al-Habib Abdullah bin Mukhsin al-Aththas (Empang, Bogor)

Kawasan Empang Bogor Selatan, Kota Bogor menjadi terkenal karena di lokasi itu berdiri Masjid Keramat An Nur yang lokasinya tepat di Jalan Lolongok.

Di Kompleks Masjid An nur itulah, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas di makamkan, bersama dengan makam anak-anaknya yaitu Al Habib Mukhsin Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Zen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Husen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, Sarifah Nur Binti Abdullah Al Athas, dan makam murid kesayangannya yaitu Al Habib Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir.

Sebelah masjid, menuju kawasan makam

Ini makam salah seorang anaknya

Ini Makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas (Empang Bogor),

Keseluruhannya ada tujuh makam di sin, iaitu anak-anaknya dan anak muridnya

Makam Habib Abdullah Mukhsin merupakan tumpuan utama penziarah Makam

Pintu Makam

Habib Husain bin Abdullah bin Mukhsin al-Aththas

Ini Masjid An-Nur di Empang, Bogor. Kalau anda kaji sejarah para Habib di Jawa khususnya, mereka akan mendirikan Masjid di mana mereka menetap

Dalam Manakibnya disebutkan bahwa Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas adalah seorang “ Waliyullah” yang telah mencapai kedudukan mulia dekat dengan Allah SWT. Beliau termasuk salah satu Waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah pengembangan Islam dan kaum muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama “Murobi” dan panutan para ahli tasauf sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi semua kelompok manusia maupun jin.

Al Habib Abdullah bin Mukhsin. bin Muhammad. bin Abdullah. bin Muhammad bin Mukhsin bin Al-Quthb Husen bin Syekh Al Quthb Anfas Al Habib Umar bin Abdurrohman Al Aththas bin ‘Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seqqaf bin Muhammad maulad dawilah bin Ali maulad dark bin Alwy al-Ghayyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shahib marbath bin Alwy khali’ qatsam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-naqib bin Ali al-uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein as-sibth bin Ali bin Abi Thalib ibin Sayidatina Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW,  adalah seorang tokoh ruhani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “Ahli kasaf” dan ahli Ilmu Agama yang sulit ditandingi keluasan Ilmunya, jumlah amal ibadahnya, kemulyaan maupun budi pekertinya, pada zamannya.

 

Al-Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas dilahirkan didesa Haurah, salah satu desa di Al-Kasri, Hadhramaut, Yaman, pada hari selasa 20 Jumadil Awal 1265 H. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dari ayahnya Al-Habib Muchsin Al-Aththas.rhm, Beliau mempelajari Al-Quran dari mu’alim Syekh Umar bin Faraj bin Sabah.rhm. setelah menghatamkan Al-quran beliau diserahkan kepada ulama-ulama besar dimasanya untuk menimba ilmu Islam, dan Al-Habib Abdullah bin Muchsin Al-Attas pernah belajar kitab risalah Jami'ah karangan Al-Habib Ahmad bin Zen Al-Habsyi.ra, Kepada Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-‘Aydrus.rhm

 

Dalam Usia 17 tahun beliau sudah hafal Al Qur’an. Kemudian beliau oleh Ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya. Beliau dapat menimba berbagai cabang ilmu Islam dan Keimanan.

Diantara guru–guru beliau, salah satunya adalah As-sayid Al Habib Al Quthb Ghauts Abu Bakar bin Abdullah Al Aththas.rhm, dari guru yang satu itu beliau sempat menimba Ilmu–Ilmu rohani dan tasauf, Beliau mendapatkan do’a khusus dari Al Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Aththas, sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang patut. Diantaranya guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulya Quthb Al Habib Sholeh bin Abdullah Al-Aththas penduduk Wadi a’mad, Hadhramaut.

Beliau berguru kepada :

1. Syaikh Umar bin Faraj bin Sabbah 

2. Habib Abubakar bin Abdullah Al-Atthas 

3. Habib Sholeh bin Abdullah Al-Atthas, di desa Ammad, Hadramaut. 

4. Habib Ahmad bin Muhammad Alhabsyi 

5. Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus, di desa Burdi, Hadramaut, disini ia bermukim cukup lama untuk menuntut ilmu dan membaca beberapa kitab diantaranya  kitab yang dikarang oleh Habib Ahmad  bin Zain Alhabsyi. 

6. Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdor 

7. Habib Ahmad bin Abdillah Al-bar 

8. Syekh Abdullah bin Ahmad Baswedan, di Karbah, Hadramaut, ia juga bermukim disini. 

9. Syekh Muhammad bin Abdullah Basaudan.

 

Habib Abdullah bin Mukhsin al-Aththas pernah membaca Al-Fatihah dihadapan Habib Sholeh dan al-Habib Sholeh menalkinkan Al-Fatihah kepadanya. Al A’rif Billahi Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Habsyi, ketika melihat Al Habib Abdullah bin Mukhsin al-aththas yang waktu itu masih kecil, beliau berkata sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang mulya kedudukannya.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad Bin Zen Al Habsi kepada Al Habib Abdullah Bin A’lwi Alaydrus sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Muhdhor. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tingal di hadramaut seperti Al Habib Ahmad Bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan asar. Dan Syeh Muhammad Bin Abdullah Basudan. Beliau menetap di kediaman Syeh Muhammad basudan selama beberapa waktu guna memperdalam Agama.

Al Habib Abdullah bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad bin Zein Al Habsyi kepada Al Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus yang tinggal di Bur.

Beliau juga sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhor tinggal di kota Quwaireh di Lembah Do’an. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tinggal di Hadramauth seperti Al Habib Ahmad bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan atsar dan Syekh Muhammad bin Abdullah Basaudan, yang merupakan putra Imam Besar Syekh Abdullah bin Ahmad Basaudan yang tinggal di kota Khuraibah di lembah Do’an yang dikenal termasuk Sab’i Abdallah (Tujuh Abdullah) yang mana satu Abdullah diberi karomah oleh Allah SWT mampu mengajar dan mendidik umat muslim satu negeri. 

Ketujuh Abdullah tersebut adalah :

1. Habib Abdullah bin Husein bin Thohir

2. Habib Abdullah bin Umar bin Yahya

3. Habib Abdullah bin Husein Bil-Faqih

4. Habib Abdullah bin Ali bin Shahab

5. Habib Abdullah bin Abu Bakar Ba'Alawy

6. Syaikh Abdullah bin Salim bin Smeir Al-Hadrami

7. Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan

Beliau menetap di kediaman Syekh Muhammad Basaudan (Lembah Do’an) selama beberapa waktu guna memperdalam agama.

 

Pada tahun 1282 Hijriah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji yang pertama kalinya, selama ditanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan ulama-ulama Islam terkemuka. 

Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan ulama–ulama Islam terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke Negrinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari wali–wali yang terkenal.

Setelah dirasa cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa Desa dan beberapa Kota di Hadramaut untuk mengunjungi para Wali dan tokoh–tokoh Agama dan Tasawuf baik dari keluarga Al A’lwi maupun dari keluarga lain.

Pada tahun 1283 H, Beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulangnya dari Ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia untuk mencari karunia Allah SWT dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulya bagi seorang yang berjiwa mulya. Dengan izin Allah SWT, perjalanan mengantarkan beliau sampai ke Indonesia. beliau bertemu dengan sejumlah Waliyullah dari keluarga Al Alwi antara lain Al Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al Aththas.

Sejak pertemuanya dengan Habib Ahmad beliau mendapatkan Ma’rifat. Dan, Habib Abdullah Bin Mukhsin diawal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai Kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al Aththas anyak memberi perhatian kepada beliau sehinga setiap kalinya gurunya menunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Aththas.

Dalam setiap pertemuan Habib Ahmad selalu memberi pengarahan rohani kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin sehingga hubungan antara kedua Habib itu terjalin amat erat. Dari Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan didalam tulisan yang serba singkat ini.

Dalam perjalan hidupnya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas pernah dimasukan kedalam penjara oleh Pemerintah Belanda, mungkin pengalaman ini telah digariskan Allah. Sebab, Allah ingin memberi beliau kedudukan tinggi dan dekat dengannya. Nasib buruk ini pernah juga dialami oleh Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa Mashor yang telah memenjarakannya.

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah 

Dalam perjalanan hidupnya, beliau Al Habib Abdullah bin Muhchsin Alatas pernah dimasukkan kedalam penjara oleh pemerintah Belanda pada masa itu dengan alasan yang tidak jelas (difitnah). Selama dipenjara, kekeramatan beliau makin nampak yang mengundang banyak pengunjung untuk bersilahturahmi dengan beliau. Sampai mengherankan pimpinan penjara dan para penjaganya, bahkan sampai mereka pun ikut mendapatkan keberkahan dan manfaat dari kebesaran beliau.

Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung kerpenjaraan tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah dipenjara.

Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan dirawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman. 

 

Dalam kejadian di penjara, pada suatu malam pintu penjara tiba-tiba telah terbuka dan telah datang kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar bin Abdurrahman Alatas (Shohibul Ratib), seraya berkata,”jika engkau ingin keluar penjara keluarlah sekarang, tapi jika engkau bersabar, maka bersabarlah.”. Dan ternyata beliau memilih bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga, beliau telah datangi Sayyidina Al Faqih Muqaddam dan Syekh Abdul Qadir Jaelani. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih Muqaddam memberikan sebuah kopiah Al Fiyah kepada beliau, dan Syekh Abdul Qadir Jaelani memberikan surbannya kepada beliau. Ternyata di pagi harinya kopiah tersebut masih tetap berada di kepala al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Padahal beliau bertemu dengan al-Faqih al-Muqadam hanya dalam mimpi.

Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun mendapatkan berbagai kekeramatan yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti as-Sakran dan syekh Umar al-Muhdor

 

Diantara karomah beliau yang diperoleh, seperti yang diungkapkan : Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi.rhm (Surabaya). Bahwa Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas ketika mendapatkan anugerah dari Allah, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah SWT, hilang akan hubungannya dengan alam dunia dan seisinya. “ketika aku mengunjungi Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas dalam penjara, aku lihat penampilannya amat berwibawa, dan beliau terlihat diliputi akan pancaran cahaya ilahi. Sewaktu beliau melihat aku, beliau mengucapkan bait-bait syair Al Habib Abdullah Al Haddad, dengan awal baitnya :

 

"Wahai yang mengunjungi aku dimalam dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitnah… Selanjutnya kami saling berpelukan dan menangis."

 

Karomah, kemuliaan yang Allah SWT limpahkan kepada kekasih-Nya, Al Habib Abdullah bin Muchsin Alatas yang lain diantaranya adalah sewaktu dipenjara, setiap kali beliau memandang  borgol yang dibelenggu dikakinya, maka terlepaslah borgol tersebut.

 

Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh sipir untuk mengikat leher beliau dengan rantai besi, maka dengan izin Allah rantai itu terlepas dengan sendirinya, dan pemimpin penjara beserta keluarganya menderita sakit panas, sampai dokter tak mampu lagi untuk mengobati. Hingga akhirnya pimpinan penjara itu sadar bahwa sakit panas tersebut disebabkan karena telah menyakiti Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas yang sedang dipenjara. Lalu pimpinan penjara itu mengutus utusan untuk memohon doa agar penyakit panas yang menimpa keluarganya dapat sembuh, dan berkatalah Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas “ambillah borgor dan rantai ini, ikatkan di kaki dan leher maka akan sembuhlah dia” maka setelah itu dengan izin Allah penyakit pimpinan penjara dan keluarganya pun dapat sembuh.

 

Setelah beliau keluar dari penjara, beliau mencari tempat yang sunyi, yang jauh dari banyak orang, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lalu dipilihlah daerah Bogor (Empang), yang akhirnya Al Habib Abdullah bin Muchsin Alatas bertengger ditempat ini, beliau membeli tanah, membuat rumah sederhana dan beliau menyendiri sampai diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

 

Di dalamnya telah dikebumikan jasad-jasad auliya’, yakni al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas bersama dengan makam anak-anaknya yaitu al-Habib Muhsin bin Abdullah Alattas, al-Habib Zain bin Abdullah Alattas, al-Habib Husein bin Abdullah Alattas, al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas, Syarifah Nur binti Abdullah Alattas dan murid kesayangannya yaitu al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al-Haddad 

Perjalanan ke Empang

Dari sumber lain disebutkan, bahwa awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh Al Habibul Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW, entah apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esok harinya beliau berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas yang da dipakojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke Habib Husen di luar Batang, dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor. Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa,

Pada saat belau datang ke Empang Bogor, disana disebutkan bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang Diceritakan, ada kekeramatan yang lain terjadi pula ketika beliau tengah makan dipinggiran empang, kebetulan pada saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata “ Habib, kalau anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya..

Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas tengah makan dengan seekor ikan dan ikan itu tinggal separuh lagi. Maka Habib Abdukkah berkata” Yaa sama Anjul ilaman Tabis,” ( wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan yang tinggal sebelah lagi meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup dilaut.

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib Abdullah Bin Zen Al Athas. Didalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan zikir beliau. Bahkan disana terdapat peninggalan beliau seperti tempat tidur, tongkat , gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di Rabitoh”. Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama besar,

Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap maghrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas menganjurkan supaya tetap dibacanya.

Habib Abdullah mengadakan pengajian/majelis ta’lim  dirumah lalu di Masjid  yang didirikannya dekat rumahnya yang diberi nama  Masjid An-Nur. Muridnya banyak sekali, diantaranya adalah :

1. Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad, Bogor. 

2. Syekh Abdullah bin Muhammad Arfan Baraja’, yaitu sewaktu berkunjung ke Indonesia, dimana ia mencatat banyak nasehat-nasehat  dari habib Abdullah, kemudian kembali ke Tarim, Hadramaut dan wafat disana.

Hakikat Pengabulan Doa

SESUNGGUHNYA ketika engkau berdoa kepada Allâh Jalla wa ‘Alâ, maka Allâh menjawab doamu. Jika engkau berkata, “Wahai Tuhanku,” maka Dia berkata, “Labbaik hamba-Ku.” Setiap doa pasti dijawab oleh Allâh. Adapun mengenai permintaan yang kau ajukan dalam doamu, maka Allâh akan melihatnya terlebih dahulu. Jika yang kau minta itu baik dan bermanfaat untukmu, maka Allâh akan memberikannya. Tetapi, jika yang kau minta itu buruk dan tidak bermanfaat untukmu, maka Allâh tidak akan memberikannya. Allâh hanya akan memberikan sesuatu yang menurut-Nya baik untukmu, bukan sesuatu yang menurut-Nya buruk meskipun menurutmu baik. Sesungguhnya apa yang kau pinta itu akan Dia berikan sesuai dengan ilmu-Nya. 

Sebagai contoh, jika anakmu yang masih kecil yang kau sayangi datang menemuimu dan meminta sesuatu yang akan membahayakan dirinya sedangkan dia tidak tahu bahwa apa yang dia minta itu berbahaya baginya, apa yang akan kau lakukan? Kau akan mengabulkan permintaannya atau menolaknya? Dengan cara demikian sesungguhnya penolakanmu adalah sebuah pemberian, sebab engkau mencegahnya dari sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Begitulah perlakuan Allâh kepada hamba-hamba-Nya. Allâh selalu memilihkan yang terbaik bagi mereka, sebab Dia menyayangi mereka lebih daripada kasih sayang mereka kepada dirinya sendiri. Dan Dia lebih mengasihi mereka daripada kedua orang tua mereka.

Habib Abdullah Bin Al Aththas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturanan dalem Sholawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Aththas.

 

Habib Abdullah Bin Al Athas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturunan dalem Sholawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “ Dala’il Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.

 

Sampai pada hari selasa tanggal 29 bulan Dzulhijah 1351 H, diawal waktu dhuhur beliau dipanggil kehadirat Allah SWT. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya setelah sholat dhuhur. Tak terhitung jumlah manusia yang ingin ikut mensholatkan jenazah beliau, yang dimakamkan dibagian barat mesjid beliau. Sebelum wafat beliau yang dikarenakan flu ringan, kebanyakan waktunya ditenggelamkan dalam dzikirnya dan doanya kepada Allah SWT. Sampai beliau pulang kepangkuan Allah SWT.

Setiap tahunnya, di kawasan Empang Bogor selalu dibanjiri ribuan peziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Semua para pecintanya hendak menghadiri acara haul beliau. Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas diselenggarakan setiap tahunnya tanggal 23 Rabiul Awal (Bulan Maulud) di Jl. Lolongok kompleks Masjid Keramat an-Nur Empang Bogor.

Semoga kita semua mendapatkan keberkahan dari Al-Arifbillah Al-Quthb Aqthab Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas … amin…

Disarikan dari terjemah manaqib Al Habib Abdullah bin Muchsin Al-Aththas (Alwi bin Muhammad al-Hadad), dan wawancara “Gentra Madani” dengan Habib Hasan Bin Ja’far (Keturunan Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos)”.