Mengenai Amal

Riwayat-riwayat yang berbicara tentang amal sangat banyak. Cukup dipaparkan sini salah satu hadis yang mencakup semua itu, Insya Allah, sebagai bekal kita di dalam beramal ibadah shaleh kepada Allah SWT. 

Ibnu al Mubarak .ra telah meriwayatkan dalam sanadnya dari seseorang yang berkata kepada Sahabat Mu'adz.ra, "Ceritakan padaku hadist yang engkau dengar dari Rasulullah SAW." la melanjutkan, "Mu'adz.ra pun menangis sampai aku menganggap ia tak akan berhenti." Kemudian Mu’adz.ra berkata, "Betapa aku rindu pada Rasulullah SAW dan betapa aku ingin menjumpainya." Lalu katanya, Rasulullah SAW, pernah berkata padaku:

Wahai Mu'adz, aku ingin mengungkapkan sesuatu padamu. Jika engkau betul-betul memperhatikan ucapanku ini, pasti ia akan bermanfaat bagimu dipaparkan sisi Allah. Tapi, Jika engkau mengabaikannya, kau tak punya hujjah(alasan) apa pun dipaparkan sisi Allah SWT pada hari kiamat. Wahai Mu'adz, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menciptakan tujuh malaikat sebelum menjadikan langit dan bumi, untuk tiap langit ada satu malaikat, dan pada tiap pintu ada Penjaganya dari mereka. Malaikat pencatat amal, mencatat amal hamba dari pagi hingga sore, kemudian amal dibawa naik ke langit yang bercahaya bagaikan matahari, hingga sampai dipaparkan dilangit dunia, dengan perkiraan cukup baik dan banyak. Malaikat penjaga pintu itu berkata kepada malaikat pencatat amal, "Berhentilah dan lem­parkanlah amal tersebut ke muka orangnya! Aku meng­urus masalah ghibah (membicarakan aib orang/gossip). Allah memerintahkanku untuk tidak membiarkan amal orang yang berghibah melewatiku."

Lalu ada yang lain lagi, malaikat pencatat amal itu membawa naik amal hamba bercahaya terang sehingga sampai ke langit  kedua. Tiba-tiba malaikat penjaga langit kedua tersebut ber­kata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka orangnya! ia beramal untuk mencari kemewahan du­nia. Aku bagian urusan kemewahan dunia. Aku ditugaskan Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewatiku. la telah berbangga kepada manusia dalam majelis-majelis mereka."

Kemu­dian naiklah malaikat pencatat amal dengan membawa amal hamba yang bersinar karena sedekah dan sembahyang, sehingga malaikat tersebut kagum. Ketika sampai di langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga langit tersebut berkata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka orangnya! Aku mengurusi bagian sombong. Allah Azza Wa Jalla telah me­merintahkanku untuk tidak membiarkan amalnya me­lewatiku. Orang itu beramal tetapi menyombongkan diri kepada orang-orang di majelis-majelis mereka.

Kemudian para malaikat pencatat amal membawa amal orang yang berkilauan cahayanya bagaikan bintang karena tasbih, salat, puasa, haji, dan umrahnya sampai ke la­ngit keempat. Tapi tiba-tiba malaikat penjaga langit itu berkata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka, punggung dan perut orangnya! Aku mengurus bagian 'ujub. Tuhan menyuruhku supaya tidak membiarkan amalnya melewatiku. Jika beramal, maka ia memasuk­kan rasa bangga diri(`ujub) di dalamnya.

Kemudian datang malaikat pencatat amal membawa amal hamba sampai ke langit kelima, bagaikan pengantin yang di­hantar oleh istrinya. Tiba-tiba malaikat penjaga langit itu berkata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka orangnya, dan pikulkan di atas bahunya! Aku mengurus masalah dengki. Dia dahulu dengki pada orang yang belajar dan beramal seperti yang ia lakukan. la selalu dengki pada mereka yang ahli ibadah. Tuhanku, Allah SWT memerintahkanku untuk tidak membiarkannya melewatiku.

Kemudian datang malaikat pencatat amal membawa amal hamba yangr bersinar seperti sinarnya matahari karena salat, zakat, haji, umrah, jihad, dan puasa. Ke­tika sampai ke langit keenam, tiba-tiba malaikat penjaga langit tersebut berkata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka orangnya! Dia tidak memiliki rasa kasih sayang sama sekali pada hamba Allah (sesama manusia makhluk ciptaan-Nya) yang terkena musibah atau penyakit. Bahkan ia mengejeknya. Aku malaikat yang mengurus bagian kasih sayang. Allah, telah menyuruh aku supaya amalnya tidak melewatiku."

Kemudian datang malaikat pencatat amal dengan membawa amal hamba berupa puasa, salat, infak, jihad, dan sikap wara’. Amal itu bersuara seperti suara lebah, dari cahaya bagaikan kilat. Bersamanya juga ada ribuan malaikat. Ketika sampai ke langit ketujuh, tiba-tiba malaikat penjaga langit tersebut berkata, "Berhentilah dan lemparkan amal itu ke muka orangnya! Pukul semua ang­gota badannya dan tutup hatinya! Aku malaikat yang menutup jalan menuju Tuhan terhadap amal yang bu­kan karena Allah. Sebab dalam beramal, dia hanya menginginkan kedudukan di kalangan para fuqaha (ahli agama), agar disebut-sebut di antara para ulama, dan agar suara­nya didengar di berbagai kota. Allah telah menyuruh­ku supaya tidak melepaskan amal itu melewatiku. Se­tiap amal yang tidak tulus karena Allah SWT semata, maka ia terma­suk riya’. Sementara Allah tidak menerima amal orang yang riya'.

Kemudian datang malaikat pencatat amal membawa amal hamba yang berupa salat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, diam dan zikir. Amal itu diantar oleh malaikat langit yang tujuh, semuanya sehingga tersingkaplah baginya semua hijab penutup antara ia dengan Allah. Dia berada di hadapan-Nya sementara para malaikat bersaksi atas amal perbuatan salehnya yang ikhlas ka­rena Allah SWT. Tiba-tiba Allah SWT. berfirman, "Kalian para malaikat yang mencatat amal hamba-Ku, dan Aku Yang Maha Mengawasi hatinya. Dia tidak beramal untuk ke­ridhaan-Ku tapi ia beramal untuk selain-Ku. Karena itu, ia pantas mendapat laknat-Ku." Lalu semua malaikat berkata, "Selayaknya ia mendapat laknat-Mu dan laknat kami." Lalu penduduk langit dan bumi memberikan laknat padanya."

 

Kemudian Mu' adz.ra menangis histeris dan bertanya, "Ya Rasulullah, aku hanyalah Mu'adz. Bagaimana aku bisa selamat darinya?"

Jawab Nabi SAW, "Wahai Mu'adz,

1.    ikutilah jejakku walaupun pada amalmu ada kekurangan.

2.    Peliharalah lidahmu jangan sampai menjatuhkan saudaramu, khususnya ahlul Qur'an.

3.    Hendaknya engkau ingat dosa-dosamu dan jangan kamu tanggungkan dosa itu pada orang lain (yakni jika kamu bersalah, jangan mengkambing-hitamkan orang lain).

4.    Jangan mencela mereka. (sesama makhluk Allah)

5.    Jangan memuji dirimu dengan menjelekkan orang lain.

6.    Jangan engkau masukkan amal dunia ke dalam amal akhirat.

7.    Jangan bersikap riya.

8.    Jangan sombong da­lam majelismu sehingga orang lain waspada terhadap buruknya akhlakmu.

9.    Jangan engkau menyeru seseorang sedangkan di sisi engkau ada orang lain. (berbisik-bisik jika hanya ada 3 org)

10.                  Jangan ber­bangga diri di hadapan manusia sehingga dengan de­­mikian kebaikan dunia dan akhirat terputus darimu.

11.                  Jangan memecah belah orang dengan lidahmu karena dengan demikian anjing-anjing neraka pada hari kiamat akan merobek-robekmu. Allah SWT berfirman, "Mereka yang menarik dengan keras" (Q.S. an-Nazi’at: 2). Apakah engkau tahu, wahai Mu'adz, siapa mereka? Mereka ada­­lah anjing-anjing di neraka yang menarik daging orang-orang yang suka mengadu domba dari tulangnya."

Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, siapa yang mampu melakukan itu semua dan siapakah yang akan se­lamat?"

Beliau SAW menjawab, "Wahai Mu'adz, ia mudah bagi yang diberi kemudahan oleh Allah Azza Wa Jalla. Cukup bagimu dari itu semuanya dengan mencintai manusia se­bagaimana engkau mencintai dirimu. Juga, engkau tidak menyukai sesuatu menimpa mereka sebagaimana eng­kau tak suka kalau hal itu menimpa dirimu. Dengan begitu, engkau akan selamat."

 

(Bidayatul Hidayah, Imam Al-GHazali.rhm)

 

wal 'afu minkum, wamin Allah at taufiq wa bihurmati Habib wa bihurmati FATIHAH !!!