Takut Mati dan Selalu Gelisah

Assalamu’alaikum wr wb

Salam silaturahmi saya sampaikan kepada Habib  Luthfi beserta keluarga, semoga senantiasa mendapatkan curahan rahmat Allah SWT serta dijaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Habib Luthfi yang terhormat, saya ingin mengisahkan masalah yang tengah dialami oleh suami saya. Sudah beberapa bulan ini suami saya sering sekali mengalami ketakutan karena bisikan kematian. Sehingga ia terus menerus gelisah, kurang percaya diri, sampai-sampai keluar rumah sendiri pun takut.

Pada saat merasakan semua itu , suami saya juga merasakan sakit pada ulu hatinya, kepalanya pusing dan sekujur tubuhnya terasa dingin.

Beberapa ikhtiar medis sudah kami jalani, namun hasilnya nihil, tidak ada penyakit yang serius. Ia juga pernah dirawat dirumah sakit beberapa hari, tetapi dokter yang menanganinya pun bingung dengan diagnosisnya, karena semuanya bagus, tidak ditemukan penyakit. Berobat ke alternatifpun sudah kami jalani, tapi belum ada perubahan juga.

Mohon kiranya Habib bisa membantu memberikan solusinya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr wb

Wa’alaikumsalam wr wb

Allah Ta’ala berfirman, “kullu nafsin dzaa'iqatul maut” yang artinya, “setiap yang bernyawa pasti akan merasakan maut.” Masih banyak lagi firman Allah SWT dan juga hadits Nabi SAW yang menerangkan ihwal maut.

Siapa sih orang yang tidak takut mati? Saya kira, semua orang takut mati. Tapi intinya, bukan matinya yang  menjadi permasalahan. Karena mati itu  pintu untuk memisahkan jasad dan ruh. Ketika jasad dan ruh itu berpisah, mampukah ruh itu meninggalkan bekas atau suatu tanda kepada jasad bahwa ia pergi dengan husnul khatimah, membawa iman dan Islam-nya. Jika tidak su’ul khatimah. Inilah yang harus kita takuti.

Jadi, yang harus kita takuti bukan kematiannya. Apalagi sampai takut kepada segala hal, seperti keluar rumah sendiri.

Justru orang yang benar-benar takut kepada kematian akan memperbaiki dirinya sendiri. Memfokuskan diri untuk bertaubat, beribadah, bermunajat kepada Allah Ta’ala. Agar saat dipanggil keharibaan Allah, ia meninggalkan dunia fana ini dengan husnul khatimah.

Memang menggapai khusnul khatimah ini tidak mudah, harus dengan amal shalih. Begitu pula untuk menggapai rahmat Allah Ta’ala kelak dihari perhitungan, harus dengan amal shalih pula. Rahmat Allah SWT ini baru bisa diketahui pada saat Allah Ta’ala menimbang amal kita. Ketika itulah kita sadar muamalah yang menurut  kita luar biasa yang kita lakukan ketika kita masih hidup ternyata belum apa-apa dibanding rahmat Allah Ta’ala.

Yang  tadinya senang terhadap perbuatan maksiat menarik diri, agar dosa yang membebaninya tidak bertambah. Kemudian ia berupaya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala. Agar saat kematian, kita mengakhiri hidup kita dengan husnul khatimah dan ruh kita membawa iman , islam dan amal shalih kita.

Ketahuilah, yang bisa menyelamatkan diri agar terhindar dari su’ul khatimah adalah amal shalih kita sendiri termasuk doa.

Karena itu, Bu Munzilah, takut mati bukan untuk dipelihara, sehingga menempatkan diri dalam arti takut mati yang bukan pada tempatnya dan muncullah rasa was-was dan sebagainya.

Coba kita kembalikan kepada Allah SWT. Kita kembalikan kepada-Nya dengan menjalankan amal shalih, agar ma’rifat kita kepada Allah serta keyakinan dan ketawakalan kita kepada-Nya makin meningkat. Sebab, karena kurang kepasrahan diri inilah keyakinan kita semakin mengambang dan kita mau saja dibawa oleh rasa was-was yang didukung ketakutan yang tidak pada tempatnya.

Kalau orang takut mati, ia akan sadar ayat,”quu anfusakum wa ahliikum naaraa.” Artinya, ”peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”. Ayat ini memerintahkan kita agar menjauhkan keluarga kita dari perbuatan yang mengakibatkan mereka masuk neraka. Yang akibatnya kita pun harus mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan Allah Ta’ala.

Jadi orang yang takut mati seharusnya memperjuangkan diri dan keluarganya supaya selamat dari api neraka, memberikan contoh keteladanan untuk keluarganya.

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah