Belajar Menjadi Isteri Shalehah

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

BELAJAR MENJADI ISTRI YANG SHALEHAH

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Apa arti menjadi isteri shalehah.??

Berbagai pandangan dan jawaban mampu kita tafsirkan..

Kita menyingkap kembali sejarah Nabi Ibrahim.as sewaktu baginda menziarahi menantunya. ..

Ketika itu puteranya Nabi Ismail.as tidak berada di rumah..sedangkan isterinya belum pernah bertemu bapak mertuanya..

Ketika Nabi Ibrahim.as tiba di rumah anaknya itu..terjadilah dialog antara Nabi Ibrahim.as dan menantunya...

Pada suatu hari ketika Nabi Ibrahim.as ayah Nabi Ismail.as berkunjung kerumah Nabi Ismail.as di Mekah, Ibrahim tidak mendapati anaknya berada dirumah ia hanya bertemu dengan menantunya yang tidak mengenalinya.

"Assalamu`alaikum wr.wb" Ucap Nabi Ibrahim.as memberikan salam

"Wa`alaikum salam wr.wb" jawab menantunya dari dalam rumah

"Apakah ini benar rumah Ismail?"Tanya Nabi Ibrahim.as

"Benar ,ini adalah rumah Ismail!! ada urusan apa bapak mencarinya?"Jawab menantunya

"Saya hanya ingin bertemu dengannya,saya sudah lama tidak bertemu dengannya,bolehkah aku menunggunya?" tanya Ibrahim.as

"Silahkan saja,saya tidak melarang bapak menunggunya" Jawab sang menantu

Setelah lama menunggu Ismail.as tidak kunjung datang maka nabi Ibrahim.as bertanya kepada menantunya

"Nak,apakah Ismail masih lama" Tanya Ibrahim

"Saya tidak tau pak, Tadi Ismail pergi dengan terburu buru"Jawab Menantu

"Baiklah, kalau begitu saya cuma ingin mengetahui keadaan kalian"Kata nabi Ibrahim.as

"Kami selalu berada dalam kesulitan dan kesusahan, bahkan kami tidak mempunyai seorang budak", Jawab Menantu menimpali pertanyaan Ibrahim.as

"Apakah kamu memilki jamuan,atau sedikit makanan dan minuman?", tanya Nabi Ibrahim.as

"Tidak, kami tidak memiliki jamuan atau makanan dan minuman!!" Jawab Menantunya

"Kalau begitu saya putuskan untuk kembali lain kali dan tolong sampaikan kepada suamimu salamku padanya dan katakan kepadanya untuk mengganti palang pintu rumahnya." Kata Ibrahim.as

"Baiklah pak nanti jika suami saya pulang akan saya sampaikan salam dan pesan bapak kepadanya", Jawab Menantunya.

"Wassalamu`alaikum wr wb" Ucap Nabi Ibrahim.as meninggalkan rumah Nabi Ismail.as

"Wa`alaikum salam wr wb", Jawab menantunya dan kembali kedalam rumah.

Setelah beberapa lama Nabi Ismail.as kembali dari urusannya.

"Assalamu`alaikum wr.wb", Ucap Nabi Ismail.as

"Wa`alaikum salam wr.wb,engkau sudah pulang suamiku." Jawab istrinya

"Ya urusanku baru saja selesai" ucap Ismail.as

"Wahai suamiku tadi ketika engkau pergi, ada seseorang tamu yang memberikan salam kepadamu dan menyuruhmu mengganti palang pintu rumahmu" Jawab istrinya

"Wa`alaikum salam wr.wb,apakah orang itu terlihat tua dan berpakaian lusuh" tanya Ismail.as

"Ya dia terlihat tua dan lusuh, sebenarnya siapa dia suamiku" jawab istrinya

"Ketahuilah dia adalah Nabiyullah Ibrahim.as ,dia ayahku dan dia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka mulai hari ini kembalilah kamu kepada orang tuamu" Ismail.as menjelaskan kepada istrinya

Nabi Ismail.as menceraikan istrinya dan ia menikah lagi dengan seorang wanita yang cantik dan mulia akhlaknya. Selang beberapa waktu Nabi Ibrahim.as kembali ke Mekah untuk mengunjungi Ismail.as , namun lagi lagi ia tidak mendapati Ismail.as ada dirumah ia hanya bertemu dengan menantu keduanya.

"Assalamu`alaikum wr.wb" Ucap Nabi Ibrahim memberikan salam

"Wa`alaikum salam wr.wb", jawab menantu keduanya dari dalam rumah

"Saya ingin bertemu dengan Ismail apakah dia ada?"Tanya Ibrahim

"Maaf pak dia sedang ada keperluan di luar, dia tidak ada dirumah, jika bapak berkenan silahkan bapak menunggu" Jawab menantunya dengan lemah lembut.

"Baiklah saya akan menunggunya, Saya ingin mengetahui bagaimana keadaannya apakah dia baik baik saja", Tanya Nabi Ibrahim.as

"Alhamdulillah pak, Ismail baik baik saja dan kami merasa bersyukur telah diberikan ketenangan dan ketentraman dalam mengarungi kehidupan ini." Jawab Menantunya.

"Syukur Alhamdulillah jika seperti itu, saya turut senang mendengarnya" Ucap Ibrahim menimpali

"Tunggu sebentar pak, saya ada sedikit makanan dan minuman mungkin bapak berkenan untuk mencobanya", kata menantunya sambil berjalan kedapur untuk mengambil sedikit makanan untuk menjamu tamunya.

"Terima kasih nak, tidak usah repot repot saya tidak akan lama saya memiliki urusan yang harus segera diselesaikan" Jawab Nabi Ibrahim.as

"Tidak apa-apa pak, saya merasa senang jika bapak mau mencicipi makanan kami" Kata menantunya

"Baiklah saya tidak bisa menolaknya" jawab Ibrahim.as

Setelah menunggu lama dan Ismail.as tak kunjung datang maka Ibrahim.as memutuskan untuk kembali lain waktu.

"Nak sepertinya suamimu masih lama, mungkin lain kali aku akan datang kembali" kata 'Ibrahim

"Saya juga kurang tau pak, mungkin urusannya belum selesai sehingga ia belum kembali. Mohon maaf sudah menunggu lama", Kata menantu keduanya.

"Baiklah, saya titip salam untuk suamimu. dan sampaikan pesan saya kepadanya supaya ia mengokohkan palang pintu rumahnya", kata ibrahim

"Insya Allah pak, saya akan sampaikan kepada suami saya" Jawab menantu

"Jika begitu saya pamit, Wassalamu`alaikum wr wb" Nabi Ibrahim.as pamit meninggalkan rumah Ismail.as

"Wa`alaikum salam wr wb", balas menantunya dan kembali masuk kedalam rumah. 

Ismail kembali setelah hari sore ia terlihat sangat lelah.

"Assalamu`alaikum wr.wb" Ucap Ismail

"Wa`alaikum salam wr.wb, engkau terlihat sangat lelah suamiku", jawab istrinya bergegas menghampiri sang suami menyambutnya dan berusaha menghiburnya rasa lelah yang dialami sang suami, Nabi Ismail.as yang telah pergi bekerja untuk mencari nafkah keluarga.

"Banyak pekerjaan yang menguras tenaga yang harus aku lakukan hari ini, sehingga membuatku merasa lelah." timpa suaminya, Nabi Ismail.as

"Suamiku, tadi ketika engkau berada di luar rumah datang seorang kakek-kakek dengan pakaian lusuh menanyakan keadaanmu", Ucap istrinya.

"Apakah dia meninggalkan pesan untukku?" tanya Ismail.as

"Ya suamiku, dia menyuruhmu mengokohkan palang pintu rumahmu, dan dia juga menitip salam padamu" Jawab Istrinya

""Wa`alaikum salam wr.wb, Alhamdulillah segala puji milikmu ya Allah!!  Ketahuilah wahai istriku kakek kakek itu adalah Ibrahim.as, dia adalah Ayahku. Ia menyuruh aku menjagamu dan memerintahkan aku agar tetap menjadikanmu sebagai istri." Ucap Ismail yang mengetahui ayahnya merasa cocok dengan pilihannya yang kedua.

Kini Nabi Ismail.as hidup tenang dan bahagia dengan istrinya yang kedua dan ia menjadi ibu dari anak-anak Nabi Ismail.as, kelak keturunannya adalah Baginda Nabi Rasulullah Muhammad SAW.

(Sumber : Al Majmu’atul Kaamilah lil muallafat juz 8 hal. 349-350, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy)

Faidah dari kisah ini :

وَهُوَ مَعَكُمْ أََيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Dan Dia selalu bersama kalian di manapun kalian berada, dan Allah Maha Melihat segala sesuatu yang kalian lakukan” (Q.S AlHadiid : 4) 

(*) sifat Qana'ah ;

Qana'ah artinya sikap merasa cukup atau menerima apa adanya terhadap segala usaha yang telah dilaksanakannya. Sifat Qana'ah akan mengendalikan diri seseorang dari keinginan memenuhi hawa nafsu. Sebagai seorang muslim yang berjiwa kuat, sikap qana’ah tentunya sangat penting untuk dimiliki. Dengan sikap qana’ah seorang muslim akan terhindar dari rasa rakus dan serakah ingin menguasai sesuatu yang bukan miliknya. Seseorang yang memiliki sikap qana’ah akan merasa kecukupan dan selalu berlapang dada. 

Dalam dirinya yakin akan apa yang ia peroleh dari usahanya adalah atas kehendak Allah SWT. Ia sadar bahwa hanya Allah yang mengatur rejeki, hidup, mati seseorang.

Rasulullah SAW bersabda :

 عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَقاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْاَفْلَحَ مَنْ اَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًاوَقَنَّعَهُ اللهُ بِماَاتَهُ 

”An abdillahibni ’umara qala, qala rasulullahi sallallahu ’alaihi wa sallama qad aflaha man aslama waruziqa kafafan wa qanna’ahullahu bima atahu”. (HR. Muslim)

Artinya : ”Abdullah bin Umar berkata, ”Bersabda Rasulullah SAW, ”Sungguh beruntung orang-orang yang masuk Islam, mendapat rejeki secukupnya dan ia merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya”. (HR. Muslim)

عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلكِنَّ الْغِنَى غِنىَ النَّفْسِه 

“An abi hurairata radiyallahu ‘anhu qala, qala rasulullahi sallallahu ’alaihi wa sallama laisal gina ’ankasratil aradi walakinnalgina ginannafsi”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw bersabda, ” Bukannya kekayaan itu karena banyak hartanya, melainkan kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hatinya”. ”. (HR. Bukhari dan Muslim)

(**) Adab bertamu dan memuliakan Tamu ;

Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Berikut ini adalah adab-adab yang berkaitan dengan tamu dan bertamu. Kami membagi pembahasan ini dalam dua bagian, yaitu adab bagi tuan rumah dan adab bagi tamu.

Adab Bagi Tuan Rumah

1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا,وَلاَ يَأْكُلُ طَعَامَك َإِلاَّ تَقِيٌّ

“Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

2. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

3. Tidak mengundang seorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang. 

4. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu (Marhaban / ahlan wa sahlan) sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:

فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ

“Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?'” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

6. Dalam penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu.

7. Hendaknya juga, dalam pelayanannya diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.

8. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.

9. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad). Hadits ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua.

10. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya.

11. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.

12. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya sebagaimana Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis salam,

فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ

“Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.” (Qs. Adz-Dzariyat: 27)

13. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.

14. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri.

15. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.”

16. Hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.

Adab Bagi Tamu

1. Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa dirinya atau agamanya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ دُعِىَ فَلْيُجِبْ

“Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْـوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُوْلَهُ

“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)

Untuk menghadiri undangan maka hendaknya memperhatikan syarat-syarat berikut:

2. Hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang, baik orang yang kaya ataupun orang yang miskin.

3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim. Sebagaimana hadits yang menerangkan bahwa, “Semua amal tergantung niatnya, karena setiap orang tergantung niatnya.” (HR. Bukhari Muslim)

4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka, hal ini sebagaimana dijelaskan Allah ta’ala dalam firman-Nya:

يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَدْخُـلُوْا بُيُـوْتَ النَّبِي ِّإِلاَّ أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَـعَامٍ غَيْرَ نَاظِـرِيْنَ إِنهُ وَلِكنْ إِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِـرُوْا وَلاَ مُسْتَئْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍ إَنَّ ذلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحِي مِنْكُمْ وَاللهُ لاَ يَسْتَحِي مِنَ اْلحَقِّ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Qs. Al Azab: 53)

5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunnahkan untuk menghadiri undangan karena menampakkan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian ibadah. Puasa tidak menghalangi seseorang untuk menghadiri undangan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إذَا دُعِىَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَاِئمًا فَلْيُصَِلِّ وِإِنْ كَانَ مُفْـطِرًا فَلْيُطْعِمْ

“Jika salah seorang di antara kalian di undang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (HR. Muslim)

6. Seorang tamu meminta persetujuan tuan untuk menyantap, tidak melihat-lihat ke arah tempat keluarnya perempuan, tidak menolak tempat duduk yang telah disediakan.

7. Termasuk adab bertamu adalah tidak banyak melirik-lirik kepada wajah orang-orang yang sedang makan.

8. Hendaknya seseorang berusaha semaksimal mungkin agar tidak memberatkan tuan rumah, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam ayat di atas: “Bila kamu selesai makan, keluarlah!” (Qs. Al Ahzab: 53)

9. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini dapat mempererat kasih sayang antara sesama muslim,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

10. Jika seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, ia harus meminta izin kepada tuan rumah dahulu, sebagaimana hadits riwayat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ مِنَ اْلأَنْصَارِ رَجـُلٌ يُقَالُ لُهُ أَبُوْ شُعَيْبُ وَكَانَ لَهُ غُلاَمٌ لِحَامٌ فَقَالَ اِصْنَعْ لِي طَعَامًا اُدْعُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ فَدَعَا رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ فَتَبِعَهُمْ رَجُلٌ فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ دَعَوْتَنَا خَامِسَ خَمْسَةٍ وَهذَا رَجُلٌ قَدْ تَبِعَنَا فَإِنْ شِئْتَ اْذَنْ لَهُ وَإِنْ شِئْتَ تَرَكْتُهُ قَالَ بَلْ أَذْنْتُ لَهُ

“Ada seorang laki-laki di kalangan Anshor yang biasa dipanggil Abu Syuaib. Ia mempunyai seorang anak tukang daging. Kemudian, ia berkata kepadanya, “Buatkan aku makanan yang dengannya aku bisa mengundang lima orang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengundang empat orang yang orang kelimanya adalah beliau. Kemudian, ada seseorang yang mengikutinya. Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Engkau mengundang kami lima orang dan orang ini mengikuti kami. Bilamana engkau ridho, izinkanlah ia! Bilamana tidak, aku akan meninggalkannya.” Kemudian, Abu Suaib berkata, “Aku telah mengizinkannya.”” (HR. Bukhari)

11. Seorang tamu hendaknya mendoakan orang yang memberi hidangan kepadanya setelah selesai mencicipi makanan tersebut dengan beberapa doa sbb (bisa pilih salah satu) :

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ, وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارَ,وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ اْلمَلاَئِكَةُ

“Orang-orang yang puasa telah berbuka di samping kalian. Orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian. semoga malaikat mendoakan kalian semuanya.” (HR Abu Daud,)

اَللّهُـمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي, وَاْسقِ مَنْ سَقَانِي

Alloohumma ath-‘im man ath-‘amanii was-qi man saqoonii

“Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman.” (HR. Muslim)

اَللّهُـمَّ اغْـفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ

Alloohummaghfir-lahum warhamhum wa barik lahum fiimaa razaqtanihum

“Ya Allah ampuni dosa mereka dan kasihanilah mereka serta berkahilah rezeki mereka.” (HR. Muslim)

اللهم اطعم من اطعمني.و اسق من سقاني . اللهم امتعه بشبابه . اللهم جمله .

Allahumma Ath'im Man Ath'amanii. Wa Asqi Man Saqoonii. 

Allahumma Amti'hu Bisyabaabihi. Allahumma Jammilhu

Artinya:"Ya Allah,berilah makan kepada orang yang telah memberi makan kepadaku,dan berilah minum kepada orang telah memberi minum kepadaku. Ya Allah,berilah kepadanya kesenangan yang mudah. Ya Allah,baguskanlah dia."

12. Setelah selesai bertamu hendaklah seorang tamu pulang dengan lapang dada, memperlihatkan budi pekerti yang mulia, dan memaafkan segala kekurangan tuan rumah.

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!