Adab Ziarah Rasulullah, Wali, Guru dan Murid

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Adab Ziarah Rasulullah, Wali, Guru dan Murid

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Kalau membicarakan NU, tidak lepas dari Gus Dur, Wahid Hasyim dan Hadrotush syaikh Kyai Hasyim Asy’ari. Beliau beliau ini adalah orang orang mulia yang sukanya memuliakan orang lain. Suatu ketika Kyai Hasyim Asy’ari sedang melakukan perjalanan dari jawa bagian barat ke arah jawa timur, beliau singgah di Tegal dan mengunjungi koleganya yaitu Kyai Ubaidillah Pegiren (Kyai Ubed). 

Sebagaimana dua alim bertemu, beliau berdua sholat bersama, dzikir bersama, makan dan berdiskusi. Hingga tiba saatnya, Kyai Hasyim berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.”saya ucapkan banyak terimakasih yai, saya disini sudah cukup istirahat” kata Kyai Hasyim “saya juga berterimakasih,yai berkenan singgah di gubug saya” jawab Kyai Ubed.

 “oiya kyai, maaf ada yang hendak saya tanyakan. bagaimana hukum warisnya jika si fulan meninggal sedang dia punya anak a,b,c,d,e lalu si anak yang b ini meninggal sedangkan waris belum dibagi. Menurut Imam Nawawi begini, sedang Ibnu Hajar al-Asqolani begitu, mana yang lebih tepat untuk di terapkan? tanya Kyai Hasyim.

”nyuwun maaf yai, apakah pertanyaan tadi sudah diniatkan untuk ditanyakan kepada saya sejak dari Jombang?” jawab kyai ubed. 

“maaf,belum yai” ujar Kyai Hasyim. 

“monggo saya persilakan yai meneruskan perjalanan.dan meniatkan pertanyaan tadi sejak dari Jombang. Insya Allah jawabannya maslahat yai” jawab Kyai Ubed lagi. 

“nggih,Insya Allah yai” ujar Kyai Hasyim.

Demikian luar biasa adab mbah Kyai Hasyim Asy’ari ini, beliau seorang yang sudah dikenal sangat luas memiliki derajat tinggi tetapi tidak meletakkan dirinya lebih tinggi dari orang lain-kyai lain, tidak membantah, tidak berargumen dengan Kyai Ubed, inilah sikap tawadlu yang mesti kita contoh dan mengajari kita bagaimana adab untuk bertanya atau memiliki "niat" kepada seorang Guru. Harus diniati dari rumah. 

Hal ini pun pernah dialami oleh guru kita Abah Mawlana al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Pekalongan. ketika itu Beliau berniat untuk urusan dagangan ke Bandung dari Pekalongan, di perjalanan terlintas untuk "mampir" ke gurunya, seorang Waliyullah, Sulthanul Awliya al-Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya, Arjawinangun, Cirebon. karena perjalanannya memang melewati kediaman beliau.

ketika tiba Beliau disambut oleh sang Guru, dan langsung ketika duduk al-Habib Ahmad berkata, "teruskan saja dulu urusanmu nak, kalau mau kesini, pulang dulu niat dari rumah baru kesini." Abah al-Habib Luthfi langsung 'paham' kemana arah pembicaraan gurunya, al-Habib Ahmad bin Yahya. akhirnya langsung pamit dan menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. kalimat 'mampir' menjadi catatan khusus, terutama urusan kepada guru, maupun ziarah para Wali. jadikan beliau-beliau itu terhormat dan muliakan, jika ingin mulia.

Beliau pun melanjutkan nasehatnya, seperti zaman sekarang orang kebanyakan mau umrah ziarah ke Madinah menjadi banyak yang kurang 'manfaat'-nya, dan juga akhirnya jarang di 'temui' Kanjeng Nabi, hal ini tiada lain karena kurangnya 'adab', kalau mau umrah lebih baik langsung umrah datang dulu ziarah ke Rasulullah trus ke Mekkah untuk Umrah baru silahkan mau ziarah-ziarah ke tempat lain, ke Turki, ke Syam, ke Mesir atau ke Hadhramaut. Jangan jadikan 'mampir' ke Rasulullah, jadikan Beliau tujuan utama, sehingga kamu akan mendapatkan keutamaan.

Habib Luthfi bin Ali bin Haysim Bim Yahya, Ditempa Para Wali

Tentu saja semua keistimewaan itu tidak datang dengan tiba-tiba. Beberapa ulama besar yang termasyhur sebagai waliyullah telah ikut menempanya sejak kecil. Sebut saja Habib Ahmad bin Ismail Bin Yahya dan Habib Umar bin Ismail Bin Yahya alias Abah Umar, seorang waliyullah yang tinggal di desa Panguragan, Arjawinangun, Cirebon, yang mengasuh Habib Luthfi kecil ketika ia tinggal di desa itu. Dari tokoh eksentrik itulah untuk pertama kalinya Habib Luthfi mempelajari ilmu kehidupan.

Selain itu Habib Luthfi juga pernah berguru kepada Habib Syekh bin Abu Bakar bin Yahya (Cirebon) dan Mbah K.H. Muhammad Bajuri (Indramayu). Puncaknya, Habib yang piawai memainkan alat musik organ dan sering menggubah lagu itu mendalami tarekat Syadziliyyah kepada Al-Habib Muhammad Abdul Malik bin Ilyas Bin Yahya, alias Mbah Malik. Setelah beberapa tahun berguru kepada waliyullah yang tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah, itulah Habib Luthfi memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah Syadziliyyah. 

Kedudukan sebagai pimpinan kaum tarekat di tanah air, memang membuat Habib Luthfi didekati semua kalangan. Ia juga sering dikunjungi para guru mursyid dari berbagai negara, seperti al-Habib Umar bin Hafidz, dari Darul Musthafa, Tarim, Hadhramaut, Syaikh Hisham Kabbani, mursyid Tarekat Naqsyabandiyyah Haqqaniyyah dari Amerika Serikat dan Syaikh Muhammad Al-Ya’qoubi, mursyid Tarekat Syadziliyyah dari Damaskus, Syiria. Dalam pertemuan antar mursyid tersebut, di samping saling berkisah tentang aktivitas dakwah masing-masing, biasanya mereka juga saling meminta ijazah atas sanad keilmuan yang dimiliki.

Abah (Habib Luthfi) tahu persis siapa abah umar keluarga dan nasabnya, yang menjadi wali quthub 

1-al-Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya (Sulthanul Awliya) 2-al-Habib Muhammad bin Ismail bin Yahya 3-al-Habib Umar bin Ismail (Abah Umar) sebagai Quthbul aqthob-nya.4-habib Ibrahim kakaknya abah umar. 

sawahnya Abah Umar, banyak kalau panen ketela pohong disedekahkan semua, rumahnya baik mushollanya sampai bolong-bolong, bintang di langit sampai terlihat dari dalam rumahnya tapi kalau hujan tidak kehujanan.

ketika habib ismail masih hidup belanda tidak bisa masuk ke desanya ketika habib sudah wafat barulah belanda bisa menjamah desa beliau.(Habib Ismail bin Ahmad).

tariqat beliau adalah SYADZALIYYAH DENGAN MENYEBUT LAFADZ  شييء  لله

saudaranya lagi yang bernama habib Idrus bin Ahmad bin Ismail (hafidzul qur'an) alhasil hampir semua putra habib adalah min auliya illah. Ibunya al-habib Ahmad bin Ismail bin Yahya, itu orang jawa. abahnya saya(habib luthfi) misanannya al-Habib Ismail. 

Selanjutnya kalau kamu ziarah wali songo maka ziarahlah dulu ke makam al-Habib Hasyim bin Umar bin Yahya, Sapuro, Pekalongan, karena beliaulah pintu wali tanah jawa. al-Habib Hasyim itu tahu jumlahnya wali tanah jawa yang hidup yang wafat maupun yang belum lahir. Saya(habib luthfi) Ngaji ke Abah Umar Ihya' Ulumiddin khatam 3 kali dan yang saya tahu Abah Umar Hafidz (hapal) kitab Ihya' juz satu, kalau baca kitab hanya buka thok malah yang di terangkan kitab Minhajul Abidin, itu semua hanya unyuk menutupi kewaliannya saja.

Abah Umar adalah QUTHBUL AQTHAB, tapi cobaanya juga besar, kalau kecil juga pangkatnya kecil. Abah Umar adalah yang bisa mengikuti sunnah rasul termasuk serban jobahnya

Demikian yang dapat kami sampaikan,secuil petikan dari petuah nasehat yang mestinya lebih panjang dari tulisan diatas. afwan wa syukran.diambil dari:http://farid.zainalfuadi.net/

 

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!