Pentingnya Bertarekat

Al-Kisah no.20/2004

 

Assalamu’alaikum Wr Wb 

Langsung saja pada pertanyaan. Mohon Habib Lutfi berkenan menerangkan kepada saya, apa penting dan perlunya kita mengikuti tarekat. Selain itu mohon kiranya Habib berkenan menuliskan wirid-wiridyang harus dibaca pada tarekat yang berbeda itu. 

Sekedar ususlan dan harapan, barangkali kiranya akan lebih baik, dan itu saya pandang penting, agar wirid-wirid tarekat yang berbeda tersebut bisa dibuatkan dalam satu rangkuman buku kecil sebagai bonus. Agar lebih mudah dalam membaca dan menghafalkannya, karena bisa dibawa bepergian. 

Kiranya itu saja pertanyaan yang saya ajukan, dan atas perhatian Habib saya ucapkan banyak terimakasih.. 

 

Wassalum’alaikum Wr Wb.

ABDULLAH LUTHAN,

Jln. Serasun, Simpang Empat, Pekanbaru, Riau.

 

 

Wa’alaikumsalam Wr Wb

 

Setelah membaca jawaban ini, besar harapan saya, Anda bisa segera mengikuti umat Islam yang lain, yang sudah terlebih dahulu mengikuti tarekat. Karena memang tarekat itu memiliki makna yang penting. 

Siapa sih yang ingin memiliki hati yang kotor? Dan siapa sih orang yang ingin hatinya melupakan dan semakin tambah lupa kepada Allah Ta’ala? Disinilah pentingnya tarekat. Melepaskan kedua penyakit hati yang sangat berbahaya. Jelasnya, untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. 

Untuk menghapus hijab atau dinding pembatas yang terdapat dalam dirinya, yang mengakibatkan sifat lalai serta banayak lupa kepada Allah Taala. 

Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati, paling tidak ia akan tertarik dengan tarekat itu sendiri. Karena diantara fungsi yang terdapat didalam tarekat itu adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan zikirnya. 

Saya berterimakasih dan simpati pada Anda. Saran yang anda sampaikan itu sangat baik. Untuk tarekat Syadzaliyah, sudah saya buatkan kitabnya. Bentuk dan ukurannya yang kecil membuatnya mudah untuk dibawa. Kitab itu bisa didapat di Gedung Kanzus Shalawat di Pekalongan. Bisa dibaca dari halaman 15 sampai 26. 

 

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah