Habib Umar bin Hafidz: “Setialah pada Janji kepada Allah”

BERIKAN NASIHAT: Habib Umar bin Hafidz menyampaikan dakwah saat silaturahmi di kediaman H Abdussamad Sulaiman HB di Jakarta Selatan, Sabtu (15/11). Uraian Habib Umar diterjemahkan Habib Novel bin Salim bin JIndan.

HABIB Umar bin Hafidz, pada silaturahmi dengan ulama se-Kalimantan Selatan di kediaman Haji Abdussamad Sulaiman HB, Sabtu (15/11), menyampaikan banyak pesan dan nasihat. Terkhusus, Habib Umar mengingatkan semua pihak, terutama para ulama Kalimantan Selatan terkait janji setia kepada Allah. Berikut sebagian besar kutipan langsung dari Habib Umar bin Hafidz yang diterjemahkan Habib Novel bin Salim bin Jindan yang berhasil dicacat wartawan Media Kalimantan, Khairil Anwar. Semoga bermanfaat;

“Assalamu’alaikum Wr Wb. Saya bersyukur atas perkumpulan, yang mana perkumpulan ini terhubung dengan peristiwa janji setia kita kepada Allah SWT tatkala kita hendak diciptakan. Ketika Allah SWT mengeluarkan benih-benih manusia dari Nabi Adam, dimana seluruh manusia, benih-benih mereka ditumpahkan oleh Allah SWT di lembah Na’man, yang mana di lembah tersebut Allah mengambil janji setia kepada semua manusia yang akan terlahir setelah Nabi Adam; “Bukankah Aku adalah Tuhan kalian”, dan kita semua menjawab; “Tentu saja Engkau adalah Tuhan kami”. Sebagaimana Allah SWT sebutkan peristiwa tersebut dalam Alqur’an, Surah al-A'raf, Ayat 172.

Dan sesungguhnya di dalam diutusnya para Nabi dan para Rasul, mereka diutus untuk mengingatkan kembali janji setia yang dahulu kita utarakan di hadapan Allah SWT.  Dan utusan-utusan, pengingat-pengingat itu ditutup oleh Nabi Muhammad SAW. Pengingat yang paling agung  di bumiNya Allah SWT.

Dan sungguh para malaikat, para sahabat berjanji setia kepada Rasulullah SAW dengan beragam bentuk perjanjian. Dan bukti bahwa mereka telah melaksanakan sumpah dan janji setia kepada Allah dan RasulNya tersebut, adalah sampainya agama dan syariat Allah dan Rasulullah hingga ke bumi Indonesia ini.

Dan bagi para ulama, dimana mereka diambil sumpah dan janji setia untuk menyampaikan ilmu yang telah mereka dapat. Sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW, hendaknya menyampaikan orang yang hadir diantara kalian kepada yang tidak hadir, kemudian juga diperintahkan bahwasanya hendaklah sampaikan dari beberapa walaupun satu ayat.  Dan juga diajarkan bahwasanya Allah SWT memerintahkan untuk memberi penyampaian dan penjelasan kepada sekalian manusia tentang agama dan syariat Allah dan Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, tidaklah Allah SWT memberikan ilmu kepada seorang ulama melainkan setiap orang yang diberikan oleh Allah SWT, mereka telah diambil janji setia secara otomatis. Telah ada perjanjian antara mereka dengan Allah SWT, agar mereka menyampaikan ilmu yang telah mereka dapat kepada sekalian manusia tanpa mereka sembunyikan.

Dikarenakan betapa besar yang dapat diberikan seseorang di dalam menyebarkan agama ini, Rasulullah SAW di dalam hadits mengatakan; Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, dan juga seluruh makhluk yang ada di bumi, dari burung-burung, bahkan ikan-ikan yang ada di lautan, mereka bershalawat kepada para pengajar kebaikan.

Dan kota manapun, desa manapun, apabila di situ ada para ulama yang mengajar, yang membawa kebaikan di tengah masyarakat, walaupun turun bala, musibah, bencana dan sebagainya, keamanan akan tetap terjaga, perbaikan pun akan tetap ada dan tidak akan binasa dari tempat tersebut sebagaimana difirmankan Allah SWT; “Allah tidak membinasakan suatu kaum manakala di situ ada ada orang-orang yang bertugas untuk membawa dan mengajarkan kebaikan”. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang dimaksud bukanlah orang-orang yang berbuat baik saja, tetapi yang membawa dan mengajarkan kebaikan.

Dan sesungguhnya di hadapan dakwah yang haq ini, yang dibawa oleh Rasulullah SAW, tidak ada ajaran atau ajakan manapun yang sanggup berdiri tegak di hadapan ajaran yang mulia ini. Dan tidaklah menyebar ajaran-ajaran yang salah atau menyimpang dalam suatu negeri, melainkan karena orang-orang yang baik, yang seharusnya mengajarkan orang-orang kepada ajaran yang benar, mereka teledor dan lalai dalam mengemban dakwah dan ajarannya Nabi Muhammad.

Saat mereka lalai dan teledor itulah, muncul ajakan-ajakan yang bathil, sesuai dengan kadar keteledoran mereka dan sesuai dengan perkembangan ajaran yang bathil di wilayah negeri tersebut. Dan sungguh, di suatu daerah tidak akan menyebar ajakan-ajakan kristenisasi atau ajakan lain yang di luar dari agama Allah dan Rasulullah SAW, seperti ajakan mengikuti nabi palsu, atau ajakan untuk membenci para sahabat, atau benci kepada para aulia dan keluarga Nabi, atau ajakan yang membuat moral manusia semakin rusak, bejat, cenderung kepada kemaksiatan.

Sungguh ajaran-ajaran itu tidak akan berkembang melainkan karena kelalaian para penyampai agama Allah dalam mengembangkan, mendirikan, menjalankan, dan menyebarkan ajaran-ajaran yang haq dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.  Sebaliknya, manakala para penyampai agama Allah benar-benar menjalankan tugasnya, maka ajaran-ajaran bathil itu akan hilang dengan segera. Sebagaimana diisyaratkan dalam Alqur’an; “Sesungguhnya daripada buih-buih itu akan hilang, dan yang tetap ada adalah yang memberikan manfaat di muka bumi ini”.

Ada dua pondasi. Pondasi yang kokoh untuk mencegah keburukan yang siap menyerbu umat ini. Pertama adalah keberadaan orang-orang shaleh, orang-orang yang taat, orang-orang yang mulia. Keberadaan mereka akan menjadi penghalang bala dan keburukan pada umat ini.

Dan yang kedua, harus ada semangat untuk mengejar ketertinggalan dengan memperbanyak istigfar. Dalam makna yang sangat luas adalah ada kecenderungan untuk rujuk, kembali kepada Allah SWT, berbenah diri, dan menyucikan batin.  Sebagaimana difirmankan Allah SWT, Allah SWT tidak akan mengazab suatu kaum manakala di situ ada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga tidak akan mengazab suatu kaum yang mana mereka masih tunduk dan beristigfar kepada Allah SWT.

Namun manakala keberadaan ahli ibadah, ahli istigfar mulai berkurang, dan keburukan pun terus terjadi maka saat itulah turun bala dari Allah SWT. Karena itu, suatu ketika kaum wanita bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah kami akan binasa sedangkan diantara kami masih ada orang-orang shaleh? Rasul menjawab; Itu bisa saja terjadi manakala keburukan sudah merajalela, sudah terlalu banyak.“

Dan sungguh daripada semua penjelasan di atas, merupakan bentuk janji setia kita kepada Allah SWT yang harus kita wujudkan. Dan sungguh, orang-orang yang setia di antara umat ini sejak zaman sahabat hingga sekarang masih banyak. Dan kami sangat bergembira, bersuka cita dengan ulama-ulama yang datang dari Kalimantan pada hari ini. 

Mengapa kita bergembira? Saya berharap kedatangan Anda semua, berkumpulnya saya dengan Anda semua, merupakan salah satu bentuk kesetiaan kita kepada Allah SWT. Dikarenakan, manakala erat hubungan kita dengan janji setia kepada Allah SWT. Maka kita semua masuk ke dalam keanggotaan, ke dalam kelompoknya Allah SWT. Menjadi orang-orang yang diakui dan dicintai Allah SWT. Yang mana keanggotaan ini lebih hebat daripada kepada organisasi, partai, atau departemen tertentu. Keanggotaan ini teramat mulia. Karena termasuk dalam hamba-hamba yang setia dan dimuliakan Allah SWT.

Maka kita harus menyadari, hal ini pun sangat penting dan bagaimana kita menempuh jalan teramat penting tersebut di dalam menjalankan kesetiaan kita. Sebab makna yang terkandung di dalamnya adalah pembelaan. Membela Allah SWT dan pembelaan dari Allah SWT. Karena siapapun yang membela Allah, merekalah orang-orang yang akan dibela Allah SWT.

Dan Allah SWT memberikan tiga ciri. Tiga ciri orang-orang yang dibela dan dimenangkan Allah SWT. Yaitu yang mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan melaksanakan serta mengajak untuk melakukan sesuatu yang ma’ruf dan menjauhi sesuatu yang munkar.

Maka sungguh setiap orang yang diberikan kelapangan untuk shalat, mengeluarkan zakat, dan melaksanakan serta mengajak untuk melakukan sesuatu yang ma’ruf dan menjauhi sesuatu yang munkar, maka mereka tidak ada alasan untuk mundur. Sebab mereka telah diberikan kemudahan oleh Allah SWT dan dikokohkan posisi mereka di muka bumi untuk melaksanakan hal yang demikian. Maka jangan menelantarkan kesempatan itu.

Sungguh sangat mengherankan orang yang telah dikokohkan posisinya jika dia tidak mendirikan shalat, tidak mau berzakat, dan tidak melaksanakan serta mengajak untuk melakukan sesuatu yang ma’ruf dan menjauhi sesuatu yang munkar. Atau bahkan dia berpaling dari ajaran Allah, dia mencari pembelaan selain daripada Allah dengan berdalih saya mau membela islam dalam bidang yang lain. 

Dan di dalam pertemuan yang penuh keberkahan ini, kita semua bertanggung jawab di hadapan Allah, dan akan ditanya oleh Allah tentang pertemuan ini. Karena itu, hendaknya setelah ini, kita keluar dari pertemuan ini dengan membawa semangat kesungguhan untuk menjalankan janji kesetiaan kita kepada Allah SWT.

Dan saya memiliki harapan yang teramat besar bagi kalian para ulama yang datang dari Kalimantan, bahwasanya melalui tangan kalian akan menyebar kesetiaan-kesetiaan di masyarakat dalam menunaikan janji mereka kepada Allah SWT. Sebab kalian adalah pengikut Rasulullah SAW yang setia dalam menjalankan janji kepada Allah SWT dan janji kepada Rasulullah SAW.

Dan dalam rangka untuk terbentuknya saling tolong-menolong dan bantu membantu antara kita, sebagai bentuk kesetiaan kita kepada Allah SWT, kami pun juga membentuk suatu forum yang berupa majelis diantara para ulama untuk menjalin hubungan serta menyingkirkan segala penghalang dalam saling berhubungan karena Allah SWT. Keberadaan majelis ini juga untuk menghindarkan gangguan-gangguan yang bisa menyebabkan perpecahan di kalangan ulama. Yakni, Majelis Muwasholah Baina Ulama'il Muslimin sebagaimana telah diketahui bersama.

Majelis muwasholah ini bukanlah partai politik atau organisasi tertentu. Tetapi, perasaan, jalinan kasih sayang, jalinan cinta antara para ulama, dimana dengan jalinan tersebut semua dapat saling  bekerjasama, bantu membantu untuk makin mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Salah satu tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan diantara umat islam, baik pesantren maupun lainnya. Kita perlu saling tolong menolong, sehingga dengan yang demikian itu, makin luas pandangan kita di dalam permasalahan hukum yang berkaitan dengan umat.

Dan daripada peningkatan kualitas keilmuan tersebut, akan berhubungan erat dengan pencegahan daripada sifat tercela dan tidak baik sehingga dia mendapatkan keberuntungan sebagaimana difirmankan Allah SWT; “Telah beruntung orang yang menyucikan jiwanya”. 

Dan selain itu semua, hal-hal daripada hakikat keilmuan, perlu kita sampaikan, kita sebarkan ke seluruh manusia. Baik yang di dalam pemerintahan, hartawan, maupun yang tidak berpunya, laki-laki maupun perempuan, adalah kewajiban kita untuk menyampaikan amanat ini kepada mereka. Menyampaikan tentang wajah islam yang demikian indah. Jangan sampai kita menyampaikan sesuatu yang melenceng sehingga orang-orang berpandangan buruk terhadap islam.

Terakhir, kami menyampaikan terima kasih kepada yang telah datang, melangkahkan kaki ke tempat ini. Dan kami berterima kasih kepada sohibul bait Haji Abdussamad Sulaiman HB. Mudahan Allah SWT memberikan keberkatan kepada beliau dan keluarga besar, serta kepada para ulama Kalimantan.

Sumber: www.optimaintermedia.com

http://www.mediakalimantan.com/artikel-1324-habib-umar-bin-hafidz-%E2%80%9Csetialah-pada-janji-kepada-allah%E2%80%9D.html#ixzz3JfhDNd69