Memudarnya Nasionalisme; Pengajian Al Habib Luthfi

Adanya pemisahan secara kesukuan/ras,kedaerahan keagma’an mengindikasikan lemahnya rasa Nasionailsme yang semstinya harus dijunjung tinggi. Adanya pengelompokan, dan pengkotak-kotakan seperti  ini sebetulnya sudah terjadi sebelum Indonesia merdeka. Hal semacam itu adalah salah satu cara Belanda untuk memandulkan kekuatan besar Nusantara yang jika bersatu dapat dengan mudah mengusir penjajah.  Belanda memisah-misahkan antara kampung Pechinan, yang dihuni orang Cina,  kampung Arab yang dihuni oleh orang Arab, Keputran yang dihuni para Raden, Pekojan orang-orang India, Sampangan oleh orang-orang Madura, merupakan bukti pemisahan tersbut.

Dengan dipisah-pisahkan semacam itu akhirnya bangsa yang secara turun temurun hidup dan lahir di Indonesia tidak dapat berkomunikasi satu sama lain sebagai bangsa yang satu, tetapi intimasi mereka lebih ke nenek moyangnya masing-masing padahal secara lintas generasi mereka sudah hidup di Indonesia. Ini kenyataan sampai sekrang. Mereka (Belanda) tidak menginginkan bersatunya ras yang ada di Indonesia sehingga di shatting sedemikan rupa untuk memisahkan mereka dari ras asli (Jwa,Sunda dll). Bersatunya antar  ras China, Arab,dan Jawa akan menjadi kekuatan yang luar biasa yang bisa mengancam Belanda yang pada waktu itu masih menguasai Indonesia. Semua bangsa yang lahir di bumi pertiwi harus menanamkan kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari satu komunitas besar yang menamakan diri mereka dengan Indonesia bukan Arab, Cina, atau apapun.

Sebagai  warga negara Indonesia yang plural, terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, budaya, pulau, daerah, dan agama tentunya harus sadar dan membuka pikiran selebar-lebarnya bahwa sesungguhnya semua yang disebutkan tadi itu merupakan produk Belanda asli  yang diciptakan untuk menguasai Indonesia dan hal ini bukan hanya berhenti sampai Indonesia merdeka, artinya upaya mengkotak-kotakan sampai sekarangpun masih berlangsung namun dengan atas nama  dan pemeran lain.

Dalam diskusi yang digelar usai pengajian Al Habib Luthfi, Danki 407 Wonopringgo, Bayu Panji Bangsawan yang  selalu aktif dalam pesantren Ramadhan mengatakn bahwa di setiap titik-titik konflik di Indonesia (NAD, Maluku, Sulawesi, Papua dll) itu terdapat pangkalan militer Amerika dan sekutu, besar kemungkinan faktor terjadinya konflik tersebut tidak terlepas dari adanya pangkalan militer sekutu itu tadi. Walaupun ini masih sebatas hypotesa namun ini juga harus diwaspadai. Indonesia yang kaya dengan pertambangan, minyak bahkan di papua itu ada satu bukit yang seluruh isinya adalah zat yang mengandung uranium, dan masih banyak kekayaan yang lain menjadikan mereka ingin menguasai Indonesia dengan secara perlahan-lahan memisah-misah wilayah-wilayah kecil atau pulau-pulaunya sehingga nanti apabila wilayah-wilayah ini sudah tercerai berai, sangat mudah dikuasai, sangat mudah sekali untuk menguasai Indonesia.

Yang menarik pada pengajian tanggal 19/08 itu adalah setelah Al Habib luthfi bin Yaya menerangkan tentang betapa pentingnya rasa nasionalisme tanpa memandang China, Arab, Jawa, dalam forum pengajian itu tiba-tiba ada seorang murid Al Habib Luthfi Cina keturunan  yang mengikuti pengajian dan diakhir pengajian orang saudara kita dari Cina Keturunan tadi mendekati Al Habib Luthfi seraya berbisik-bisik dan setelah agak lama mereka berbincang-bincang  dengan lirih, lalau Al Habib Luthfi membalikkan badan dan belaiu berkata الفا تحة semua Santri dengan kompak membaca surat al-fatihah tersebut, Setelah itu sambil dengan menjabat tangan Al Habib Luthfi membimbing pak Herlambang membaca dua kalimah syahadat dan masuk Islam. Di lain kesempatan Al Habib Luthfi berkata pada penulis, sebagai komentar mengenai kejadian itu; ‘ini bukti kesungguhan saya dalam mencintai semua komponen bangsa, dan usaha saya menanamkan nasionalisme’. [Zmi/Tsi]