Sunan Gresik

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) adalah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota Gresik, Jawa Timur.

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim  disebut-sebut sebagai wali paling senior, atau wali pertama. Ada sejumlah versi tentang asal usul Syeikh Maghribi, sebutan lain bagi Sunan Gresik itu. Ada yang mengatakan ia berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat (India). Sumber lain menyebutkan ia lahir di Campa (Kamboja). Tapi yang pasti, Syekh Maulana Malik berasal dari bahagian barat Jawa, sama ada Asia Selatan, Timur Tengah, atau bahkan Afrika. Hal ini merujuk pada panggilannya yang lain, yakni Syekh Maghribi, yang bererti “guru dari Barat”.

Maulana Malik Ibrahim diminta ayahnya, Barebat Zainul Alam, agar merantau, berdakwah ke negeri selatan. Maka, bersama 40 anggota rombongan yang menyertainya, Malik mengarungi samudera berhari-hari. Mereka kemudian berlabuh di Sedayu, Gresik. Rombongan Malik kemudian menetap di Desa Leran, Ketika itu, Gresik berada di bawah Kerajaan Majapahit.

NAMA LAIN DARI MAULANA MALIK IBRAHIM, adalah:

1. Sunan Gresik

2. Sunan Tandhes

3. Sunan Raja Wali

4. Wali Quthub

5. Mursyidul Auliya' Wali Songo

6. Sayyidul Auliya Wali Songo

KELAHIRAN MAULANA MALIK IBRAHIM

Lahir di Samarqand, pada 9 Rabi'ul Awwal 1356 Hijriyyahh (819 Masehi). Wafat di Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Dan dimakamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik. Pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 Hijriah (1419 Masehi). Bukti ini nampak pada bingkai nisan Maulana Malik Ibrahim, terdapat pahatan ayat suci Al-Qur’an. Diawali dengan surat al-Baqarah ayat 225 yang lebih popular disebut ayat kursi, lalu surat Ali Imran ayat 185, Al-Rahman ayat 26-27, dan diakhiri dengan surat At-Taubah ayat 21-22. Menurut beberapa literatur yang saya teliti, nisan tersebut berasal dari Cambay, Gujarat dan nisan tersebutadalah persembahan Sultan Samudra Pasai sebagai tanda hormat atas keagungan sang Maulana Maulik Ibrahim.

Pada makam Maulana Malik Ibrahim, terdapat pula sebuah teks bertuliskan :

“Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran, dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahir penguasa dan urusan agama : Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya dan semoga menempatkannya di surga.”

Maulana Malik Ibrahim adalah cucu dari Wali Qutub [As-Sayyid Husain Jamaluddin]. Seorang Wali Allah yang menjadi Mufti dan Penasehat Kekhilafahan Turki Utsmani, yang dipimpin oleh Khalifah Muhammad I.

Ayah Maulana Malik Ibrahim adalah As-Sayyid Barakat Zainul Alam, Seorang Wali Allah yang memiliki paras yang tampan, dan mempunyai keahlian sebagai orator yang ulung dan memukau.

NASAB MAULANA MALIK IBRAHIM

Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini adalah:

As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah

ISTERI MAULANA MALIK IBRAHIM

Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama:

1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah

2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad

3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.

Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan 3 putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran), Utsman Haji (Sunan Ngudung)dan Sunan Geseng.

Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].

Dakwah As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim ditunjuk oleh kakeknya As-Sayyid Husain Jamaluddin (Penasehat Khalifah Muhammad I) untuk menjadi anggota dari WALI SONGO. Wali Songo adalah nama dari Gerakan Dakwah atau Majelis Dakwah, yang kawasan dakwahnya adalah wilayah Nusantara (yang sekarang disebut Asia Tenggara).

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 – 1435 M. Terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim,

2. Maulana Ishaq,

3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,

4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi

5. Maulana Malik Isra'il,

6. Maulana Muhammad Ali Akbar,

7. Maulana Hasanuddin Al-Kubro,

8. Maulana 'Aliyuddin Al-Kubro,

9. Syekh Subakir (Sayyid Muhammad Al-Baqir Azmatkhan),

Daerah yang pertama kali disinggahi oleh As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim adalah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Beliau lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan masjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

AQIDAH DAN MADZHAB FIQIH MAULANA MALIK IBRAHIM

Maulana Malik Ibrahim beraqidah Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah, Dalam urusan Fiqih bermadzhab Syafi’i. 

THARIQAHNYA MAULANA MALIK IBRAHIM

Maulana Malik Ibrahim merupakan Mursyid dari 9 Thariqah Mu’tabarah Wali Songo, yaitu:

1. Thariqah ‘Alawiyyah, 

2. Thariqah Qadiriyyah, 

3. Thariqah Naqsabandiyyah, 

4. Thariqah Syadziliyyah, 

5. Thariqah Sanusiyyah, 

6. Thariqah Mawlawiyyah, 

7. Thariqah Nur Muhammadiyyah, 

8. Thariqah Khidiriyyah, dan 

9. Thariqah Al-Ahadiyyah.

Thoriqoh Walisongo, yang sekarang dipimpin oleh Asy-Syaikh As-Sayyid shohibul Faroji Azmatkhan

PARA GURU DARI MAULANA MALIK IBRAHIM

1. Nabi Khidir (Guru yang datang secara ghaib)

2. As-Sayyid Husain Jamaluddin (Guru Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih)

3. As-Sayyid Ali bin Abdul Quddus (Mursyid/ Guru Bidang Tasawwuf)

4. As-Sayyid Barakat Zainal Alam (guru Bidang Hadits dan Ushulul Hadits)

5. As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar (Guru Bidang Dakwah dan Ushulud Dakwah)

6. As-Sayyid ‘Ali Nurul Alam (Guru Bidang Tata Negara Islam/ Fiqih Siyasah)

7. As-Sayyid Sultan Sulaiman Al-Baghdadi (Guru Bidang Tsaqafah Islamiyyah)

8. As-Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya’rani (Guru Bidang Tafsir dan Ulumul Qur’an juga Thariqah)

9. As-Sayyid Fadhal Sunan Lembayung (Guru Bidang Tasawwuf dan Akhlak)

PARA MURID DARI MAULANA MALIK IBRAHIM

1. As-Sayyid Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel)

2. Sharifah Dewi Condrowati (istri Sunan Ampel)

3. Sharifah Zainab binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar [Ibunda Sunan Kalijaga]

4. As-Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raja Pandita]

5. Wan Abdurrahman bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar (Thailand)

6. Wan Jamilah (Thailand)

7. Wan Yahya (Thailand)

8. Wan Muhammad Yasin (Thailand)

9. Wan Husain (Thailand)

10. As-Sayyid Abdullah Umdatuddin (Champa)

11. As-Sayyid Ibrahim bin Abdul Ghafur [Keponakannya]

12. As-Sayyid Shalih bin Abdul Malik [Datuk Shalih]

13. Kiai Gusti Agung Rama bin Sunan Kramasari

METODE DAKWAH DARI MAULANA MALIK IBRAHIM

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.

Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar. Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

WAFAT

Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 Masehi. Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:

Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.

Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.

Tiba di Gresik Syeikh Malik kemudian juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Di sana ia mulai melancarkan dakwahnya. Kedatangannya menyebarkan kesejukan bagi penduduk desa itu. Tak pernah tangannya berat untuk menolong orang. Ia juga mempunyai kepandaian mengobati berbagai penyakit.Sebagian besar masyarakat setempat ketika itu menganut Hindu, ”agama rasmi” Kerajaan Majapahit. Sunan melalukan sesuatu yang sangat sederhana: membuka warung. Ia menjual makanan dengan harga murah. Dalam waktu singkat, warungnya ramai dikunjungi orang. Syeikh Malik melangkah ke tahap berikutnya: menjadi tabib. Dengan doa-doa yang diambil dari Al-Quran, ia terbukti mampu menyembuhkan penyakit. Sunan Gresik pun seakan menjelma menjadi ”dewa penolong”. Apalagi, ia tak pernah mahu dibayar.

Di tengah komuniti Hindu di kawasan itu, Sunan Gresik cepat dikenal. Ia memperlakukan semua orang sama darjat. Beransur-ansur, jumlah pengikutnya terus bertambah. Setelah jumlah mereka makin banyak, Sunan Gresik mendirikan masjid. Ia juga merasa perlu membangun bilik-bilik tempat menimba ilmu bersama. Model belajar seperti inilah yang kemudian dikenal dengan nama pesantren. Dalam mengajarkan ilmunya, Syeikh Malik punya kebiasaan khas: meletakkan Al-Quran atau kitab hadis di atas bantal. Karena itu ia kemudian dijuluki ”Kakek Bantal”.

Setelah pengikutnya terus bertambah, Syeikh Malik merasa belum puas sebelum berjaya mengislamkan Raja Majapahit. Ia paham betul, tradisi rakyat Jawa yang akan selalu merujuk dan berteladan pada perilaku raja. Kerana itu, mengislamkan raja merupakan pekerjaan yang sangat strategik.

Tetapi Syeikh Malik tahu diri. Kalau dia terus berdakwah kepada raja, pasti tak akan diendahkan, karena maqamnya lebih rendah. Kerana itu ia meminta bantuan sahabatnya, yang menjadi raja di Cermain. Konon, Kerajaan Cermain itu ada di Persia. Sumber lain menyebutkan Kerajaan Cermain tak lain adalah Kerajaan Kedah, di Malasyia. Raja Cermain akhirnya datang bersama putrinya, Dewi Sari. Mereka disertai puluhan pengawal. Dewi yang berwajah elok itu akan dipersembahkan kepada Raja Majapahit. Dari sini, bercabang-cabanglah cerita mengenai ”Raja Majapahit” itu.. Ada yang menyebut raja itu Prabu Brawijaya V. Penguasa Majapahit itu akhirnya bersedia menemui rombongan Raja Cermain. Sayang, usaha mereka gagal total. Sang raja cuma mau menerima Dewi Sari, tetapi menolak masuk Islam. Sebelum pulang ke negerinya, rombongan Cermain singgah di Leran. Sambil menunggu perbaikan kapal, mereka menetap di rumah Sunan Gresik.

Malang tak bisa ditolak, tiba-tiba merajalelalah wabah penyakit. Banyak anggota rombongan Cermain yang tertular, bahkan meninggal. Termasuk Dewi Sari. Raja Cermain dan sebagian kecil pengawalnya akhirnya berjaya pulang ke negeri mereka. Sunan Gresik sendiri tak patah hati dengan kegagalan ”misi” itu. Ia terus melanjutkan dakwahnya hingga wafat, pada 1419 M.

KISAH BERAS DAN PASIR

Suatu hari dalam perjalanan dakwah ke sebuah dusun yang diberkahi dengan tanah subur, Syekh Maulana Malik Ibrahim bersama seorang muridnya singgah di sebuah rumah. Rumah itu milik orang kaya. Menurut desas-desus pemilik rumah itu amat kedekut.

Padahal si empunya rumah adalah orang berada yang memiliki bertan-tan beras. Halaman rumahnya luas. Di sana tersusun berkarung-karung beras hasil pertanian. Rupanya Syekh Maulana Malik Ibrahim ingin menemui si empunya rumah yang tak lain adalah salah seorang muridnya. Ia ingin menasihati muridnya agar meninggalkan sifat terkeji itu.

Orang kaya tersebut menerima dengan ramah kunjungan Syekh Malik. Dihidangkanlah jamuan yang baik bagi Syekh Malik. Sesaat berselang, datanglah seorang pengemis, perempuan tua, ke hadapan orang kaya itu.

“Tuan, saya lapar sekali, bolehkah saya minta sedikit beras,” ujar perempuan tua itu sambil menjeling beras yang berrada di halaman.

“Mana beras? Saya tidak punya beras, karung-karung itu bukan beras, tapi pasir,” ujar orang kaya itu.

Pengemis tua tertunduk sedih. Ia pun beranjak pergi dengan langkah kecewa. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Syekh Malik. Ternyata apa yang digunjingkan orang tentang kedekut muridnya ini benar adanya. Syekh Malik bergumam dalam hati, dan iapun berdo’a. Pembicaraan yang sempat tertunda dilanjutkan kembali.

Tiba-tiba ramah-tamah antara murid dan guru itu terhenti dengan teriakan salah seorang pembantu orang kaya itu.

“Celaka tuan, celaka! Saya tadi melihat beras, ternyata beras kita sudah berubah jadi pasir. Saya periksa karung lain, isinya pasir juga. Ternyata tuan, semua beras yang ada di sini telah menjadi pasir!”Pembantu itu dengan suara bergetar melaporkan.

Orang kaya itu terkejut, segera ia beranjak dari duduknya, dihampirinya beras-beras yang merupakan harta kekayaannya itu. Ternyata benar, beras itu telah berubah menjadi pasir. Seketika tubuh orang kaya itu lemas. Ia pun bersimpuh menangis.

Syekh Malik lalu menghampirinya. “Bukankah engkau sendiri yang mengatakan bahwa beras yang kau miliki itu pasir, kenapa kau kini menangis?” Syekh Malik menyindir muridnya yang kikir itu.

“Maafkan saya Sunan. Saya mengaku salah. Saya berdosa!” Si murid meratap bersimpuh di kaki Syekh Malik.

Syekh Malik tersenyum, “Alamatkan maafmu kepada Allah dan pengemis tadi. Kepada merekalah permintaan maafmu seharusnya kau lakukan,” ujar Syekh Malik lagi.

Penyesalan yang dalam langsung menyergap orang kaya itu. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri yang telah berbuat kezaliman. Kepada Syekh Malik ia berjanji akan mengubah semua perbuatannya. Ia mohon juga agar berasnya bisa kembali lagi seperti semula. Kekikirannya ingin ia buang jauh-jauh dan menggantinya dengan kedermawanan.

Syekh Malik kembali berdo’a, dan dengan izin Allah, beras yang telah berubah menjadi pasir itu menjadi beras kembali. Hidayah dan kekuatan yang berasal dari Allah memungkinkan kejadian itu.

Orang kaya tersebut tidak membohongi lisannya. Ia berubah menjadi dermawan, tak pernah lagi ia menolak pengemis yang datang. Bahkan ia mendirikan mushalla dan majelis pengajian serta fasilitas ibadah lainnya.

Itulah sekelumit kisah tentang Syekh Maulana Malik Ibrahim.

RUJUKAN :