyah adalah gelar panggilan bukan nama beliau yang sebenarnya.

MUHAMMAD BIN MUHAMMAD BIN MUHAMMAD

Nama Imam Al-Ghazali yang sebenarnya adalah Muhammad keturuan dari Muhammad.

Di kalangan orang Arab nama seperti beliau ini tidak aneh. Orang Arab biasa memberikan nama kepada keturunannya sama dengan nama leluhurnya.

Beliau dilahirkan pada tahun 450 H dan wafat 14 Jumadits tsaniyyah 505 H

Beliau secara aqidah berpijak pada jalan asy’ariyyah dan secara fiqh berpijak pada jalan syafi’iyyah.

AL-GHAZAALI ATH-THUUSI

Ada dua pendapat tentang cara pembacaan al-ghazali :

Saat dibaca tanpa tasydid (al-ghazaali), maka  merupakan nisbat (pembangsaan) kepada kampung Ghazaal sebagai kampung halaman Imam Al-Ghazali. Kampung Ghazaal ini berada di daerah Thuus. Karenanya disebut juga Ath-Thuusi. Thuus berada di daerah Naisabuur, oleh karena itu Imam Al-Ghazali ini disebut pula An-Naisabuuri. Daerah tersebut berada di negeri Irak.

Saat dibaca dengan tasydiid (al-ghazzaali), maka merupakan nisbat kepada keahlian ayah dan kakeknya sebagai penenun.

 

Kitab ini membahas proses awal seorang hamba mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala, dimana sang hamba sangat membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari-Nya. Juga menjelaskan seputar halangan  maupun rintangan yang tersebar di sekitarnya, yaitu ketika sang hamba berusaha untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, melalui tata cara dan  adab yang benar.

Kitab ini memberikan pesan kepada pembacanya bahwa memperoleh hidayah Allah, ma’rifat kepada-Nya, hendaknya dimulai dan memang ditandai dengan keshalehan pribadinya dalam mengerjakan ibadah-ibadah harian. Tidak mungkin seseorang yang memperoleh hidayah–kata Al-Ghazali, pada saat yang sama melalaikan dan menyepelekan ibadah harian. Imam al-Ghazali melalui kitab ini memandu kita apa saja amalan harian yang sebaiknya dikerjakan, disamping berbagai amalan buruk yang harus dihindari.

Salah satu amalan harian yang harus dikerjakan yang dipaparkan dalam kitab tersebut adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmulah setiap hari. Jadikan ia amalan harianmu. Begitu kurang lebih kesimpulan yang didapatkan.

Diharapkan kita akan memahami bahwa menuntut ilmu adalah jalan memperoleh hidayah. Dan hidayah takkan hadir kepada orang yang malas menuntut ilmu atau menutup pintu-pintu ilmu.

 

Kitab ini secara garis besar berisi tiga bagian. Yakni, Bagian tentang adab-adab ketaatan, bagian tentang meninggalkan maksiat, dan bagian tentang bergaul dengan manusia, Sang Maha Pencipta, dan sesama makhluk. Menurut al-Ghazali, jika hati kita condong dan ingin mengamalkan apa-apa yang ada di buku ini, maka berarti kita termasuk seorang hamba yang disinari oleh Allah dengan cahaya iman di dalam hati.

Kitab Bidayatul Hidayah di hadapan Anda ini adalah risalah yang sangat penting, yang apabila pembaca mengkajinya, maka dia akan mendapatinya berukuran kecil, tapi memiliki faedah yang sangat besar. Risalah ini menyambungkan masa lalu dengan masa kini dan masa depan. Risalah ini dipenuhi dengan faedah-faedah dan harta karun yang terselip di antara halaman-halaman dan baris-barisnya; dipenuhi dengan sesuatu yang dapat mengembalikanmu kepada jalan yang benar dan cahaya yang menerangi; dan dipenuhi dengan mutiara-mutiara yang berkilau.

Risalah ini hanya menginginkan agar engkau menyerap pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmunya, sehingga syaitanmu terjatuh ke dalam kebinasaan. Dia telah bersumpah untuk menyesatkan kita. Tapi dengan memeranginya, engkau dapat melemparkannya ke dalam jurang yang dalam, sehingga dia tidak dapat mendekati dan menggodamu. 

Wallahu 'alam. Amin Yaa Rabbal 'alaamin...