Membenci sesuatu

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

 

Membenci Sesuatu

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Messages

----------

"Kosongkanlah hatimu dari kotoran-kotoran hati niscaya Dia akan mengisinya dengan Ma'rifah dan rahasia-rahasia" 

(Sayidina Syekh Ahmad Atha'illah as-Sakandari, beliau adalah murid Sayyid Abbul Abbas al-Mursi merupakan khalifah Sayidina Abi Hasan Ali asy-Syadzilli.rhm)

Dari Habib Ahmad al-Habsyi : 

Perumpamaan seseorang yang memperbanyak kebajikan tanpa menyempurnakan kewajibannya bagaikan seorang pedagang yang telah bangkrut akan tetapi masih mengharapkan keuntungan. (Salman al-Farisi)....... 

Contohnya ada seseorang beramal kebajikan selalu sedekah memberi sumbangan atau hadiah amal, tetapi meninggalkan kewajiban sholat Fardhu lima waktu atau kewajiban taat kepada orang-orang yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk di ta'ati....

Ketahuilah ketaatan terhadap mereka adalah merupakan bukti ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sabda Nabi SAW : “Barangsiapa yang taat kepadaku maka ia telah taat kepada ALLAH, dan barangsiapa yang tidak taat kepadaku maka berarti tidak taat kepada ALLAH. Barangsiapa yang taat kepada Pimpinan, maka berarti ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa yang tidak taat kepada pimpinan, maka berarti ia telah tidak taat kepadaku.”

HR Bukhari, kitab al-Jihad, bab Yuqatilu min Wara’il Imam, juz-IV, hal.61

Seperti keterangan bahwa banyak orang yang 'merasa' sudah banyak sholat, berdzikir, beramal kebajikan; tapi pada hakekatnya mereka masih terjerumus dalam kerugian, karena keruhnya sang 'hati' sehingga sulit menjaga nafs-nya... 

Contoh soal; ia sholat, baca ratib, wirid, sholawat, bersama dengan orang shaleh,  lahiriah terlihat penuh dengan kebajikan, tetapi dalam rumah tangganya ia membenci kelakuan/perbuatan suaminya atau begitu pula sebaliknya membenci istrinya, atau membenci rekan kerjanya; padahal Al-Qur'an, Allah SWT Sang Pencipta telah berfirman: 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216). 

”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” ( QS. Al Ankabut 2 – 3 )

Ketahuilah, Perceraian-Permusuhan-Amarah merupakan perkara yang sangat disukai oleh Iblis.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut)[1] kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (orang yang ia goda -pent) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat engkau” [HR Muslim IV/2167 no 2813]

Iblis sangat bangga dengan keberhasilan anak buahnya yang telah menyebabkan terjadinya perceraian, permusuhan di dalam rumah tangga. 

Syaikh As-Sa’di berkata, “Padahal kecintaan yang terjalin diantara pasangan suami istri (sangatlah kuat) tidak bisa disamakan dengan rasa cinta yang ada pada selain keduanya karena Allah telah berfirman tentang pasangan suami istri وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ((Dan Allah menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang))” [Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan I/61]

Allah berfirman

فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً 

Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An Nisaa: 19)

Berkata Ibnul Jauzi, “Ayat ini menganjurkan untuk menahan istri (tidak menceraikannya) meskipun sang suami membencinya. Dan ayat ini mengingatkan dua perkara, yang pertama bahwasanya seorang manusia tidak mengetahui mana-mana saja tempat kebaikan. Betapa banyak perkara yang dibenci kemudian membawa kebaikan dan betapa banyak perkara yang dipuji kemudian menjadi perkara yang dicela. Perkara yang kedua bahwasanya seseorang hampir-hampir tidak bisa menemukan sesuatu yang disukainya tanpa disertai dengan sesuatu yang dibencinya, oleh karena itu hendaknya ia bersabar atas apa yang dibencinya karena perkara yang dicintainya. [Zaadul Masiir II/42]

Berkata Mujahid, “Mungkin saja Allah menjadikan kebaikan yang banyak di balik kebencian tersebut” [Ad-Dur Al-Mantsur II/465]

Dalam ayat ini Allah menjanjikan bahwa barang siapa yang bersabar menghadapi istrinya yang ia benci, maka niscaya Allah akan menganugrahkan kepadanya banyak kebaikan dibalik kesabarannya dengan catatan kesabarannya tersebut karena mengharapkan ridho/wajah Allah.

Berkata Al-Qurthubi, “Jika kalian membencinya karena buruknya akhlaknya namun ia tidak melakukan perzinahan atau membangkang suami maka keadaan seperti ini dianjurkan agar sang suami bersabar, mungkin saja akhirnya Allah akan menganugrahinya dari istrinya tersebut anak-anak yang sholeh” [Tafsir Al-Qurthubi V/98, demikian juga perkataan Ibnul Arobi (Ahkamul Qur’an I/468)]

Ibnu Abbas berkata, “Yaitu sang suami bersikap lembut kepadanya lalu Allah memberikan rezki kepadanya seorang anak dari wanita tersebut, lalu Allah menjadikan banyak kebaikan pada anak tersebut” [Ad-Dur Al-Mantsur II/465]

Bukankah mengikuti perintah al-Qur'an juga merupakan kewajiban yang kita perlu sempurnakan?

lalu kenapa engkau tinggalkan.... bahkan kalian dustakan... 

Jika kita mengatakan 'saya tidak mendustakan Allah (al-Qur'an)',  

lalu kenapa kalian membenci sesuatu berlebihan, hingga mendendam bahkan sesak dada penuh amarah, 

menangis bersedih meratapinya ? 

Apakah kalian sudah mengetahui hakekatnya?????? 

Apakah kalian tahu ilmu Allah sirr-rahasia-hikmah terhadap perkara/perbuatan/hal yang kalian benci?

Bukankah itu 'hakekatnya' bentuk kasih sayang-Nya yang Lathif (Maha Lembut/halus)... 

Misalnya jika kalian melihat seseorang melakukan perbuatan yang kalian 'benci', 

bukankah dibalik itu Allah SWT bermaksud untuk menganugerahi kalian pahala yang agung dan besar, 

Anugerah atau pahala apa gerangan ??

agar kalian belajar 'Sabar', 

Bukankah Baginda Nabi Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita ;

Rasulullah S.A.W bersabda : “MAN SHOBARO’ALA SUUI KHULUQI IMROATIHII A’THOOHU ALLAHU MINAL AJRI MITSLAMAA U’THIYA AYYUUBU ‘ALAIHISSALAAMU’ALA BALAA IHI WA MAN SHOBAROT ‘ALASUI KHULUQI ZAUJIHAA A’THOOHALLAHU MINAL AJRI MITSLATS.A.WAA BI AASIYATA IMROATA FIR’AUNA. ” 

Artinya : 

“ Barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan istrinya maka Allah S.W.T akan memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan Allah S.W.T kepada Nabi Ayyub AS atas cobaan yang diterimanya. 

Dan barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan suaminya maka Allah S.W.T memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun. ”

maka bukankah hal itu berarti Allah berkenan untuk menganugerahi kita anugerah-Nya seperti yang dijelakan oleh Rasul-Nya ??

agar kalian memperkuat 'kadar iman'-nya dengan ridho dan rela akan qodha dan qodar-Nya, 

Allah SWT dengan Maha Bijaksana-Nya serta hikmah-Nya ingin mengajarkan kepada kita, 

agar menjadi manusia paripurna, yaitu 'yang mampu menerima kesalahan orang lain, bersikap toleransi', 

agar kita berjiwa besar dan lapang dada, 

agar kita mempunyai hati yang 'welas asih'-kasih sayang 

bahkan Allah membuka pintu agar kalian berdoa kepada-Nya, memohon kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya...

selama nafs / emosi/ amarah masih bersemi dalam lubuk sanubarimu, maka selama itulah Allah akan mengujimu

Menjadikan kalian menjadi orang yang dermawan dalam makna sesungguhnya..

Dermawan yang hakiki, bukan bermurah hati membagikan hartanya kepada orang lain, hal itu terlalu mudah

Tapi bisa ber-ittiba' mengikuti suri teladan Baginda Nabi SAW yaitu mau dengan 'lapang dada'  memberi maaf 

kepada orang lain, dari sesuatu yang kalian benci...

Akhlak siapakah itu?? 

Jika kita mau menyikapi dengan arif bijaksana, hal yang tadi mau menerima kesalahan-kekurangan orang lain, 

memaafkan orang, berjiwa besar, mengimani Qodho dan Qodar-Nya, sikap welas asih, 

siapakah gerangan yang punya sikap seperti ini????...... Shalallahu 'alaihi was Salam

Allah SWT dengan sifat ar-Rahmah ar-Rahiim al-Lathif-Nya sayang sama kalian mau mengangkat kederajat 

yang tinggi dan agung, mengikuti jejak langkah, teladan yang mulia Baginda Nabi Rasulullah SAW.. 

Secara tidak langsung agar kalian bisa mengikuti Rasulullah SAW, tetapi kalian kabur, lari !!! Mengikuti Nafsu kalian, mengikuti amarah kalian, mengikuti kemauan kalian... !!!!

PEMBOHONG !!! Ngaku mencintai Rasulullah, mengaku mencintai Allah SWT, mengaku mencintai Wali Allah para ulama-Nya, tapi apa yang kalian lakukan sesungguhnya? 

sulitnya hati mau menerima hal yang kalian 'benci', lari dari kehendak-Nya....

Apakah ini tidak menyebabkan kerugian?? 

Allah Taala berfirman, yang Artinya:

“Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya.” (An Nisa 19)

Dan Allah berfirman lagi:

‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya.” (Al Baqarah : 228)

“ Dan, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat”. (Al-Baqoroh:45)

“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,…” (Ali Imran: 200)

“…, dan Allah itu mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)

Sebagaimana pula diterangkan dalam hadits berikut ini:

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَبْرِ

“Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” 

(HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma)

Diajak "naik kelas" malah kabur.....  

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!