A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
Rasulullah Hadir itu Bukan Khayalan
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
amma ba'du,
Ketika kita bersholawat kepada Rasulullah Saw maka pada majelis itu Rasulullah hadir. Dan barang siapa yang berada di suatu tempat di mana Rasulullah hadir maka keseluruhan ruang tersebut bebas dari adzab. Orang barangkali tidak mempercayai kalau Rasulullah itu hadir dengan beranggapan beliau sudah wafat. Jasad atau badan-nya sudah pulang menyatu kembali dengan hakikatnya yakni tanah. Akan tetapi ruh atau ruhani Rasulullah tetap hidup dan hadir. Kita tidak bisa memandang Rasulullah dengan kaca mata materialisme bahwa segala sesuatu harus bisa dilihat dengan mata wadag, bahwa semuanya harus bisa dipanca-indrai dan bahwa kalau segalanya tak bisa dipanca-indrai maka sesuatu itu tak ada alias tak maujud, melainkan harus dengan kaca mata ruhaniah. Dengan demikian ketika kita mendengar kalimat bahwa Rasulullah hadir kita tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang khayal atau mustahil.
bukan suatu khayalan wahai orang yang lalai. Mereka yang bangun dalam majlis tersebut mengambil suatu waktu untuk menghayati kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم yang pada hakikatnya (kehadiran Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم) adalah sepanjang masa dalam kalangan umat Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم. Mereka yang berdiri dalam majelis-majelis maulid dan sebagainya (khsusunya di mahal al-qiyam-berdiri) berusaha untuk menzahirkan rasa penghormatan dalam menghayati kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم
Banyak sudut dan bukti kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam kehidupan umat Islam secara umum, maka ada tiga sudut.
Pertama: Kehadiran Hati Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم Terhadap Umat Islam Sebelum Kelahiran Mereka.
Sedangkan hati Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم sentiasa hadir mengingati kita sebelum kelahiran kita (seluruh umat Islam), bagaimana hati Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم tidak hadir mengingati kita pula setelah kelahiran kita, dalam seluruh kehidupan kita?
Ada sebuah hadits menyebut cinta dan kerinduan khusus Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم - kepada umatnya yang terkemudian (yaitulah kita yang lahir setelah kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم):
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أتى المقبرة فقال السلام عليكم دار قوم مؤمنين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون وددت أنا قد رأينا إخواننا قالوا أولسنا إخوانك يا رسول الله قال أنتم أصحابي وإخواننا الذين لم يأتوا بعد
Dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه Maksudnya:
bahwa Rasulullah telah pergi ke kawasan perkuburan dan bersabda: “Sejahtera ke atas kamu (penghuni) negeri orang-orang yang beriman. Sesungguhnya kami dengan kehendak Allah akan menyusuli kamu. Amat ingin di hatiku seandainya dapat kita melihat saudara-saudara kita”. Sahabat bertanya: “Apakah kami ini bukan saudara-saudaramu ya Rasulullah?” Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم menjawab: “Kamu semua adalah sahabat-sahabatku. Sedangkan saudara-saudara kita adalah (orang-orang mukmin) yang belum muncul (orang-orang beriman tanpa pernah melihat Rasulullah)”
[Hadits riwayat Imam Muslim no: 367. Begitu juga diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah no: 4296 dan Imam An-Nasa’ie no: 150. Ia juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’ no: 53 sebagaimana dalam Al-Muntaqi]
Alangkah malangnya bagi mereka yang tidak pernah mencoba untuk menghadirkan Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam satu saat pun daripada kehidupan mereka, sedangkan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم menghadirkan kita semua dalam kehidupan Bagindaصلى الله عليه وآله وصحبه وسلم
Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم, sendiri menghayati kehadiran kita sebelum kelahiran kita, bagaimana kita tidak berusaha untuk menghayati kehadiran Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم setelah kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم?
Kedua: Kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam segenap kehidupan umat Islam setelah kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم bersabda:
حياتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم ووفاتي خير لكم تعرض علي أعمالكم فما كان من حسن حمدت الله عليه وما كان من سيء استغفرت الله لكم
Maksudnya: Hidupku adalah kebaikan bagi kamu dan wafatku adalah kebaikan juga bagi kamu (semua), karena segala amal kamu sentiasa diperlihatkan kepadaku, maka apa saja amal yang aku dapati baik, aku ucapkan: Alhamdulillah, dan apa saja amal kamu yang aku dapati buruk, aku memohon keampunan Allah untuk kamu.
[Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami daripada Sayidina Anas r.a., Imam Al-Harith r.a. daripada Sayidina Anas r.a. juga dengan sanad yangmursal. Diriwayatkan juga dalam Kasyf Al-Khafa’ oleh Imam Al-‘Ajluni (19/11). Begitu juga diriwayatkan dalam Musnad Al-Harith (m/s: 969). Diriwayatkan juga dalam Al-Fath Al-Kabir (2/68) pada hadits no: 5886 dengan sanad Mursal. Begitu juga no: 5887. Imam Ibn Hajar Al-Haithami menegaskan bahwasanya perawi-perawi hadits ini adalah berderajat sahih. Imam As-Suyuti juga meriwayatkannya dalam Al-Marasil (no: 11337 dan 11338). Selain sanad-sanad mursal yang kuat, Imam Al-Bazzar juga meriwayatkannya secara bersambung kepada Sayidina Abdullah bin Umar dengan sanad yang kuat (no: 1723)]
Hadits ini menunjukkan kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam kehidupan para umatnya dan sentiasa memerhatikan dan mengetahui perihal umat Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم walaupun setelah kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Dalam riwayat lain, amalan-amalan umat Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم akan dibentangkan diperlihatkan pada setiap malam Senin dan Kamis.
Ini menunjukkan betapa Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم memang telah hadir dalam kehidupan umat Islam dengan kehadiran yang hanya diketahui oleh Allah s.w.t. dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم saja. Namun, sudah pastilah rasa penghormatan yang coba diungkapkan oleh para umat Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم juga sampai kepada Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Di zaman serba moden ini, alangkah anehnya jika ada orang yang masih menganggap jarak sesuatu tempat menjadi penghalang terhadap suatu hubungan kehadiran antara kedua belah pihak, sedangkan banyak alat-alat telekomunikasi dan komunikasi yang menghubungkan dua orang daripada dua tempat yang sangat jauh jaraknya, yang mana mereka boleh saling memperlihatkan penghormatan kepada sesama mereka dari tempat mereka, lalu sampai kepada teman mereka masing-masing. Seumpama, seorang pekerja saja boleh menzahirkan penghormatan kepada tuannya/atasannya melalui alat komunikasi walaupun dipisahkan oleh jarak yang jauh, sama halnya seperti hubungan dengan panggilan video, teleconference atau sebagainya.
Bagaimana dengan kemajuan teknologi seperti ini, seseorang masih lagi tidak dapat menerima hubungan para pencinta Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم yang menzahirkan penghormatan mereka dalam sesuatu majelis di negara-negara yang jauh, dengan Bagindaصلى الله عليه وآله وصحبه وسلم di Al-Madinah Al-Munawwarah sedangkan alam ruh itu sendiri tidak dibatasi oleh dimensi seperti alam jasmani dan sebagainya.
Pelajaran daripada Kisah al-Utbi
Daripada Imam al-'Utbi [Abu 'Abdul Rahman Muhammad bin 'Abdullah atau 'Ubaidillah bin 'Amr bin Mu`awiyah bin 'Amr bin 'Utbah bin Abu Sufyan Sakhr bin Harb yang lebih dikenali sebagai Imam al-'Utbi] di mana dia telah berkata: “Adalah aku satu ketika duduk di samping kubur Junjungan Nabi صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم, maka telah datang seorang A'raabi (penduduk kampung) mengucapkan salam kepada Junjungan Nabi صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dengan katanya: “Salam kesejahteraan bagimu, wahai Rasulullah, aku telah mendengar Allah Ta`ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوۤاْ أَنْفُسَهُمْ جَآءُوكَ فَٱسْتَغْفَرُواْ ٱللَّهَ وَٱسْتَغْفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُواْ ٱللَّهَ تَوَّاباً رَّحِيماً
[Dan kalaulah mereka ketika menganiayai diri mereka sendiri (dengan membuat dosa dan kesalahan) datang kepadamu (wahai Nabi) lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah juga memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. – Surah an-Nisa’: 64]
Dan aku telah mendatangimu dalam keadaan memohon keampunan dari segala dosaku dan mengharapkan syafaatmu kepada Tuhanku.”
Lalu dia melantunkan beberapa bait syair seperti berikut:-
يا خير من دفنت بالقاع اعظمه * فطاب من طيبهن القاع والأكم
نفسي الفداء لقبر انت ساكنه * فيه العفاف وفيه الجود و الكرم
Maksudnya:
Wahai manusia terbaik bersemadi dalam bumi jasadnya
Maka harumlah lembah dan bukit dengan keharumannya
Jiwaku jadi tebusan kubur yang engkau penghuninya
Dalamnya ada (pribadi) yang suci, pemurah lagi mulia
Al-'Utbi meneruskan ceritanya: “Kemudian, dia berpaling meninggalkan maqam Junjungan Nabi صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم, tiba-tiba dua mataku mengantuk, lalu aku bermimpi melihat Junjungan Nabi صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam tidurku dan baginda bersabda kepadaku: “Wahai 'Utbi, segera pergi berjumpa A'rabi itu dan khabarkan berita gembira kepadanya bahawa Allah telah mengampuninya.”
[Dinukilkan dari kitab al-Adzkar oleh Imam an-Nawawi; Fasal Mengenai ziarah kubur Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam- Halaman 206, Dar al-Fikr Beirut- 2002M/1422H. Kisah ini ini sangat masyhur dan dinukilkan oleh para ulama didalam kitab-kitab mereka sepertimana yang aku nyatakan diatas.]
Kisah ini diriwayatkan oleh seorang ulama' besar dalam bidang hadits yang sangat mementingkan sumber-sumber yang sahih dalam periwayatan yaitu al-Imam An-Nawawi رحمه الله.
Maka, ini adalah sebahagian daripada contoh di mana Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم hadir dalam kehidupan para pencinta secara khusus dan umat Islam secara umumnya.
Ketiga: Kehadiran Khusus Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم Terhadap Mereka yang Berselawat Ke Atas Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم
Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم juga hadir menerima selawat-selawat yang disampaikan oleh umat Bagindaصلى الله عليه وآله وصحبه وسلم setelah kewafatan Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم. Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ سَلَّمَ عَلَيَّ إِلا رَدَّ اللَّهُ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلامُ
Maksudnya: "Tiadalah seseorang yang menyampaikan salam ke atasku melainkan Allah s.w.t. akan mengembalikan rohku sehingga aku menjawab salam ke atasnya".
[Hadits ini diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahuyah (atau Rahwaih) dalam musnadnya dengan sanad hasan (perawi-perawi Imam Muslim) no: 460, Imam Ahmad dalam Musnadnya (no: 10591) dengan sanad hasan yang sama, Imam Abu Daud dalam Sunannya dan sebagainya daripada Sayidina Abu Hurairah رضي الله عنه.]
Dalam riwayat lain, Sayidina Ibn Abbas r.a. berkata:
لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلَّى عَلَيْهِ صَلاةً إِلا وَهَي تَبْلُغُهُ , يَقُولُ لَهُ الْمَلَكُ : فُلانٌ يُصَلَّى عَلَيْكَ كَذَا وَكَذَا صَلاةً
Maksudnya: "Tiadalah seseorang daripada Umat Muhammad صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم berselawat ke atas Baginda - صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم melainkan ia akan sampai kepada Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم lalu malaikat berkata kepada Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم: "Si fulan berselawat ke atasmu dengan begini dan begini..."
Ini menunjukkan bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم berinteraksi secara langsung dengan umat Islam yang menyampaikan salam dan selawat ke atas Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم ataupun melalui perantaraan malaikat, namun tetap saja bentuk amalan yang dilakukan oleh mereka yang menyampaikan salam dan selawat kepada Bagindaصلى الله عليه وآله وصحبه وسلم sampai kepada Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Maka, mereka yang berdiri dalam majelis maulid ketika menyampaikan ucapan salam dan puji-pujian akan kehadiran Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam kehidupan manusia, telah menghayati betapa penghormatan dalam ucapan mereka itu sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم sama dengan kehadiran roh Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم ke dalam majelis -majelis tersebut ataupun sampai kepada Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم yang berada di Al-Masjid An-Nabawi.
Al-Muhim (yang penting), penghayatan mereka betapa mereka diperhatikan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم ketika mengungkapkan kegembiraan dan penghormatan tersebut adalah berlandaskan nash-nash syara 'yang telah disebutkan dan banyak lagi yang tidak sempat disebutkan di sini.
Bagi mereka yang tidak mendalami nash-nash syara' (Dalil Syariat) seperti ini secara menyeluruh atau pikirannya terbatas dengan kebiasaan adat yang sempit, meskipun dengan ledakan teknologi telekomunikasi saat ini, kemudian mengingkari praktek berdiri ketika membaca puji-pujian dan sambutan dalam maulid yang menjadi simbol kehormatan dan kegembiraan yang disampaikan kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم, maka kita harus menginsafi betapa mereka jauh dari penghayatan terhadap kehadiran Baginda Nabi Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dalam kehidupan umat Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم.
Biarlah para pencinta mengungkapkan cinta dan rindu mereka kepada Sayidina Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم dengan cara yang sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam sama sekali.
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!