Mengamalkan Ratib Hadad Dan Simtud Durar

Mengamalkan Ratib Hadad Dan Simtud Durar

 

Al-Kisah no.20/2004

 

Assalamu’alaikum Wr Wb

 

Habib Lutfi, saya ingin menanyakan masalah ratib Al Hadad dan simtud durar. Apakah keduanya termasuk dalam amalan tarekat. Bolehkah kami melaksanakan wirid tersebut tanpa mursyid? 

Demikian pertanyaan saya, semoga Habib berkenan memberi jawaban. Sebelum dan sesudahnya kami sampaikan terimakasih.

 

Wassalum’alaikum Wr Wb.

IMADUDIN,

Jln. Tanjung, Kejambon, Tegal. Jawa Tengah

 

 

 

Wa’alaikumsalam Wr Wb 

Saudara Imadudin di Tegal, simtud durar adalah kitab yang meriwayatkan kelahiran Nabi. Didalamnya terdapat kisah bagaimana kelahiran Nabi SAW yang agung itu. Sedangkan Ratib Hadad adalah rangkuman bacaan yang menjadi bagian  tarekat alawiyah. Atau rangkaian hadis Nabi yang diperintahkan dibaca. 

Ratib Hadad dikumpulkan oleh Al Habib Abdullah Al Hadad. Oleh para pengikutnya, terutama ynag mengamalkan, bacaan itu dinamakan Ratibul Hadad. Semua kandungan isi yang terdapat didalamnya tidak terlepas dari hadis Nabi SAW. Tapi itu bukan tarekat. Posisinya hanya bagian dari bacaan tarekat. Kalau bacaan itu diamalkan, itu bisa menjadi kegiatan yang memiliki nilai tambah dalam tarekat. 

Sedang simtud durar berisi syair-syair yang bercerita tentang kelahiran, budi pekerti, sifat-sifat dan perjuangan serta riwayat hidup Nabiullah Muhammad SAW. Kitab ini diciptakan oleh Al Habib Ali Bin Muhammad bin Husain Al Habsyi. 

Baik ratib Hadad maupun simtud durar dapat dibaca dan diamalkan oleh siapa saja. Berbeda dengan tarekat, yang melalui talkin atau dibaiat terlebih dahulu. Inilah yang membedakan kedua kitab tersebut dengan tarekat. 

Demikian, semoga Anda semakin bersemangat dalam mengamalkannya. 

 

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah