Bisakah Menghapus Dosa Dengan Zikir?

Al-Kisah no.20/2004

Assalamu’alaikum Wr Wb

 

Sering kita membaca sejarah para wali dalam kisah hidupnya sebelum menjadi wali. Ada diantaranya yang melakukan dosa besar, baik kepada Allah maupun sesama manusia. 

Singkat kata, akhirnya mereka bertobat. Tobat inilah yang menjadi akar permasalahannya. Sebab walaupun sudah bertobat secara total kepada Allah, dimungkinkan masih ada sisa-sisa dosa kepada sesama manusia, yang belum semuanaya terselesaikan atau bahkan termaafkan, mengingat besarnya dosa yang telah dilakukan. 

Apakah Allah SWT dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya akan mengangkat seseorang menjadi kekasih-Nya (wali) walaupun masih memiliki dosa dan noda yang belum seratus persen bersih? 

Selanjutnya, apakah hal itu merupakan makna dan tafsir dari hadis “likulli syai’in istiqalah wa stiqalatul qalbi bidzikrilah”, yang artinya, “setiap noda pasti ada alat untuk menghapusnya. Adapun alat untuk menghapus noda hati adalah seringnya melakukan zikir kepada Allah SWT.” 

Wassalum’alaikum Wr Wb. 

ACHMAD FATICH,

Kompleks Pondok Indah, Tiban, Batam Riau.

 

 

 

Wa’alaikumsalam Wr Wb 

Masalah dosa, itu mutlak hak Allah, bukan hak kita. Kalau Allah Ta’ala sudah memilihnya dan mengangkatnya, otomatis dosa itu akan hancur sendiri. Dan Dia, yang serba Maha dalam segala sifatnya, jelas lebih tahu kedudukan hamba yang akan diangkatNya.

Jadi tidak usah dipersoalkan. Kalau Allah mau mengangkat, apa susahnya sih mengampuni. Allah taala itu sangat mudah untuk mengampuni, bukan seperti kita.

Mengenai pendapat anda seputar zikir para wali, itu betul. Semua aulia dan para wali meskipun sudah tidak ada dosanya, tetap melaksanakan zikir kepada Allah. Yang namanya zikir itu, memiliki fungsi, pertama, menghapus dosa. Kedua, menghapus sifat-sifat yang tidak baik dan tidak terpuji, yang terdapat didalam hati. Dan yang ketiga, memoles hati yang sudah bersih, biar lebih bersih, sehingga keluar bintang bersinarnya. Itu terus berlangsung dan dilakukan agar bintang bersinar itu bertambah mekar dan selalu terjaga.

Demikian semoga Anda memahami. 

 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah