Dengan Shalawat Menjaring Rahmat

Shalawat kepada Nabi itu sudah ada sejak jaman Nabi-Nabi dahulu. Suatu kisah ketika Nabi Ismawil –bukan Nabi Ismail- di kejar-kejar oleh musuh, turun Malaikat Jibril memerintahkan Nabi Ismawil untuk membaca shalawat; صلى الله على محمد , shalallah ala Muhammad. Akhirnya Nabi Ismail balik ke arah musuh dan membaca shalawat itu, bumi yang dilalui oleh musuh-musuhnya pecah dan menjadi lautan. Oleh sebab itu ada keterangan siapa yang membaca صلى الله على محمد satu kali, futihat sab’ina abwab rahmat, akan dibukakan 70 pintu rahmat. Kelihatannya sepele صلى الله على محمد.

Barang siapa mau membaca صلى الله على محمد 300 kali kepada kanjeng Nabi, tapi niat keberkahannyauntuk anak cucu, Insya Allah senakal apapun insya Allah akan menjadi baik. Jadi shalawat kepada Nabi itu telah di baca oleh para Nabi sebelumnya. Hanya pada masa Nabi dukukuhkan dengan ayat: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب:56)

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab: 56).

Nabi tahu ini bukan sekedar membaca shalawat, luar biasa sekali ayat ini. Mengharapkan Allah memberi rahmat yang disertai tkdzim. Oleh sebab itu Allah dalam al-Quran memanggil Nabi dengan sifaf-sifatnya;  ya muzamill, ya mudatsir dll, seperti kita mendapatkan kehormatan dalam al-Quran dengan sebutan mu’min; يا ايها لذين امنوا. Ini panggilan kehormatan luar biasa.

Kangjeng Nabi tidak butuh shalawat yang kita baca, oleh sebab itu kita hati-hati jangan salah menerjemahkan shalawat. Jangan menerjemahkan; Allahuma duh gusti, shali kerso mairingi shalawat, semoga Allah memberi rahmat. Sebab sudah didahului oleh Rahmat Allah dan para Malaikat-Nya. Sebagaimana dalam al-Qur’an. kangjeng Nabi itu seperti samudra yang tidak berpesisir pantai. Lautan rahmat yang disediakan untuk umatnya. Shalawat kita kepada Nabi saw, untuk mendapatkan rahmat Allah yang diberikan kepada Nabi. Ada yang memakai pancing, jaring, pukat harimau dll. Oleh sebab itu bagaimana mungkin tanpa punya alat kita akan dapat ikan dari lautan itu. Oleh sebab itu mari kita berlomba-lomba mempunyai jaring paling besar. Untuk menjaring rahmat Allah itu. Surga diciptakan dari Nur Nabi, sehingga kalau ada yang membacakan shalawat surga bergetar semakin meluas. Apalagi jarring shalawat yang kita punya, dengan membaca shalawat kita akan diberi berkah untuk membaca shalawat berikutnya.

Jadi mari kita membesarkan jaringnya, untuk menjaring rahmat Allah. Dan shalawat menyambungkan silaturrahmi antara umat dengan Nabi-nya, agar tidak terputus. Untuk umat Nabi sebelumnya saya tidak tahu, kalau umat Nabi mempunyai keistimewaan ini. Oleh sebab itu umat kita disebut afdhal umam. Terutama dalam shalawat lima waktu setiap; asalamu alaika ayyuhanabi. Setiap shalat dan membaca shalawat kita diajak ziarah.

As-shalatu wa salamu Rasulullah

As-shalatu wa salamu Nabiyullah

As-shalatu wa salamu Sahfiyullah

As-shalatu wa salamu Najiyullah

As-shalatu wa salamu ya khalilullah

As-shalatu wa salamu aminullah

As-shalatu wa salamu Yasaidil anbiya wal mursalin

As-shalatu wa salamu Ya saidil arabi walajam

As-shalatu wa salamu Ya asyraf al-anbiya wal mursalin

As-shalatu wa salamu Ya khatamin nabiyin

As-shalatu wa salamu Ya shadiq al-amin

As-shalatu wa salamu Hujatullah wa rahmatan lil alamin

Ini kalau haji, pantas redaksinya demikian. Kalau kita shalat; asalamu alaika ayyuhanabiyu warahmatulla wa barakatuh. Magrib dua kali, isya dua kali, Subuh satu kali, Dzuhur dua kali, Ashar dua kali. Ini sama dengan lambang NU, memang top Mbah KH. Hasyim Asy’ari itu. Dalam shalat juga kita diajarkan bersilaturahmi kepada sesame muslim. Dalam redaksinya asalamu alaina. Orang mukmin yang ada di Asia, Afrika, Erofa Amerika masuk kedalam doa kita tiap shalat. Bukan hanya itu dalam redaksi berikutnya; wa ala ibadillah shalihin; jadi hamba-hamba Allah yang saleh juga kita doakan. Jadi sangat luar biasa sekali Allah mengajrkan kita dengan pembiasan dalam shalat ini. (Tsi)