Mimpi Yang Aneh-aneh

Assalamu’alaikum Wr Wb

Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya yang terhormat. Saya menyenangi bacaan tasawuf karya Imam Ghazali dan Imam Ibnu Qayyim AL Jauziayah.

Suatu ketika saya berkeinginan pergi merantau ke Jakarta. Saat itu, saya bertemu seorang ustadz dari Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat. Berdasarkan penglihatan mata bathinnya, beliau menyarankan agar saya tetap tinggal di kampung. Tidak usah pergi jauh dari orang tua. Karena menurut beliau, saya termasuk orang yang suka membantah.

Sejak itu saya sering bermimpi. Bahkan mimpi yang saya alami sempat berpengaruh pada kejiawaan saya. Berikut ini mimpi-mimpi yang saya alami secara berturut-turut.

Dalam salah satu mimpi, saya bertemu dengan orang yang saya tidak kenal. Ia berambut hitam legam. Waktu itu saya akan masuk rumah sementara ia akan duduk. Saya coba menegur, tapi ia diam dan hanya memandang. Pandangan matanya yang tajam seolah menembus mata bathin saya. Matanya berwarna hijau dan bulatan matanya seperti batas antara laut dan langit. Batas itulah yang makin saya pandang makin jauh, hingga terasa sampai kelubuk hati. Mimpi ini terjadi di Padang.

Lalu saya bermimpi melihat orang disiksa pada hari kiamat. Bangun tidur saya berkeringat dan pucat. Di kota itu juga saya bermimpi bertemu seseorang yang mengaku bernama Zaid bin Haritsah. Semula saya tidak tahu siapa dia dan hal itu memacu saya untuk membaca buku-buku agama. Saya baru tahu kemudian, dia adalah salah seorang sahabat Nabi SAW.

Ketika kembali kekampung halaman saya di Batu Sangkar, Sumatera Barat, saya bermimpi yang aneh-aneh. Sekarang saya merasakan , saat-saat tertentu berada dalam kondisi yang baik, tapi dilain saat dalam kondisi tidak stabil. Saya merasakan perjuangan dalam batin ini dan sadar sehingga berusaha melawannya, tetapi sering gagal, karena kurangnya ilmu dan bimbingan- saya belum pernah belajar secara serius kepada seorang guru.

Setelah kejadian itu, jika berdzikir, saya merasa panas dan berkeringat. Sampai sekarang pun saya merasakan, jika dzikir dikhusyukan pada pikiran dengan hati hanya kepada Allah SWT, terasa badan  tersentak-sentak dan bergetar.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Riswandi Nazar, Padang, Sumatera Barat.

         

 Wa’alaikumsalam  Wr Wb

          Saran saya, perbanyaklah membaca shalawat Nabi SAW. Dzikir ananda sementara dikurangi sedikit dari jumlahnya, tapi bukan meninggalkan zikir sama sekali. Hanya mengurangi dan diganti memperbanyak shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan demikian akan mendatangkan syafaat Baginda Nabi SAW dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT, kepada Rasul-Nya dan juga kepada kedua orangtua.

          Saya hanya mengingatkan Ananda jangan sampai terpengaruh bujukan dan rayuan yang datang dari nafsu sendiri. Menahan diri dari bisikan atau rayuan nafsu, Insya Allah akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang kurang baik.

          Belajarlah kepada guru yang terpercaya dan memang sudah diketahui oleh masyarakat memiliki paham dan etika yang baik dari segi aqidah maupun syariah, khususnya berasal dari Ahlussunah wal Jama’ah. Dan kalaupun ananda ingin mengikuti tarekat tertentu, pilihlah tarekat yang muktabarah. Jangan sekedar membaca buku-buku tasawuf, kemudian menafsirkan sendiri, bisa-bisa nanti salah tafsir dan tersesat.

          Sedang menyikapi masalah mimpi, sebaiknya kita berpegang pada Hadits Nabi SAW. Kalau mimpi itu ada kaitannya dengan Baginda Nabi SAW itu satu hal yang baik. Beliau bersabda, “Seorang yang melihat aku dalam mimpi, ia dalam keadaan yang sebenarnya. Karena sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.”

          Itulah hadits tentang mimpi yang bisa kita pegang erat. Namun adakalanya mimpi itu sebagai isyarat atau perlambang, tapi sulit untuk bisa memaknainya. Hal yang demikian  memerlukan uraian atau bahasan yang cukup panjang.

          Ringkasnya, menurut hemat saya, jangan terlalu banyak mengikuti kata mimpi. Kita kembalikan semua kepada Allah SWT. Kalau dikemudian hari perlambang dalam mimpi itu memiliki pertanda yang baik mari kita ikuti. Namun bila perlambang itu kurang baik dan   kurang kita pahami jangan kita yakini.

          Untuk lebih berhati-hati lagi, meski menurut Ananda perlambang dalam mimpi ini baik janganlah terlalu diyakini. Sebaiknya kita hanya percaya kepada Sang Pemberi mimpi yaitu Yang Memberikan perlambang itu, Allah SWT.     

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah