Nabi Muhammad saw akan hadir saat Malaikat mencabut nyawa kita

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim

Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin

Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.

Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

amma ba'du,

Para Ulama-ulama yang shalih adalah orang-orang yang terbimbing perilaku dan ucapannnya dengan Hidayah dari Allah Ta’ala sehingga mereka sangat takut kepada Allah untuk berbohong, bahkan kepada binatang pun mereka tidak mau berbohong apalagi berdusta atas nama Nabi Muhammad SAW

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمآءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan: “Sesungguhnya aku mengira bahwa terlupakannya ilmu karena dosa, kesalahan yang dilakukan. Dan orang alim itu adalah orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal. 28).

Dalam Islam sangat banyak para Ulama-ulama shalihin yang bermimpi bertemu Baginda Nabi Rasulullah SAW, bahkan mendapatkan petunjuk atau isyarat untuk melakukan atau berucap hal-hal tertentu , (seperti dzikir,shalawat,doa dll). 

Ada riwayat hadist yang membenarkan (haq) bagi siapa yang bermimpi Nabi bahwa mimpi itu adalah sebuah kebenaran/kenyataan dan benar-benar batinnya melihat beliau karena syaitan tidak di izinkan oleh Allah SWT untuk datang dalam mimpi seseorang dengan mengaku sebagai Nabi Muhammad SAW, berdasarkan hadis riwayat al-Bukhari dari Abû Hurairah:

من رآني في المنام فسيراني في اليقظة ولا يتمثل الشيطان بي

“Siapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar. Dan syetan tidak dapat menyerupai diriku.”

Hadis riwayat Muslim dan Abû Dâwûd melalui jalur Abû Hurairah ra. Berikut teks hadis tersebut:

مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَسَيَرَانِى فِى الْيَقَظَةِ أَوْ لَكَأَنَّمَا رَآنِى فِى الْيَقَظَةِ لاَ يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِى

            “Siapa yang melihatku saat mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan sadar atau seakan-akan ia telah melihatku. Dan syetan tidak bisa menyerupai diriku.”

ditambah dengan riwayat lain yang Nabi SAW menyebutkan bahwa sebagian Mimpi orang mukmin itu adalah bagian (kecil) dari bagian-bagian wahyu dari Allah/nubuwah.

صحيح البخاري ٦٤٧٣: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ

وَرَوَاهُ ثَابِتٌ وَحُمَيْدٌ وَإِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَشُعَيْبٌ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Qaza’ah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Az Zuhri dari Sa’id bin Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mimpi seorang mukmin adalah bagian dari enam atau empat puluh enam bagian kenabian.” Dan hadits ini diriwayatkan oleh Tsabit, Humaid, Ishaq bin Abdullah dan Syu’aib dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR Bukhari)

صحيح مسلم ٤٢٠٣: و حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ الْخَلِيلِ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ يَرَاهَا أَوْ تُرَى لَهُ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ مُسْهِرٍ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ

Dan telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Al Khalil; Telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin Mushir dari Al A’masy; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair; Telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mimpinya orang muslim adalah yang dia lihat, atau yang diperlihatkan kepadanya. Dan di dalam Hadits Ibnu Mushir; “Mimpi yang baik adalah bagian dari empat puluh enam kenabian.” (HR Muslim)

Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan bahwa makna dari “Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku” adalah barangsiapa yang melihatku disaat mimpi maka sungguh dia telah melihatku yang sebenarnya dengan sempurna tanpa adanya keraguan dan kesangsian terhadap apa yang dilihatnya bahkan dia adalah mimpi yang sempurna. Hal ini dikuatkan oleh dua buah hadits dari Abu Qatadah dan Abu Said “maka sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar bukan yang batil.

Al Hafizh menambahkan bahwa maksudnya adalah barangsiapa yang melihatku disaat tidur dalam bentuk (rupa) yang bagaimanapun maka hendaklah orang itu bergembira dan mengetahui bahwa dia telah melihat yang sebenarnya dan mimpi itu berasal dari Allah swt dan bukanlah mimpi yang batil karena sesungguhnya setan tidaklah bisa menyerupaiku (Rasulullah saw). (Fathul Bari juz XII hal 453)

Ibnul Baqilani mengatakan bahwa makna “Sungguh dia telah melihatku” adalah mimpi orang itu benar dan bukanlah mimpi kosong atau penyerupaan dari setan. Hal ini dikuatkan dengan riwayat lain “Sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar.

Al Qodhi mengatakan bahwa ada kemungkinan sabda Rasulullah saw “sungguh dia telah melihatku” atau “sungguh dia telah melihat yang sebenarnya karena setan tidaklah bisa menyerupai rupaku” maksudnya adalah jika orang itu melihatnya saw dengan sifatnya yang telah dikenal selama hidupnya saw. Akan tetapi jika orang itu melihat dalam bentuk yang sebaliknya maka mimpinya itu adalah ta’wil (yang masih perlu diteliti kebenarannya) bukan mimpi hakekat (sebenarnya), dan apa yang dikatakan oleh al Qodhi ini—menurut Nawawi—adalah lemah. Akan tetapi yang benar adalah bahwa orang itu sungguh telah melihat yang sebenarnya (hakekat) baik dalam sifat yang sudah dikenalnya ataupun selainnya, seperti yang disebutkan oleh al Maziri. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XV hal 36 – 37)

Allah juga sering mengilhami seseorang akan hal-hal tertentu sebagaimana termaktub dalam al-Quran yang suci. Seperti halnya dibawah ini ada riwayat dari Al-Arifbillah al-Habib al-Imam Abdullah bin Idrus Al Aydrus berkata: Ada tiga jenis Dzikir yang jika seorang Mukmin membacanya setiap hari (dengan istiqomah/terus-menerus) masing-masing sebanyak 116 kali, maka Baginda Nabi Muhammad SAW akan berkepentingan untuk hadir saat pencabutan nyawanya (Sakaratul Maut).

Pertama:

(الصلاة والسلام عليك ياسيدي يارسول الله قلت حيلتي أدركني (× 116

(Asshalatu was salamu alaika ya Sayyidi ya Rasulallah qollat hiilaty adrikni)

Kedua:

(السلام عليك ايها النبي ورحمة الله وبركاته (×116

Assalamu Alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi ea barakatuh.

Ketiga:

(116 x) انا في جاه رسول الله صلى الله عليه واله وسلم

Ana fi jaahi Rasulillah shallahu alaihi wa alihi wa sallam.

Hal ini disebutkan oleh Al Allamah Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith Madinah Al-Munawwaroh dalam kitab An-nujumuz Zahirah.

Semoga saat ajal memjemput kita Allah berkenan menghadirkan Rasulullah saw untuk mendampingi detik-detik terakhir hidup kita di dunia agar kita mendapat HUSNUL KHATIMAH. Amin. Amin. Amin. Ya Arhamar Rahimin.

Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,

Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!