Terhadap Orang Mati

Wahabi : Bagaimana pendapat saudara tentang orang yang minta tolong kepada orang yang sudah mati?

Sang Kiyai : Matinya seseorang itu tidak berati lenyapnya sama sekali dari ada menjadi tiada. Mati artinya ialah pindah dari alam dunia ke alam ghaib (alam kubur/alam barzakh). Dia itu tetap ada meski pada umumnya tidak kelihatan sekalipun. Semua almarhum itu masih ada dan hidup di alam lain. Islam meyakini itu, Islam bukan materialisme. Hidup di alam barzakh adalah hidup hakiki, hidup benar-benar, secara ghaib. Dalam suatu hadist shohih dikatakan bahwa malaikat memegang ruh orang-orang mu’min yang sudah sampai ajalnya dan berkata-kata kepadanya, sedang orang-orang yang ada di situ tidak dapat melihat dan mendengarnya, kemudian ruh itu keluar dari raganya dengan bercahaya dan mengeluarkan aroma wangi. Pedahal orang-orang di situ tidak dapat melihat atau mencium aroma wanginya, lalu naik oleh para malaikat, tetapi kemudian datang pula ia ke tempat matinya dan melihat raganya yang sedang dimandikan, dikafani,disholatkan, dan diusung, lalu dikubur dan sebagainya (lihat Muhammad Hasanain Makhluf al’Adawi al-Maliki; al-Matilibul-Qudsiyyah fi ahkamir-ruh wa asarihal-kauniyyah hal 111-112).

Karena itulah, maka Rasulullah SAW telah bersabda kepada sahabat-sahabatnya, kalau mereka mengunjungi pekuburan harus berkata kepada ahli kubur itu begini :”Assalamu’alaikum wahai penghuni tempat ini, muslimin dan muslimat, kamipun Insya Allah akan menyusul kalian. Kami mohon semoga Allah memberi kami dan kalian keselamatan” (Hadits Shohih Riwayat Muslim)

Jadi mereka mendengar kata-kata kita. Apabila kita meneliti hadits-hadits yang shohih dan pengalaman-pengalaman mimpi dan sebagainya, niscaya jelas bahwa almarhum- almarhum itu malah lebih leluasa berbuat apa-apa sebagai makhluk yang hidup; membaca Al-Qur’an, melakukan ibadah shalat, menyampaikan berita, pesan amanat dan nasihat, menolong dengan doa dan sebagainya, bahkan orang mukmin yang ada di alam barzakh itu dapat melakukan apa-apa yang ia dahulu tidak dapat melakukannya karena terbelenggu oleh raga kasar (lihat sumber tersebut hal 92).

Kita dapat berhubungan dengan mereka itu. Bebaskanlah jiwa kita dari belenggu materialisme.

Wahabi : Demi Ukhuwwah Islamiyyah, saya hormati pendirian saudara, meskipun saya sendiri berpendirian lain. Jelas ini adalah soal furu, bukan ushul.

( Begitulah orang-orang yang hatinya sudah tertutup oleh hawa nafsunya sendiri, sehingga apapun kebenaran yang disampaikan tetap saja mereka berkelit dan lari dari pertanyaan semula)

Wallahu ‘alam bish-showab

 

Sumber : Almaghfurlah KH Abdullah bin Nuh, pendiri Yayasan Al-Ghazaly kota Paris, Bogor