Nabi Shaleh.as

Shaleh (Bahasa Arab صالح, Al Kitab: Shelah) (sekitar 2150-2080 SM) adalah salah seorang nabi dan rasul dalam agama Islam yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah yakni bagi menunjukkan kebesaran Allah kepada kaum Tsamud. Malangnya kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Shaleh, mereka membunuh unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang menyebabkan tubuh mereka hancur berai.

Nama Shaleh kemungkinan besar berasal dari sejarah Petra Se'lah yang berarti "batu" dalam bahasa Ibrani, yang lain meyakini bahwa namanya berasal dari bahasa Arab "صالح" (Sali'h) yang berarti "orang baik".

Salleh bin Ubaid bin 'Ashif bin Masih bin 'Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki dua orang adik yang bernama Aanar dan Ashkol.

Tsamud adalah suku yang merupakan bagian dari bangsa Arab oleh ahli sejarah dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran bernama "Al Hijr" terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa karena dilanda angin topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Hud.

Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh suku Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan ternak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang rata dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alam dan mengaku bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.

Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkorban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera.

Dakwah kepada kaum Tsamud

Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh di sisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.

Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.

Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. 

Ia menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Dia berharap yang kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan bersungguh-sungguh apa yang dia serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.

Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya kerana seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragui kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."

Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksaan dan azab dari Allah kerana menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allah-lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.

Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahawa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak sedar yang engkau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.

Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai balasan atas usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."

Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.

Mukjizat Saleh

Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.

Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.

Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.

Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini." Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.

Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.

Unta Nabi Saleh dibunuh

Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya yang akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.

Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.

Dengan bantuan tujuh orang lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat dimana biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.

Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."

Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."

Ada kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.

Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.

Turunnya azab Allah yang dijanjikan

Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur, wajah mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.

Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum kelompok sembilan orang yaitu kelompok pembunuh unta merancang melakukan pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.

Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang datang dari langit dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.

Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.

Kisah Nabi Saleh.as dalam al-Quran

Kisah Nabi Saleh telah diceritakan dengan 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A'raaf, ayat 73 hingga 79, surah Hud'" ayat 61 hingga ayat 68 dan surah Al-Qamar'" ayat 23 hingga ayat 32.

Pengajaran dari kisah Nabi Saleh

Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat yang negatif dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya.

Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur, bahkan tersapu bersih di atas bumi kerana dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa orang pembunuh unta Nabi Saleh. Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf, nahi mungkar. Ini kerana dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan perlindungan kita, kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu.

Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.

=============================================================================================================

Nabi Shaleh diutus Allah kepada Tsamud. Nabi shaleh adalah nabi kedua setelah Hud yang berbahasa arab dan diutus di tengah-tengah bangsa arab. Jika kaum ‘Aad tinggal di selatan kawasan arab, maka nabi Shaleh mendiami kawasan utara jazirah arabia, antara Hijaz (Mekkah, Medinah, Thaif) dan Syam. Kawasan Al Hijr lembah al Qura.

Dalam perjalanan perang Tabuk, Rasulullah melewati kawasan ini. Rasulullah melarang sahabat untuk memasuki kawasan dan meminum air dari kawasan tersebut. Adapun jika ada keperluan memasukinya maka harus masuk dalam kondisi menangis. Jika tidak masuk dalam keadaan menangis maka akan tertimpa seperti apa yang menimpa Tsamud.

Membaca kisah Tsamud memerlukan berbagai pisau analisa atas apa yang terjadi. Karakter masyarakat Tsamud yang digambarkan Al Qur’an yaitu suatu sikap dan perilaku yang melampaui batas-batas.  Apakah yang dimaksud dengan sikap melampaui batas ini? Saya justru menemukan suatu sikap dan perilaku setengah-setengah. Masyarakat Tsamud adalah masyarakat yang mengikuti selera hawa nafsu mereka. Namun hal itu mereka lakukan dengan sedikit ketakutan pada hal-hal bersifat magic, maka di suatu titik mereka terkadang mengikuti perintah nabi mereka, tetapi tidak mengikuti dengan keta’atan dan totalitas. Mari kita mulai kisah ini dari masa sebelum nabi shaleh diutus ke tengah-tengah mereka.

Kaum Tsamud diberikan usia panjang, bahkan dikatakan lebih panjang dari ‘Aad. Tinggal di  kawasan gunung berbatu menyebabkan kesulitan material bermutu untuk membangun rumah. Berbeda dengan ‘Aad yang bumi mereka mengandung pasir berkualitas tinggi yang memudahkan teknologi bangunan berkembang pesat. Kualitas bangunan yang dihasilkan kaum Tsamud selalu mendahului usia mereka yang panjang. Jika mereka membangun rumah dengan kualitas paling hebat yang mereka sanggup, maka rumah tersebut akan rusak dan roboh sedang usia mereka masih panjang.

Tata kelola kota pun akhirnya dibuat sedemikian rupa. Kantor-kantor pemerintahan, tempat berunding dan menerima tamu berupa istana dibangun didataran yang mudah. Adapun rumah dibangun dibukit dengan teknologi membelah, mengukir batu, mendesain gunung menjadi rumah-rumah.

“(wahai kaum tsamud) : dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti kebudayaan ‘Aad dan memberikan kekuasaan bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (al ‘Araaf : 74)

Kemampuan menaklukan bebatuan dan mendesain gunungbatu menjadi rumah yang nyaman untuk ditempati membuat kaum Tsamud sangat congkak. Mereka merasa paling terdepan dalam teknologi, menemukan suatu cara hidup yang berbeda dari yang dikenal. Seni memahat yang dikuasai dengan baik menghantarkan Tsamud pada penyembahan apa yang mereka cipta dari ukiran batu. Disini kita melihat bahwa hasil karya masterpiece bisa jadi melahirkan kekaguman yang berujung pada penyembahan, hingga dibuat upacara-upacara ritual untuk mengagungkan apa yang dihasilkan.

Teknik memecah batu yang mereka miliki adalah dengan kapak, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang sangat dihormati adalah kekuatan fisik. Terdapat delapan orang yang kemudian mendominasi masyarakat karena kekuatan fisik yang dimilikinya. Dominasi ini merajai segala bidang, semua hal yang terjadi pada kaum Tsamud diukur dari selera delapan orang ini. Maka potensi dahsyat  yang dimiliki sebagian masyarakat lainnya menjadi potensi yang termarginalkan.

Masyarakat Tsamud adalah cerminan masyarakat yang tidak sehat. Masyarakat yang takut kepada segelintir orang. Sikap yang menyebabkan apapun yang dilakukan kedelapan orang itu, benar ataupun salah, tidak ada seorangpun yang berani memperbaikinya. Kekuatan ternyata melenakan, Delapan orang ini senantiasa bersatu padu dalam setiap keputusan dan berbuat sewenang-wenang ditengah masyarakat.

Kaum Tsamud tinggal dikawasan sedikit air, mereka hanya memiliki satu sumber air. Maka peraturan yang berlaku adalah pemenuhan kebutuhan 8 orang jawara dan kemudian barulah giliran masyarakat lainnya.

Masyarakat yang sakit, sakit dari sisi psikologis, sakit dari sisi ritual, sakit secara sosial. Kepada masyarakat Tsamud yang demikian kemudian Allah mengutus nabi Shaleh.

“dan kepada Tsamud, (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah bumi dan menjadikan kamu dapat mengelolanya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat dan juga mengabulkan do’a HambaNya.” (Hud :61)

 

Sebagai masyarakat sakit yang diliputi rasa takut pada apa yang dinamai kekuatan dan kekuasaan, disebabkan delapan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi sekehendak mereka, maka syi’ar yang dikumandangkan Shaleh adalah bahwa Allah adalah pemilik Kasih Sayang yang mengabulkan do’a-do’a. Shaleh datang dengan harapan keluar dari segala macam belenggu rasa takut.

Shaleh sebelum diutus menjadi Rasul adalah pemuda kuat yang menjadi tumpuan masa depan Tsamud. Kebaikannya dicintai delapan pemimpin dan juga disukai kaum yang termarginalkan. Akan tetapi kaumnya ingkar tatkala Shaleh memulai seruan agar kaumnya mempercayai konsep kenabian, bahwa ia adalah manusia yang diutus Allah untuk menyeru agar mereka hanya menyembah Allah jua, dan tidak menyembah selainNya.

“kaum Tsamud berkata: “Hai shaleh, Sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara Kami yang Kami harapkan, Mengapakah kamu melarang Kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami? dan Sesungguhnya Kami betul-betul dalam keraguan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami, agama yang meragukan.” (Hud : 62)

“Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku anugerah kenabian dari-Nya, Maka siapakah yang akan menolong aku dari siksa Allah jika aku mendurhakai-Nya. sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian” (Hud 63)

Para pemuka kaum berunding. Jika benar Shaleh utusan Allah yang menciptakan semesta, maka semestinya Shaleh datang dengan keajaiban-keajaiban. Pandangan kaum Tsamud terhadap Allah adalah sama seperti kaum ‘Aad. Allah adalah pencipta semesta yang tidak melakukan apapun sesudahnya, urusan bumi menjadi urusan manusia, maka manusia bebas menyembah apa saja yang dikehendakinya, terutama menyembah hasil karyanya sendiri.

Menjelang hari raya yang mereka miliki, Pemuka Tsamud menantang Shalih agar datang dengan keajaiban-keajaiban. Dan mereka pun akan mencoba meminta keajaiban datang pada mereka. Jika Tuhan-tuhan mereka mengabulkan maka merekalah yang berada dalam kebenaran. Tetapi jika Shalih yang datang dengan keajaiban berarti Shalih yang benar dan mereka pun akan percaya dengan kenabian Shalih.

Do’a kaum Tsamud pada Tuhan-tuhan mereka adalah do’a yang sia-sia. Lalu mereka menyaksikan mukjizat Allah bagi nabi Shaleh, yaitu unta merah muda yang keluar dari dalam batu.

“Hai kaumku, Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat yang menunjukkan kebenaran untukmu, sebab itu biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa siksa yang dekat.” (Hud : 64)

“dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shaleh. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, Maka biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (al ‘Araaf:73)

 

Kesepakatan telah dibuat, para pengaju tantangan mesti mempercayai konsep kenabian, dan meninggalkan Tuhan-tuhan yang selama ini mereka sembah. Mereka mesti menyembah Allah.

Beberapa saat mereka mengikuti perintah nabi Shalih, tetapi keta’atan setengah-setengah. Keta’atan yang tampak dipermukaan semata. Padahal sesungguhnya mereka tetap mencari jalan untuk kesenangan mereka. Nabi Shalih melakukan pembagian jatah air minum

“Shaleh menjawab: “Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar”. (asy Syu’ara ; 155-156)

Kaum Tsamud menta’ati aturan ini, dengan berbagai makar, diantaranya adalah jika tiba hari giliran minum unta, maka mereka memeras susu unta hingga kering kerontang. Mengisi persediaan air minum dengan susu unta.

Keta’atan yang tidak bertahan lama, para pemuka kaum mulai gelisah dengan keta’atan ini. Mereka mulai ingin menentang, namun keajaiban unta menahan laju pembangkangan.

Suatu ketika nabi Shaleh menyampaikan bahwa unta akan dibunuh oleh seorang bayi yang terlahir dengan ciri-ciri fisiknya mengumpulkan warna-warna : pirang, biru, merah menyala dan merah.

Kaum Tsamud bertekad mencari bayi-bayi yang bersifat demikian.Delapan orang yang berkuasa bertekad membunuh bayi-bayi yang memiliki ciri-ciri fisik seperti yang disebutkan nabi Shalih. Mereka mendapati bahwa ternyata cucu-cucu mereka yang memiliki ciri-ciri fisik demikian. Mereka pun membunuh semua bayi-bayi itu kecuali seorang bayi yang merupakan cucu dari dua orang anggota kelompok delapan ini.

Dua orang dari kelompok ini masing-masing memiliki seorang anak laki-laki dan yang lainnya memiliki anak perempuan, dan mereka menikahkan keduanya. Saat melihat bayi yang menggemaskan, dua orang kakek tidak tega membunuh cucu mereka, dan membiarkannya hidup, meski bayi tersebut memiliki ciri fisik sebagaimana yang diucapkan nabi Shalih.

Bayi yang semakin hari semakin menampakkan keajaiban, bayi tersebut tumbuh dengan cepat, hitungan hari menjadi hitungan bulan, bulan menjadi tahun. 6 orang lainnya yang cucu-cucu mereka telah dibunuh, menyesal dengan pembunuhan yang telah terjadi. Mereka menyalahkan nabi Shalih.

Suasana psikologis masyarakat terbelah menjadi dua, pendukung delapan pemimpin, dan pendukung nabi Shalih. Kedua kelompok melakukan perang dingin adu opini

“dan Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada Tsamud saudara mereka Shaleh yang menyeru: “Sembahlah Allah”, dan mereka menjadi dua golongan yang bermusuhan” (an Naml :45)

Para pendukung nabi shalih berkata bahwa pembunuhan para bayi bukan dikarenakan nabi Shalih, melainkan suatu ujian akan keta’atan kepada nabi yang akan melahirkan keberkahan hidup. Jika mereka menjalankan petunjuk nabi Shaleh dengan keimanan dan keta’atan maka tidak akan terjadi tragedi demikian. Akan tetapi delapan orang perkasa dari Tsamud menjalankan perintah nabi Shaleh bukan karena keimanan, tetapi karena takut kehilangan unta yang memberikan air susu bagi seluruh penduduk Tsamud. Disinilah letak titik kesalahan lebih mencintai sumber kemakmuran daripada menyayangi keturunan karena Allah.

Delapan pemimpin dan pendukungnya semakin marah dengan opini yang menyebar. Mereka yang sebelumnya setengah percaya pada kenabian nabi Shalih kini membuat opini bahwa Shalih bukanlah nabi, karena ia datang dengan perintah sial.

Ucapan yang menyakitkan bagi para pendukung nabi Shalih, mereka mengatakan kekafiran kepada kenabian Shalih hanya akan mendatangkan bencana. Para kaum kafir kemudian menantang “Datangkan saja bencana, jika Shalih sungguh seorang nabi”

Nabi Shalih berduka melihat apa yang terjadi pada kaumnya. Seluruh kaumnya lupa tentang esensi ajaran yang ia dengungkan tentang penyembahan Allah, kasih sayang dan do’a-do’a. Perspektif yang dibangun masyarakat Tsamud tetap perspektif yang jauh dari 3 seruan utamanya.

 

“Shalih berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum kamu minta kebaikan? hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat kasihsayang”. (an Naml :46)

Seruan yang bagi kaum kafir adalah seruan omong kosong, bagaimana mungkin Shalih menyerukan kasih sayang, padahal menjadi penyebab pembunuhan keturunan mereka.

“mereka kaum kafir menjawab: “Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu”. Shaleh berkata: “Nasibmu ada pada sisi Allah, bukan Kami yang menjadi sebab, tetapi kamu kaum yang diuji”. (an Naml :47)

Suasana malah semakin memanas, Sembilan orang meningkatkan penindasan kepada kalangan beriman, dengan semena-mena berbuat kerusakan dimuka bumi. Bahkan merencanakan pembunuhan nabi Shalih.

“dan di kota itu, ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.  mereka berkata pada sesama mereka : “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya bahwa kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar, dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari “. (an Naml : 48-50)

Usaha pembunuhan Shalih tidak berhasil,. Allah menimpakan batu-batu besar pada sembilan orang yang bersepakat membunuh Shalih. Usaha makar kini beralih kepada unta. Unta mukjizat kini telah beranak. Mereka akhirnya bersepakat mebunuh unta induk, dan berharap unta anaknya akan memberi berkah dikemudian.

Sembilan orang berusaha membunuh dan tidak berhasil, hingga akhirnya salah seorang diantara mereka berhasil membunuh unta dari arah atas.

Ketika unta telah terbunuh, kesembilan orang diliputi perasaan bersalah. Diantara mereka pergi kepada Shalih mengabarkan apa yang terjadi dan berusaha cuci tangan dan menyandarkan kesalahan kepada satu orang yang melakukan eksekusi.

Tatkala nabi Shalih mendengar berita, beliau memerintahkan mencari anak unta, dan melihat reaksi dari anak unta. Semoga saja jika ada ‘itikad baik merawat anak unta, Allah akan mengampuni dan memberi kesempatan.

Sementara mereka yang menyombongkan diri, penyesalan hanya hadir sebentar saja. Setan menggoda untuk memiliki perspektif lain. Alih-alih bertaubat dan memohon ampunan Allah, yang kemudian berkembang adalah sikap menantang

“kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka Berlaku angkuh terhadap perintah tuhan. dan mereka berkata: “Hai shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada Kami, jika (betul) kamu Termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. (al ‘Araaf:77)

Ketika anak unta ditemukan didatangkan ke lapang dan ia melihat mayat ibunya, anak unta tersebut menangis dan menjerit tiga lengkingan. Nabi Shalih bersedih dengan ini. Itu adalah suatu pertanda bahwa adzab akan segera hadir, satu lengkingan unta berarti satu hari penangguhan adzab. Maka ada waktu tiga hari sebelum adzab hadir.

Masyarakat yang bebal dan tidak sehat. Lupa akan semua yang diajarkan nabi Shalih tentang kasih sayang, permohonan ampun dan taubat. Masyarakat Tsamud dilanda kegelisahan menanti kedatangan adzab. Nabi Shalih menyampaikan bahwa wajah mereka akan dihari pertama akan menguning kemudian memerah dan kemudian menghitam.

Putus asa melanda masyarakat Tsamud, hingga mereka berguling-guling ditanah dengan mata terbelalak menanti datangnya adzab. Tiga hari berlalu mereka mengamati dari arah manakah adzab akan datang apakah dari langit atau dari tanah. Maka di hari keempat tatkala mereka berada di rumah-rumah mereka, Allah mendatangkan suara dengan frekuensi yang tidak dikenal sebelumnya, suatu frekuensi suara yang menyebabkan jantung pecah.

Adzab yang menimpa seluruh bangsa Tsamud dimanapun ia berada, kecuali mereka yang beriman dan seseorang yang saat itu sedang berada di Mekkah bernama Abu Righal. Status Mekkah sebagai tanah haram lah yang menyelamatkan Abu Righal.

“Maka tatkala datang siksa Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan kasih sayang dari Kami dan kami selatkan mereka dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa” (Hud :66)

Kisah yang mengajarkan banyak hal tentang bagaimana mengimani, mempercayai atau meyakini sesuatu. Ia adalah harus kepercayaan dengan totalitas dan prasangka yang baik. Keyakinan yang harus selalu kita jaga adalah bahwa Allah penuh kasih sayang, bahwa Allah sangat dekat dan mengabulkan setiap permohonan. Namun Allah juga menguji apakah benar kita sungguh-sungguh meyakini?

Jangan menjadi seperti kaum Tsamud, kaum yang memiliki persepsi yang tidak benar terhadap Allah dan nabiNya, bersegera memohon keburukan dan tidak memiliki harapan hidup yang baik.