Kewajiban yang Paling Utama Adalah Ilmu 1

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Kewajiban yang Paling Utama Adalah Ilmu 1

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Ketahuilah wahai saudaraku bahwasanya kewajiban yang paling wajib dan paling utama adalah ilmu. Sedang dosa yang paling besar adalah kebodohan dan kebodohan yang paling parah adalah kebodohan tentang Allah SWT (yakni seorang hamba tidak mengenal siapa Allah Tuhannya) yakni kekafiran. Dan kewajiban yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT atas hamba-Nya adalah ma’rifah (mengenal Allah) sebab Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S Adz-Dzaariyaat: 56)

Ibnu ‘Abbas berkata: “melainkan suapa mereka mengenal-Ku.” Al-Habib Abdulloh Al-Haddad – semoga Allah merahmatinya – berkata: “Adapun makna seorang yang ‘aarif (orang yang mengenal Allah) dalah istilah orang-orang sufi adalah seorang yang beriman secara sungguh-sungguh dan mengetahui apa yang diwajibkan oleh Allah kepadanya berupa ketaatan dan mengetahui apa yang diharamkan atasnya, lalu ia laksanakan segala perintah-Nya itu dan menjauhi segala larangan-Nya, kemudian ia melaksanakan banyak amalan sunnah yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan mengharap kedekatan dengan-Nya, sehingga muncullah pada dirinya cahaya kebahagiaan dan jadilah segala yang ghaib seolah nyata dalam pandangannya, ia selalu ditunjukkan oleh Allah dan Dia menjadikan bagi orang itu furqon (pembeda antara yang hak dan yang batil), serta Allah mengajarkannya ilmu dari sisi-Nya.”

Hal-hal yang fardhu dan hal-hal yang haram, serta kedekatan kepada Allah tidak mungkin diketahui kecuali dengan ilmu. Barangsiapa mengetahui ilmu maka ia akan mengetahui apa yang diwajibkan Allah SWT kepadanya dan apa yang diharamkan atasnya dan ia pun akan mengetahui apa-apa yang dapat mendekatkan dirinya dengan Allah SWT. Maka seorang yang ingin mengenal dan mendekat kepada Allah haruslah dengan ilmu dan tak mungkin lepas darinya. Ilmu adalah pusat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, barangsiapa menyembah Allah tanpa ilmu maka bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Maka haruslah bagi setiap muslim laki-laki dan wanita untuk mengetahui ilmu dan tak ada keringanan / alasan untuk meninggalkannya.

Yang dimaksud dengan ilmu di atas adalah ilmu yang mana iman dan islam seseorang tak sah kecuali dengan ilmu tersebut. Yakni ilmu tentang (sifat-sifat) Allah, Rasul-Nya, hari akhir dan ilmu tentang segala yang diwajibkan oleh Allah untuk mengerjakannya dan yang diwajibkan untuk meninggalkannya. Maka ilmu keimanan itu adalah ilmu aqidah (keyakinan) atau disebut pula ilmu usuluddin (dasar agama). Sedangkan ilmu Islam adalah ilmu fikih (hukum Islam). 

Sedangkan kadar yang wajib diketahui dari ilmu tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi SAW dalam hadits Jibril AS yang akan datang sebentar lagi insyaa Allahu Ta’aala (jika Allah Yang Maha Tinggi menghendakinya). Selain itu termasuk ilmu yang wajib / fardhu ‘ain adalah ilmu tentang akhlak batin yaitu sifat-sifat hati yang menghabcurkan dan menyelamatkan, juga tentang rahasia amal dan bahaya yang menyertainya, dan segala yang diisyaratkan oleh penggubah wasiat ini (yakni Al-Habib Abdulloh Al-Haddad) dalam wasiatnya seperti sifat takut, harap (kepada Allah), ikhlas, riya’, dengki, iri, ‘ujub (berbangga diri) dan lain-lain yang tersebut dalam wasiat beliau. As-Sarroj berkata dalam kitab Al-Luma’ (fii taarikhit tashowwuf / tentang sejarah tasawuf): “Secara garis besar agama ini kembali kepada ayat Al-Qur’an, hadits dari Rasululloh SAW atau hikmah yang terlintas dalam hati para kekasih Allah. Dan seluruh ilmu sumbernya adalah dari tiga dasar, yaitu: Al-Islam, Al-Iman, dan Al-Ihsan (akan datang penjelasannya).”

 

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!