Kyai Idris bin ilham

Kyai Idris bin ilham dilahirkan pada tahun 1810 di Buaran, Pekalongan. Beliau adalah salah satu dari 40 murid pertama dan utama dari Syaikh Haji Ahmad Rifa’i. selain terkenal alim juga masyhur sebagai seorang hafidh ( hafal al-qur’an )

Setelah cukup belajar di pesantren kalisalak yang di asuh Syaikh Haji Ahmad Rifa’i tibalah saatnya mengamalkan ilmunya, berbeda dengan teman seangkatannya yang hendak mengembangkan kitab tarjamah di daerah asalnya, kyai idris bertekad berdakwah diluar daerahnya, diambillah daerah jawa barat sebagai tujuan dakwahnya.

Setelah mendapat restu dari orang tua dan gurunya Syaikh Haji Ahmad Rifa’i. sekitar tahun 1850 berangkatlah kyai idris beserta keluarganya, dalam perjalanan sempat beristirahat dibeberapa tempat, seperti plumbon, palimanan dan singgah di arjawinangun, di kampung ini sudah ada warga tarjumah yang berasal dari pekalongan. Setelah dirasa cukup istirahatnya, dilanjutkanlah pejalanan kafilah kecil ini, ke arah utara melewati gegesik, jagapura dan kedokanbunder, sampai disini belok ke barat dalam jarak 3 km sampai didesa regasana, kecamatan karangampel, kabupaten indramayu.

Di kampung inilah kyai idris untuk pertama kalinya mendirikan pemukiman baru lengkap dengan pesantren dan langgar (musholla), santrinya mulai berdatangan dari kampung sekitar seperti dari jambe,larangan,tinumpuk,dukuhjati dll.

Karena berbagai pertimbangan, kyai idris ingin memindahkan pesantrennya dari desa regasana, dipilihlah desa sukalila jaraknya 10 km dari regasana. Pesantren pun berkembang pesat di pemukiman baru ini, akhirnya sebagian murid-muridnya dierintahkan membuka pemukiman baru di sebelah selatan sungi cimanuk yang hanya terhalang sungi saja dari desa sukalila. Pemukiman baru tersebut dinamakan sukawera.

Sampai hari tuanya kyai idris masih aktif mengajar santri-santrinya di sukalila, tapi keadaan pesantren semakin sepi, karena sebagian besar jamaahnya pindah ke sukawera. Akhirnya sekitar tahun 1895 kyai idris wafat dan dimakamkan di lingkungan pesantrennya di sukalila.Tanah bekas kompleks pesantren tersebut kini tinggal kenangan, hanya ada dua buah kuburan yang menjadi saksi sejarah, bahwa ditampat itu pernah berdiri pesantren, makam itu adalah makam kyai idris dan kyai kayin kakak kandungnya.