Pengertian Makrifat Dan Tajalli

 

Al-Kisah no.13/2004

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dalam tasawuf dikenal istilah syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. Selain itu tahlli, takhalli dan tajalli. Makrifat dan tajalli adalah puncak tertinggi seorang sufi.

Untuk memahami kedua istilah diatas, kiranya ada dua hal yang mungkin redaksi dapat memberikan pencerahan atau solusi yang tepat.

Apakah perbedaan makrifat dan tajlli itu? Metode atau ritus apa yang dapat mengantarkan seorang sufi mencapai makrifat dan tajalli? Terimakasih atas jawaban pengasuh. 

Wassalum’alaikum Wr Wb.

MUHAMMAD NASIM, S.Ked,Jln. Mangga No. 25, Jambi. 

 

 

Wa’alaikumsalam Wr Wb

Makrifat adalah sumber utama mencapai tajali, takhalli dan tahalli. Tapi bagaimana bisa mencapai makrifat kalau tidak bertarekat. Artinya bertarekat dahulu, agar dapat memecahkan satu rekor, yaitu makrifat. Makrifat adalah bertambahnya pengertian dan pangaweruh (pengetahuan/pemahaman). Apa kewajiban hamba kepada Tuhannya serta apa kewajiban mahluk kepada khaliqnya.

Pengertian diantara hubungan mahluk dan khaliq disebut makrifat. Disinilah letak perjalanan itu. Kalau sudah bisa menggapainya niscaya akan merasakan tajalli. Kalau sudah bisa merasakan tajalli akan takhalli, dan sebagainya sesuai kenaikan berdzikir dalam makrifat.

Tajalli itu meraih kemuliaan disisi Allah, atau keluhuran. Saat mencapai tingkatan itu, hati akan merasa sepi. Yaitu sepi ing pamrih rame ing gawe. Giat bekerja/beribadah dengan tanpa pamrih. Namun yang sebenarnya, makna tajalli ini sangat luas. Ini bahasa dalam tarekat.

Kalau hati bisa meletakkan sepi selain Allah itu artinya akan menemukan satu takhalli. Yaitu satu kenikmatan, kelezatan, satu kemanisan karena bisa melepaskan semuanya  selain Allah dan rasul-Nya.

Tapi bagaimana bisa mencapai tajalli, takhalli ,tahalli dan sabagainya tanpa berangkat dari makrifat terlebih dahulu? Mana mungkin akan mencapai makrifat tanpa dari tarekat itu sendiri? Karena semua itu adalah merupakan buah dari tarekat.

Baik tahalli, takhalli maupun  tajalli itu adalah buah tarekat. Dan tarekat adalah buah syariat. Jadi tidak bisa dipisah-pisahkan syariat, tarekat dan hakikat. Hakikat menemukan mutiaranya. Untuk bisa mencapai hakikat menemukan mutiaranya, mestinya pandai benar agar bisa menyelam. Nah adanya mutiara itu pasti ditengah lautan yang memerlukan syariat. Syariat adalah lautnya dan perjalanananya untuk mecapai ketengah lautan itu adalah tarekat. 

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah