Dialog Kebangsaan; NKRI Harga Mati

06/4. Habib Luthfi bin Yahya dan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj menjadi pembicara pada acara “Dialog Kebangsaan” yang diselenggarakan di Kopleks MAS (Madrasah Aliyah Simbang Kulon). Acara yang diselenggarakan oleh Masyarakat Simbang Kulon Buaran Pekalongan ini dihadiri oleh pengurus NU Kota/Kab Pekalongan, Pemalang dan Batang, para akademisi, para Kiai dan santri.

Dalam acara dialog ini Habib Luthfi menekankan pentingnya memupuk kesadaran berbangsa dan bernegara dengan cara menumbuhkan rasa nasionalisme. Dan menururnya nasionalisme secara filosofis sudah dicontohkan oleh para leluhur, para pendahulu bangsa semenjak penajajahan, Seperti sedekah bumi, sedekah laut, “terlepas dari persoalan syirik/musyrik, karena saya tidak tahu hati orang, sedekah bumi dan sedekah laut itu adalah wujud syukur atas bumi dan laut yang dianugrahkan kepada Bangsa Indonesia. Sedekah bumi itu sebagai bentuk handar beni, perasaan yang bukan saja memiliki tapi juga mencintai”, Habib Luthfi menjelaskan. Hal lain yang menjadi sorotan Habib Luthfi adalah persoalan aliran-aliran diluar Ahlu Sunah yang meresahkan, mereka adalah kelompok Islam yang menolak pancasila dan menganggap pemerintah tidak sah.Untuk mengatasi kelompok Islam seperti ini Habib Luthfi menekankan pentingnya sosialisasi ajaran Ahlu Sunah Wal-Jamaah, ‘Jangan sampai anak seorang tokoh NU, menjadi anggota Islam radikal’, demikian disampaikan Habib Luthfi.

Sedangkan KH. Said Aqil Siradj mengurai dasar-dasar konsep tanah air dan Negara bangsadalam sunah. Menururnya Nabi Saw tidak pernah mendirikan Negara Islam, Nabi hanya mendirikan Negara Madinah dengan piagam Madinah sebagai Konstitusinya. Sebuah kontrak sosial yang menjamin hak setiap individu dengan komitmen dan tanggung jawab yang sama, serta kesamaan dimata hukum. KH. Said Aqil juga menekankan seharusnya Negara menindak tegas kelompok Islam yang tidak menerima Pancasila sebagai dasar Negara, kelompok Islam yang mengaharamkan PEMILU (Pemilihan Umum) karena akan mengangkat pemimpinthagut. Menurutnya kelompok Islam seperti ini dilarang dinegara manapun, sebab kelompok Islam garis keras seperti inilah yang memunculkan terror dan keresahan. “Sebaiknya mereka yang tidak mengakui pancasila dan mengaggap pemerintah tidak sah kita pindahkan saja ke Afganistan…”, ujar KH. Said dengan nada berkelekar.

Point penting lainnya yang disampaikan KH. Said Aqil adalah konsep ukhuwah. Katanya, “dulu KH. Wahab Hasbullah mengatakan kita sebagai bangsa disatukan oleh ukhuwah Islamiyah kedua, ukhuwah wathaniyah; persaudaraan berdasar Islam, dan persaudaraan berdasarkan tanah air. Kalau menurut saya, boleh diikuti ataupun tidak yang pertama adalah ukhuwah Wathaniyah; persaudaraan berdasarkan tanah air. Karena ternyata Afganistan 100% Islam, 90 Madzhab Hanbali 10 % Syi’ah, dan Somalian 100 % Islam dan 100% bermadzhab Syafii, tapi Negara mereka kacau. Karena tidak ada komitmen kebangsaan dan ikatan berdasarkan tanah air, jadi persaudaraan berdasar Islam saja tidak cukup. Baru setelah itu ukhuwah Islamiah”, KH. Said menjelaskan panjang lebar.

Sedianya Pangdam IV Dipenogoro dan Kapoldan ikut menghadiri, karena keduanya berhalangan hadir masing-masing diwakili. Acara berlangsung hangat dan terakhir Habib Luthfi membimbing semua yang hadir mengucapkan ikrar untuk setia kepada NKRI: “asyhadu ala ilaha illah, wa asyhadu ana Muhammad Rasulullah. Saya berjangji akan menjaga keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, Saya berjangji akan menjaga akidah ahlu sunah wal-Jamaah”. Setelah Ikrar yang dibimbing oleh Habib Luthfi acar berakhir tepat pada pukul 17.00. Menurut Ketua Paniti, Bpk Paizin Sapali, pada malam harinya KH. Said Aqil Siradj menjadi pembicara pada peringatakan Maulid Nabi Saw. (Tsi)