Tarekat bisa bikin kaya

Al-Kisah no.23/2004

 

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya ingin bertanya pada Hadrotusy Syekh, Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Benarkan bertarekat bisa menjadikan kaya? Apakah bertarekat harus ada gurunya? Mohon penjelasan, terima kasih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Isnandar

Madrasah T.B.S

Loram, Kulonjati, Kudus

Jateng

 

 

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Tarekat adalah perjalanan menuju Allah dan rasul-Nya. Di antaranya ada yang menjalankan dengan syari'atillah. Selanjutnya, setelah menjalani syari'atillah, peningkatan pengamalan syariat itu sendiri dipakainya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Taala. Itu didukung peranan tarekat. Sedangkan tarekat itu sendiri maknanya adalah jalan menuju Allah.

Satu contoh, syariat cuma membatasi orang hanya dengan pakai wudhu sebelum melaksanakan salat. Nah, setelah digunakan untuk shalat, wudhu itu realisasinya untuk apa lagi. Kalau syariat hanya sebatas itu. Tapi tarekat lebih dari itu, tarekat mengajak wudhu tersebut tidak hanya untuk shalat. Wudhu dikenakan dan dibawa sebagaimana pakaian harian. Wudhu diharapkan dapat membatasi langkah mereka agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.

Ibaratnya juga seperti hakikat, orang memakai kopiah putih dan jubah. Lalu mereka berdiri di tengah-tengah kerumunan manusia yang di situ ada kemaksiatan. Bila mereka sadar apa yang dipakainya, dia akan menghindar dari kerumunan. Karena pakaian yang dia kenakan sangat tidak sesuai dengan kejadian dan kemaksiatan yang ada di tempat tersebut.

Tentu, terlepas dari kebetulan mereka mau mengajak orang yang tidak baik untuk menjadi baik, ini terlepas dari itu dulu. Kita batasi pada persoatan menggunakan pakaiannya saja. Mereka akan malu sendiri dengan pakaian yang dipakai, sementara mereka tengah berada di tempat yang kurang baik. Sama dengan orang yang berwudhu. Bila mereka menggunakan wudhu, lalu merasa masih me-miliki wudhu, ia akan mencoba membatasi diri atau menolak bahkan menjauhi dari perbuatan maksiat.

Tarekat dan agama bukan Tuhan. Agama digunakan untuk berpegangan dan mengatur kehidupan kita menuju satu akidah yang benar. Seperti yang dituntun oleh Baginda Nabi SAW. Tarekat muncul setelah kita memegang agama dengan baik. la akan menuntun kita dalam melaksanakan amal yaumiah (harian) atau amal perbuatan kita sehari-hari. Agar kita dapat membawa agama yang kita anut dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Maka jelas, agama maupun tarekat digunakan untuk menemukan jalan kepada Allah dan untuk mentauhidkan diri kepada Allah. Tapi agama dan tarekat bukan Tuhan. la tidak bisa membuat manusia kaya, tidak bisa juga membuat manusia fakir.

Jadi, orang yang mau berpegang pada tarekat adalah orang yang akan meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT. Dan dalam ketakwaannya itu ia akan diberi oleh Yang Mahakuasa. Barangsiapa yang bertakwa akan dimudahkan segala sesuatunya dan diberi rezeki secara min haytsu la yahtasib (di luar dugaan). Tidak lepas dan itu mutlak hak Allah Taala pada hamba-Nya. sesuai janjinya di dalam Firman-Nya ;

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا,وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)

Saya memberikan jabaran yang mudah saja. Kita ini - termasuk saya - adalah bagaikan pasien. Kalau terkena flu, saya bisa rasakan sakitnya. Alangkah baiknya kalau saya tidak asal beli obat, karena obat flu cukup banyak. Dokter dapat memberikan resep obat, yang akan membuat kita tahu dosis yang tepat. Bagaimana darah kita, bagaimana bobot badan kita, bagaimana tinggi badan kita, dan berapa umur kita, dapat menentukan untuk dicarikan obat yang sesuai.

Demikian halnya dengan awrad (wirid-wirid). Ada awrad tertentu seperti halnya kapsul yang harus menggunakan resep dokter. Ada obat yang tidak perlu memperhatikan tekanan darah dan sebagainya, tapi ada juga obat yang harus memperhatikan hal itu. Ada pula obat yang ditekankan harus menggunakan resep dokter, sehingga apotek tidak berani menjual. Itulah tarekat...

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah