Menghadirkan Arwah Leluhur
Menghadirkan Arwah Leluhur
Al-Kisah no.04/ 11 Feb – 24 Feb 2008
Assalamu'alalkum Wr, Wb.
Habib, di kampung saya ada orang yang mengaku sebagai "orang pintar" yang bisa menghadirkan arwah para leluhur untuk ditanyai Macam-macam. Terus terang sejak awal saya sudah tidak suka dengan tindak-tanduknya yang bisa menyesatkan orang banyak, namun saya tidak mompunyal dasar pengetahuan yang memadai. Karena itu saya memohon kehadapan Habib untuk menjelaskan seputar arwah orang yang sudah meninggal, Apakah memang bisa setiap saat dipanggil oleh orang-orang yang masih hidup untuk diajak berkomunikasi?
Wassalamu'alaikum Wr, Wb.
Satria Ciputat, Tangerang
Wa'alaikumussalam Wr, Wb.
Seseorang yang telah meninggal tidak akan dikembalikan kecuali di tempat di mana jasadnya dimakamkan, menyambut peziarahnya. Dan perlu diketahui, arwah orang-orang shalih setelah dicabut ruhnya oleh Malaikat lzrail ditempatkan di alam barzakh. Mereka ini, meski hidup damai, tidak bisa bertindak dengan bebas tanpa seizin Allah SWT. Yang jelas mereka akan hadir jika ada orang yang mengucap salam dan menziarahi kuburnya atau bertawassul dengannya.
Sementara yang bisa dihadirkan atau diizinkan hadir oleh Allah SWT, oleh suatu bacaan atau lelakon di luar konteks ziarah atau tawassul tentu bukan ruhnya, tetapi asrarnya. Asrar ini bisa diumpamakan black box pesawat yang merekam seluruh jejak hidup seseorang yang telah wafat. Asrar itulah yang kemudian berkomunikasi atau bertanya jawab dengan seseorang yang mengundangnya dengan bacaan doa tertentu tersebut. Asrar orang-orang shalih Itu pula yang bisa menurun kepada keturunannya atau pecintanya yang dengan istiqamah meneruskan ajarannya dan amal shalihnya.
Namun perlu diingat, berurusan dengan asrar berarti berurusan dengan yang ghaib, yang tidak kasat mata, yang memerlukan pengetahuan agama (terutama ilmu tauhid) yang mendalam, serta kejernihan hati. Tanpa bekal itu semua, seseorang tak akan bisa membedakan yang mana asrar, mana jin, dan mana malaikat. Nah, kalau kebetulan yang datang jin kafir, akibatnya justru akan buruk bagi orang yang mengundangnya.
Karena itu filter terbaik dalam berurusan dengan hal-hal ghaib adalah melalui ulama shalih yang mempunyai bekal pengetahuan dari kitab-kitab salafus shalih dan teguh berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasul. Menurut saya, selagi tata cara dan isinya tidak bertentangan dengan syariat, dan yang menjadi mediator adalah ulama shalih yang kapasitas pengetahuan tauhidnya mumpuni, tentu tidak ada masalah.
Terakhir, perlu Saudara pahami, ilmu yang Allah turunkan kepada hamba-hamba-Nya sangat luas. Karena itu jangan terburu-buru apriori terhadap sesuatu yang belum jelas pelanggarannya terhadap syariat.
Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)
Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah