Thariqah Naqshbandiyah

Peletak dasar Thariqah Naqsyabandiyah ini adalah Al-'Arif billah Asy­ Syaikh Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Bahauddin Syaah Naqsyabandy Al-Uwaisi Al-Bukhori radhliallahu 'anhu (717 - 865 H).

Tarekat/Thariqah/Tariqah Naqshbandiyah/Naqsyabandiyah merupakan salah satu Thariqahsufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Dagestan, Russia.

Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani ("Pembaru Milenium kedua"). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan Thariqah tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Thariqah Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati.

Kata Naqsyabandiyah/Naqsyabandi/Naqshbandi نقشبندی berasal dari Bahasa Arab iaitu Murakab Bina-i dua kalimah Naqsh dan Band yang berarti suatu ukiran yang terpatri, atau mungkin juga dari Bahasa Persia, atau diambil dari nama pendirinya yaitu Baha-ud-Din Naqshband Bukhari. Sebagian orang menerjemahkan kata tersebut sebagai "pembuat gambar", "pembuat hiasan". Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai "Jalan Rantai", atau "Rantai Emas". Perlu dicatat pula bahwa dalam Thariqah Naqsyabandiyah, silsilah spiritualnya kepada Nabi Muhammad adalah melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, sementara kebanyakan Thariqah lain silsilahnya melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhahu.

BELIAU adalah Imam Thariqah Hadhrat Khwajah Khwajahgan Sayyid Shah Muhammad Bahauddin an-Naqshband Al-Bukhari Al-Uwaisi Rahmatullah ‘alaih, dilahirkan pada bulan Muharram tahun 717 Hijrah bertepatan 1317 Masehi, yaitu pada abad ke 8 Hijrah bersamaan dengan abad ke 14 Masehi di sebuah perkampungan bernama Qasrul ‘Arifan berdekatan Bukhara. Ia menerima pendidikan awal Thariqah secara Zahir dari gurunya Hadhrat Sayyid Muhammad Baba As-Sammasi Rahmatullah ‘alaih dan seterusnya menerima rahasia-rahasia Thariqah dan Khilafat dari Syeikhnya, Hadhrat Sayyid Amir Kullal Rahmatullah ‘alaih. Ia menerima limpahan Faidhz (karunia-Nya) dari Hadhrat Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam terus menerusi Hadhrat Khwajah Khwajahgan ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih yang telah 200 tahun mendahuluinya secara Uwaisiyah.

Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah berkata: Pada suatu hari aku dan sahabatku sedang bermuraqabah, lalu pintu langit terbuka dan gambaran Musyahadah hadir kepadaku lalu aku mendengar satu suara berkata, “Tidakkah cukup bagimu untuk meninggalkan mereka yang lain dan hadir ke Hadhrat Kami secara sendirian?”

Suara itu menakutkanku hingga menyebabkan diriku lari keluar dari rumah. Diriku berlari ke sebuah sungai dan terjun ke dalamnya. Aku membasuh pakaianku lalu mendirikan Solat dua raka’at dalam keadaan yang tidak pernahku alami, dengan merasakan seolah-olah diriku sedang bersalat dalam kehadiranNya. Segala-galanya terbuka dalam hatiku secara Kasyaf. Seluruh alam lenyap dan diriku tidak menyadari sesuatu yang lain melainkan bershalat dalam kehadiranNya.

Aku ditanya, 'Mengapa engkau ingin memasuki Jalan ini?' Aku menjawab, 'Agar apa pun yang Aku katakan dan Aku kehendaki akan terjadi.' Aku dijawab, 'Itu mustahil. Apa pun yang Kami katakan dan apa pun yang Kami kehendaki, itulah yang akan terjadi.' Dan Aku berkata, 'Aku tak bisa melakukan hal itu. Aku harus diizinkan untuk berkata dan untuk melakukan apapun yang Aku suka, atau, Aku tak menginginkan Jalan ini.' Lalu Aku menerima jawabannya, 'Tidak bisa. Apapun yang Kami kehendaki untuk dikatakan dan apapun yang Kami kehendaki untuk terjadi pastilah terucapkan dan terjadi.' Lalu Aku berkata lagi 'Apa pun yang Aku katakan dan apa pun yang Aku kerjakan itulah yang pasti terjadi.'

Kemudian Aku pun ditinggalkan sendirian selama lima belas hari, hingga Aku menderita depresi yang luar biasa. Kemudian Aku mendengar sebuah suara, 'Wahai Baha'uddin, apapun yang kau inginkan, akan Kami kabulkan.' Aku amat bergembira. Aku berkata, 'Aku ingin diberi sebuah thariqat yang akan memimpin siapa pun yang berjalan di atasnya akan langsung menuju ke Hadirat Ilahi.' Dan Aku melihat suatu pemandangan yang agung dan sebuah suara berkata, 'Apa yang kau minta, telah dikabulkan.'

Beliau telah menerima limpahan Keruhanian dan prinsip dasar Thariqah Naqshbandiyah dari Hadhrat Khwajah ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih yang terdiri dari delapan prinsip yaitu:

Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah menambah tiga lagi prinsip menjadikannya sebelas iaitu:

 

Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah berkata, “Jalan Thariqah kami adalah sangat luar biasa dan merupakan ‘Urwatil Wutsqa (Pegangan Kukuh), dengan berpegang teguh secara sempurna dan menuruti Sunnah Baginda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Mereka telah membawa diriku ke jalan ini dengan Kekaruniaan. Dari awal hingga ke akhir diriku hanya menyaksikan Kekaruniaan Allah bukan karena amalan. Mengikuti jalan Thariqah kami, dengan amal yang sedikit, pintu-pintu Rahmat akan terbuka dengan menuruti jejak langkah Sunnah Baginda Rasulullah Sallahllu ‘Alaihi Wasallam.”

 

Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih mempunyai dua orang Khalifah besar iaitu Hadhrat Khwajah ‘Alauddin ‘Attar Rahmatullah ‘alaih dan Hadhrat Khwajah Muhammad Parsa Rahmatullah ‘alaih, pengarang kitab Risalah Qudsiyyah.

 

Beliau Imam Shah Naqshband adalah ibarat lautan ilmu yang tak bertepi dan dianugerahkan dengan mutiara-mutiara hikmah dari Ilmu Laduni. Dia menyucikan hati-hati manusia dengan lautan amal kebaikan. Dia menghilangkan haus sekalian Ruh dengan air dari pancuran Ruhaniahnya.

Dia amat dikenali oleh sekelian penduduk di langit dan di bumi. Dia ibarat bintang yang bergemerlapan yang dihiasi dengan mahkota petunjuk. Dia mensucikan Ruh-Ruh manusia tanpa pengecualian menerusi napasnya yang suci. Dia memikul cahaya Kenabian dan pemelihara Syari’at Muhammadiyah serta rahasia-rahasia MUHAMMADUR RASULULLAH.

 

Cahaya petunjuknya menerangi segala kegelapan kejahilan Raja-raja dan orang awam sehingga mereka pun datang berdiri di pintu rumahnya. Cahaya petunjuknya juga meliputi seluruh Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Dia adalah Ghauts, Sultanul Auliya dan rantai bagi sekelian permata Ruhani.

Semoga Allah Merahmatinya

Dijelaskan oleh Syaikh Abdul Majid bin Muhammad Al-Khoni.ra dalam bukunya Al-Hadaaiq Al-Wardiah bahwa Thariqah Naqsyabandiyah ini adalah thariqahnya para sahabat yang mulia radliallahu 'anhum sesuai aslinya, tidak menambah dan tidak mengurangi. Ini merupakan untaian ungkapan dari langgengnya (terus menerus-red) ibadah lahir- batin dengan kesempurnaan mengikuti sunnah yang utama dan 'azimah yang agung serta kesempurnaan dalam menjauhi bid'ah dan rukhshah (kemudahan/dispensasi) dalam segala keadaan gerak dan diam, serta langgengnya rasa khudlur bersama Allah ta'ala dan mengikuti Nabi SAW dengan segala yang beliau sabdakan dan memperbanyak dzikir qolby.

Dzikirnya para guru Naqsyabandiyah adalah qolbiyah (menggunakan hati). Dengan itu mereka bertujuan hanya kepada Allah ta'ala semata dengan tanpa riya ; dan mereka tidak menyatakan suatu perkataan dan tidak membaca suatu wirid kecuali dengan dalil atau sanad dari Kitab Allah ta'ala atau sunnah NabiNya, Muhammad SAW.

Asy-Syaikh Mushthafa bin Abu Bakar Ghiyatsuddin An-Naqsyabandi.ra menyatakan dalam risalahnya Ath-Thariqah An-Naqsyabandiyah Thariqah Muhammadiyah bahwa thariqah ini memiliki tiga marhalah;

a.               Hendaklah anggota badan kita berhias dengan dhohirnya syari'ah Muhammadiyah.

b.              Hendaklah jiwa-jiwa kita bersih dari nafsu-nafsu yang hina, yaitu hasad, thama', riya', nifaq dan 'ujub pada diri sendiri. Karena hal itu merupakan sifat yang paling buruk dan karenanya Iblis mendapatkan laknat.

c.               Berteman dengan para shodiqin (orang orang yang berhati jujur).   

            Thariqah Naqsyabandiyah ini mempunyai banyak cabang aliran thariqah di Mesir dan menyebar luas ke Iraq dan berpusat di Kota Arbil.