Kewajiban paling utama: ilmu 3 (tamat)

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Kewajiban paling utama: ilmu 3 (tamat)

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Al-Imam Asy-Syafi’iy berkata: “Barangsiapa yang tidak cinta kepada ilmu maka ia tidak ada kebaikannya, dan janganlah ada hubungan pertemanan atau perkenalan antara engkau dan dia. Sebab orang yang tak mempelajari ilmu tidak mungkin ia tahu hokum ibadah dan menunaikan hak-hak ibadah. Walaupun seandainya seorang beribadah kepada Allah SWT seperti ibadahnya malaikat langit tanpa ilmu, maka ia termasuk orang yang merugi.”

Maka bergegaslah engkau wahai saudaraku untuk menuntut ilmu dengan cara membahas ilmu, menerimanya secara langsung dari ahli ilmu, dan mempelajarinya. Jauhilah olehmu rasa malas, dan bosan. Jika tidak maka engkau berada dalam bahaya kesesatan. Kita mohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dari hal itu.

Jika orang yang jahil / bodoh disibukkan dengan mencari dunia sehingga ia lupa mencari kebenaran dan ilmu agama maka berarti ia telah menyeret dirinya kepada murka Allah, Tuhan Penguasa seluruh alam ini, mereka rela dengan kerugian dan kerendahan derajat. Mereka tergolong dalam golongan orang yang dijelaskan oleh Allah Yang Maha Benar dalam firman-Nya:

Artinya: “…dan mereka puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempaatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus: 7 – 8)

Oleh karenanya seseorang tidak boleh duduk di pasar untuk berjual-beli hingga ia tahu hokum jula-beli sebelum ia menggelutinya. Itu masalah jual-beli, lalu bagaimanakah pendapatmu tentang seseorang yang berdiri di hadapan Tuhannya di siang dan malam hari untuk melaksanakan salat sedang dia tidak mengetahui apa yang wajib dalam salat, apa yang diharamkan, apa yang membuat salat itu sah, dan apa yang membatalkaannya, lalu mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat kebaikan. Sebagaimana engkau wajib mempelajari dari ilmu apa yang harus kamu ketahui, wajib pula atasmu untuk mengajarkan isteri dan anakmu, dan orang-orang yang beradaa di bawah kekuasaan / pengawasanmu baik laki ataupun wanita. Jika engkau tak dapat mengajari mereka maka hendaklah engkau menyuruh mereka keluar kepada ahli ilmu agar mereka mempelajari dari para ahli ilmu itu sekadar apa-apa yang wajib mereka ketahui. Jika tidak maka engkau berdosa dan mereka pun yang sudah mukallaf berdosa. Wajib pula bagi wanita mempelajari apa yang mereka butuhkan seperti pengetahuan tentang hukum haidh, dan semacamnya. Jika suaminya ternasuk orang yang mengerti maka wajib mengajarinya, jika tidak maka sang isteri boleh keluar untuk mempelajari hal-hal yang wajib diketahuinya itu, dan tak boleh suaminya itu mencegahnya. Isteri tak boleh keluar ke majlis zikir atau majlis ta’lim yang mempelajari ilmu yang tidak wajib diketahuinya kecuali atas izin suaminya. Rasululloh SAW bersabda:

لاَ يَلْقَى اللهَ أَحَدٌ بِذَنْبٍ أَعْظَمَ مِنْ جَهَالَةِ أَهْلِهِ

Artinya: “Tidaklah seorang menghadap Allah dengan membawa suatu dosa yang lebih besar dari kebodohan keluarganya (akan ilmu agama).”

Al-Imam Al-Ghozzaliy berkata dalam kitab Ichyaa’-nya: “Diriwayatkan bahwa yang pertama kali menahan seseorang diakhirat adalah isteri dan anaknya maka mereka memberhentikannya di hadapan Allah SWT, mereka berkata: “Wahaai Tuhan kami mabillah hak kami darinya sebab dia tidak pernah mengajarkan kepada kami apa yang kami tidak mengetahuinya, dan dia memberi kami makanan yang haram sedangkan akmi tidak mengetahuinya.” Maka Allah pun menghukum orang tersebut.”

Adapun keutamaan ilmu tiddak terbatas dan tidak terhitung, akan tetapi itu semua adalah keutamaan ilmu yang disertai dengan amal. Jika tidak diamalkan maka ilmu itu akan menjadi pembawa malapetaka bagi pemiliknya. Sebab diriwayatkan dari Rasululloh SAW, beliau bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ مِمَّا يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهَ اللهِ تَعَالَى لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ غَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa yang mencari ilmu yang seharusnya ia mencari keridhoan Allah dengannya namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta benda duniawi maka ia tidak akan mendapatkan wanginya surga pada hari kiamat.”

Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang bernama Watsilah bin Al-Asqo’ R.A bahwa Rasululloh SAW bersabda:

كُلُّ عِلْمٍ وَبَالٌ لِصَاحِبِهِ إِلاَّ مَنْ عَمِلَ بِهِ

Artinya: “Setiap ilmu akan menjadi petaka bagi pemiliknya kecuali ilmu yang diamalkan.”

 

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!