Ikhtitam Pengajian Ramadhan

Jika sholat diandaikan telor maka tarekat adalah untuk mengeraminya agar menetas menjadi; Inna Sholata tanha’ ‘ani al fakhsya wa al munkar, sesungguhnya sholat mencegah dari perbuatan tercela dan munkar. Selanjutnya karena ini adalah penutup dari kegiatan kita, bukan libur ya, tapi pengajiannya kita tunda sampai Ramadhan berikutnya, karena ini pengajian Ramadhanan, perlu saya sampaikan bahwa penyakit santri yang paling buruk adalah menyepelakaan guru, ustadz atau kiainya setelah mendapatkan guru yang lebih baik. Hasil yang didapat kemudian meski lebih mendalam dari yang disampaikan guru sebelumnya, tapi bukan untuk dibanding-bandingkan antar guru yang satu dengan yang lainnya, tetapi itu semua untuk menguatkan pemahaman dari yang disampaikan guru sebelumnya.

Kata Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad, ‘bukanlah seorang murid ketika ditanya siapa yang paling utama menurutnya, jika si murid tidak mengatakan bahwa gurunyalah yang paling utama, maka dia sesungguhnya bukanlah seorang murid, santri atau siswa. Kalau ada yang bertanya kenapa bukan Syaik Abdul Qadir al Jailani atau ulama-ualam terdahulu lainnya, jawabannya bukankah kita mengetahui segala kebesaran dan keistimewaan ulama Syaikh Abdul Qadir al Jailani dari guru-guru kita, kalau bukan dari guru-guru kita darimana, dari siapa.

Kalian semua harus khidmah, kalian harus nurut pada guru-guru kalian, kalian jangan berharap ditaati murid-murid kalian kelak kalau kalian tidak bisa dan tidak berusaha untuk mentaati guru-guru kalian saat ini. Khidmah itu ibarat mendapat sebuah delima yang didalamnya terdapat berlian dan permata. Khidmah itu pengertiannya umum, tidak hanya membetulkan sandal Kiai, menyediakan minum Kiai, tetapi setiap pagi kalian berangkat ke kelas untuk belajar niat mentaati guru itu sudah mentaati gurunya. Itu sudah khidmah, sebab belajar dengan baik dan benar adalah harapan gurunya, dengan melaksanakan itu santri sudah termasuk khidmah kepada gurunya.

Jadi kita harus menghormaati guru-guru kita, jadi jangan melihat kiai ikut politik, ini-itu. Kita jangan melihat itu. Lihat ke kiaiannya saja, jangan melihat yang lain.

Kemudian saya ijazahkan baca sholawat 300 kali, mau yang panjang atau yang pendek terserah yang penting jangan sholawat yang ada ismu al A’dzomnya (Sholwat seperti itu masing-masing harus diijazahkan terlebih dahulu). Seperti ya Wahid ya Ahad antusholia... dll, nah kalau yang seperti itu jangan. Kedua bacalah ya Lathifu sebanyak 129 kali bakda Maghrib dan Subuh.

Sore sebelum penutupan dilaksanakan 25/08, para santri ziarah ke Makam Al Habib Hasyim bin Umar bin Yahya Sapuro, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Athas Sapuro, Al Habib Abu Bakar bin Yahya Geritan, Karang Anyar. Peserta yang belum pulang masing diberi waktu untuk mengaji oleh Al Habib Luthfi pada dini hari hingga jam 10 pagi. Sampai jumpa di Ramadhan yang akan datang.

(Demikian diantara yang disampaikan beliau dalam pengajian penutupan pada tanggal 25 Agustus 2011) [Tsi]