Memahami Isi Ucapan Shalat

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu kerjakan shalat ketika kamu dalam keadaan mabuk, kecuali jika kamu mengetahui apa-apa yang kamu katakan.” (QS. An-Nisa’: 43)

Shalat dalam Islam merupakan suatu rukun yang harus dikerjakan oleh setiap manusia yang mengaku dirinya muslim. Kewajiban shalat ini digambarkan dengan sebuah pondasi dari sebuah bangunan. Jika bangunan tidak memiliki pondasi maka bangunan akan runtuh. Orang-orang yang mengaku dirinya muslim tetapi tidak pernah melaksanakan shalat, maka berarti dia meruntuhkan agama.

Begitu tingginya nilai shalat dari ibadah-ibadah yang lain, maka shalat tidak boleh ditinggalkan dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga. Dalam keadaan aman ataupun perang, shalat harus dilaksanakan. Jika kita dalam perjalanan shalat dikerjakan dengan mengqoshor serta menjama’nya.

Seseorang yang dalam keadaan sakit yang tidak memungkinkan ia melaksanakan shalat dengan berdiri, boleh mengerjakan dengan duduk. Kalaupun ia tidak mampu melakukannya dengan duduk maka ia boleh berbaring atau menggunakan kedipan mata sebagai isyarat shalat. Dan jika ia tidak mampu sama sekali maka saatnya dishalatkankan orang.

Shalat secara harfiah berarti do’a sedangkan menurut istilah ialah suatu ibadah kepada Allah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Pengertian do’a dalam hal ini ialah suatu permintaan dan permohonan dari seorang hamba yang penuh dengan kekurangan kepada Sang Khalik yang Maha Rahman dan Rahim.

Seseorang yang meminta dan memohon sesuatu tentunya mengetahui apa yang menjadi hajat atau keinginannya. Alangkah anehnya jika seseorang yang meminta tolong tetapi tidak mengetahui apa yang dipintanya. Inilah hal yang harus kita pahami dengan sebaik-baiknya, karena tanpa kita sadari kebanyakandari kita mengerjakan shalat seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Mengucapkan do’a dan ayat-ayat dalam bahasa Arab yang tidak kita pahami akan arti dan makna bacaan itu.

Telah banyak buku-buku agama di pasaran dalam berbagai macam dan bentuk, harga dan penerbit yang berbeda, buku-buku tentang shalat biasanya memuat bacaan-bacaan shalat dengan mencantumkan arti dan bacaan itu, sehingga para pembaca akan mengerti dan memahami bacaan yang akan diucapkannya ketika ia mengerjakan shalat. Dengan demikian akan menambah kekhusyukan dalam menjalankan ibadah itu. Marilah kita teliti prosesi dari shalat itu sendiri.

1. Takbiratul Ihram.

Lafaz Allahu Akbar merupakan pengakuan kita akan kebesaran Allah yang meliputi langit dan bumi, tidak ada satupun kekuasaan yang lebih besar daripada kekuasaan-Nya. Pengakuan ini menunjukan bahwa sesungguhnya sebagai makhluk ciptaan-Nya kita bersifat lemah, kelemahan yang harus bersandar pada satu kekuatan yang berada di atas kekuasaan yang ada (Maha Kuasa). Manifestasi dari bacaan ini tercermin dari sikap hidup sehari-hari, ia akan berani mengatakan ataupun melakukan sesuatu selama apa yang ia kerjakan itu benar adanya, dan sebaliknya ia akan merasa takut jika ia melakukan sesuatu yang salah. Ia juga akan terhindar dari sikap angkuh dan sombong karena ia menyadari bahwa tidak ada sesuatu apapun yang perlu untuk disombongkan atau diangkuhkannya. Tertanam dalam dirinya kesadaran bahwa diatas langit masih ada langit.

2. Do’a Iftitah (Do’a Pembuka).

Di dalam do’a Iftitah yang kita baca tersirat keinginan untuk selalu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah, dan kalaupun ia telah melakukan sesuatu kesalahan maka pintu ampunan Allah selalu ia harapkan. Hal ini tidak berarti bahwa ingin melakukan kesalahan terus menerus dan memohon ampun. Karena shalat akan membuat kita tidak mau mengerjakan yang munkar.

3. Membaca Surat Al-Fatihah.

Dalam Surat Al-Fatihah kita jumpai beberapa hal:

a. Puji-pujian yang kita tujukan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita semua. Dialah Tuhan Penguasa Alam Semesta.

b. Allah adalah penguasa di hari kemudian, yang tidak ada satu kekuatanpun yang dapat menjadi penolong manusia di sana, dan setiap manusia harus mempertanggungjawabkan apa yang telah ia lakukan di muka bumi ini. Tidak ada seseorang yang dapat menyembunyikan apa yang telah diperbuatnya di hadapan Mahkamah Allah.

c. Allah adalah satu-satunya Dzat yang menjadi fokus segala ibadah, kepada-Nya saja pengabdian atau hamba yang taat barulah kita menjadi orang-orang yang beruntung. Setelah kita beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh maka Allah akan mengabulkan apa yang menjadi hajat kita. Tidak sebaliknya, selalu memohon pertolongan pada-Nya tetapi menundukkan kepala saja untuk ibadah kita tidak mau.

d. di dalam shalat tergambar keinginan setiap muslim untuk mendapatkan petunjuk agar selalu dalam jalan yang lurus dan diridhai Allah. Jalan yang lurus adalah jalan orang-orang yang mendapat nikmat dari-Nya, seperti jalannya para Rasul, para Nabi, dan para Siddiqin, bukan jalan mereka yang mendapat kemurkaan Allah dan bukan pula jalannya orang yang sesat.

Orang-orang yang dimurkai Allah ialah orang yang durhaka kepada-Nya, mereka yang dengan terang-terangan ataupun sembunyi telah berani menentang atau bahkan menyekutukan-Nya. Sedangkan orang-orang yang sesat ialah orang-orang yang tidak mau mempergunakan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW.

4. Bacaan Ruku’ dan Sujud.

Ketika kita sedang ruku’ dan sujud kita menundukkan dan meletakkan kepala kita sebagai tanda penghambaan kita kepada Allah. Tidak ada seorangpun manusia yang mempunyai kelebihan dari orang lain, entah ia seorang petani, kuli bangunan, seorang dokter ataupun presiden. Pada saat tersebut kita berta’dzim memuji dan mengagungkan Allah dan memohon agar kita diampuni dari kesalahan yang telah kita lakukan.

Lalu ketika kita i’tidal kita menyatakan pengakuan bahwa apa yang kita ucapkan didengar Allah SWT. Allah Maha Mendengar dan akan mendengarkan baik puji-pujian yang diucapkan hamba-Nya dan permohonan-permohonan yang diungkapkan oleh hamba-Nya.

5. Bacaan Ketika Duduk Diantara 2 Sujud.

Ketika kita duduk setelah sujud kita membaca do’a yang mengandung hal-hal sebagai berikut:

a. Permohonan ampunan kepada Allah.

b. Permohonan agar selalu dicurahi oleh Allah SWT kasih dan sayang-Nya.

c. Permohonan untuk diperbaiki jika dalam keadaan yang salah dan melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh Allah, karena harus kita sadari bahwa tidak ada seorangpun yang luput dari kesalahan.

d. Permohonan agar selalu ditunjuki atau mendapatkan petunjuk dari Allah dalam menjalani proses kehidupan ini.

e. Permohonan agar diberi rizki yang baik dan halal.

6. Bacaan Tasyahud dan Taslim.

Didalam bacaan tasyahud terkandung berbagai macam puji-pujian sahadat, shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Dalam bacaan terkandung juga maksud agar orang-orang yang shalih mendapat kasih sayang dari Allah. Setelah membaca tasyahud akhir ditutup dengan satu do’a yang berisikan permohonan agar selalu dijauhkan dari siksaan neraka jahanam, siksa kubur, fitnah ketika hidup dan setelah mati. Dan terakhir ditutup dengan salam dengan harapan keselamatan dan kesejahteraan dilimpahkan kepada kita.

Marilah kita kerjakan shalat dengan khusyu’, tumak ninah serta tidak lalai terhadap apa yang kita ucapkan sehingga kita tidak menjadi orang-orang yang celaka sebagaimana firman Allah SWT:

“Maka celakalah bagi mereka yang shalat yaitu orang yang lalai dari shalat mereka,” (QS. Al-Maun: 4)

Yang dimaksud lalai disini ialah, tidak mengetahui maksud yang dibaca dan yang dikerjakan. Mereka tidak tahu apa pengertian takbir, tasbih, ruku’, sujud dan lain-lain. Sehingga gerak-geriknya dalam shalat sama saja dengan gerak-geriknya diluar shalat.