Ingin Tahu Amalan Tarekat

Al-Kisah no.23/ 2004

 

Assalamualaikum Wr. Wb.

Redaksi Alkisah yang terhormat, saya langsung pada pertanyaan saja, apa sebenarnya penting dan perlunya tarekat itu. 

Mohon kiranya, Redaksi juga berkenan menuliskan apa-apa yang dibaca setiap tarekat tersebut. 

Misalnya, Tarekat Naqsabandiyah membaca wirid-wirid macam apa? Terima kasih atas jawaban pengasuh.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Abdullah Luthan

Jln. Serasmi Simpang Empat Pekanbaru, Riau

 

 

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Saudara Abdullah Luthan, mohon maaf sebelumnya, pertanyaan-pertanyaan seperti yang Anda ajukan sebenarnya sudah sering kami jawab. Untuk itu, ada baiknya Anda meneliti ulang rubrik ini untuk edisi sebelum-sebelumnya.

Tapi secara singkat bisa disampaikan, salah satu peran tarekat itu adalah menjaga hati agar terus-menerus selalu mengingat Allah SWT. Antara waktu subuh sampai zuhur, zuhur sampai asar, asar sampai magrib, magrib sampai isya dan dari isya sampai subuh kembali. Begitu secara terus-menerus, hingga kita merasa mampu selalu berada di dekat Allah. Tarekat dimungkinkan untuk menjaga diri kita dari ke-mungkinan berbuat maksiat.

Patut diketahui, tarekat tidak bisa lepas dari yang namanya istighfar, shalawat, dan zikir. Itu semua yang ditalkinkan (diajarkan langsung) Baginda Nabi kepada para sahabat juga para tabi’in. Sedangkan muamalah (amalan lahiriah) orang-orang tarekat selalu menekankan untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah SWT dan rasul-Nya.

Sekaligus agar muamalah itu juga bisa membuat penganutnya makin teguh memegang kitabullah dan sunah Rasul. Salah satu tanda yang akan tampak dari para penganut tarekat di antaranya, tidak melepaskan sunah-sunah muakad seperti qabliyah, bakdiyah, Dhuha, Tahajud, dan zikir. Amalan-amalan seperti itu menjadi amalan yang sering diamalkan penganut tarekat.

Seseorang yang mengamalkan tarekat, akan memperlihatkan peningkatan nilai-nilai akhlak, adab, dan budi pekerti. Baik dalam hubungannya kepada Allah Taala, Rasulullah SAW, maupun kepada sesama hamba Allah. Para awliya (Waliyullah), para ulama, termasuk dengan sesama kita. Bahkan, tidak cukup sampai di situ. Kepada binatang pun mereka mem-punyai kepedulian.

Satu contoh, ketika kita lewat, kebetulan ada binatang sedang makan sisa makanan manusia. Bagi seorang penganut tarekat, la tak akan mengganggu binatang yang sedang makan tersebut, dengan harus lewat di jalan itu. la lebih suka mengalah mencari jalan lain agar tak mengganggunya. Artinya, kita tidak ingin memutuskan nikmat yang telah Allah berikan pada binatang tersebut. Coba hargai mereka yang sedang mendapat nikmat dari yang Mahakuasa. Kalau kita berhenti sejenak atau memutar sedikit, apa sih salahnya. Berikanlah mereka haknya dalam menerima kenikmatan tersebut. Inilah adab dan akhlak yang harus selalu dijaga, bukan saja kepada Allah, Rasul, dan awliya, binatang pun kita hargai.

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah