Menziarahi Kekasih Allah

Al-Kisah no.06 tahun 2010

Assalamu’alaikum wr wb

Pada suatu pengajian yang mulia Abuya Syaikh Abdul Jalil Thoyyi As-Sayyid, Kudus antara lain dikatakan, Syaikh Muhammad An Nawawi Al Bantani dan Syaikh Muhammad Cholil Al Bangkalani termasuk sadah, para sayyid keturunan Rasulullah SAW, yang harus kita ziarahi. Mohon penjelasan Habib.

Wassalmu’alaikum wr wb

Imam Surani,                                                                                                                                                    

sindurejo, purworejo.

 

Wa’alaikumsalam wr.b

Tanda cinta seseorang kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, diantaranya dengan mencintai para pewaris Nabi SAW, dari mulai para sahabat Nabi SAW sampai ulama-ulama dan para awliya’ pada masa sekarang ini. kewajiban menghormati mereka bukan sekedar berdasarkan sadah atau bukan. Sebab Allah Ta’ala dalam memberikan fadhal-Nya, keutamaan –Nya, kepada hamba-Nya sebagai wali-Nya. Siapapun yang dikehendaki Allah sebagai wali-Nya, jadilah. Sekali lagi, tidak terikat dari keturunan mana, atau siapa. Dan kewajiban kita adalah menghormati para waliyullah, yang notabene orang yang dekat dengan Allah dan Rasul-Nya.

Sang wali itu berasal dari kalangan sadah atau bukan, itu tidak penting, kita harus tetap menghormatinya. Yang namanya Awliya tidak harus dari keturunan atau keluarga Nabi. Allah Ta’ala berfirman,” Innama Yakhsyallah min ibadihil ulama. Ala inna auliya Allah la khaufun alaihim walahum yahzanun.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa bahwa para ulama dan awliya itu sangat umum, tidak harus dari kalanagan sadah. Adapun faktor sadah merupakan faktor pendukung.

Mereka sadah atau bukan, kewajibna kita adalah mencintai para ulama dan para awliya, pewaris Nabi SAW.

Sementara mengenai sadah, baik menjadi  wali Allah maupun tidak, kita tetap berkewajiban menghormati mereka. Sebab dalam tubuh mereka, yang disebut dzuriyah Rasulullah SAW, terdapat darah daging Baginda Nabi SAW. Mereka menjadi ulama ataupun tidak, kita tetap berkewajiban mencintai dan menghormati mereka.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah