Home

1)      Murtad

2)      Zindiq

3)      Tukang sihir

4)      Orang yang meninggalkan shalat

5)      Ta’zir

1)      Menyembelih Binatang Aqiqah

2)      Mencukur Rambut Bayi

3)      Menamai Bayi

4)      Penanganan dan Pembagian Daging Aqiqah

5)      Walimah Aqiqah

1)      Membuka kehidupan anak dengan Laa ilaaha illallaah

2)      Mengenalkan Hukum Halal dan Haram sejak dini

3)      Menyuruh Ibadah ketika umur tujuh tahun

4)      Mendidik Anak untuk mencintai Rasulullah, keluarga Nabi (Ahli Bait) dan Membaca al-Qur’an

1)      Kewajiban memberikah nafkah kepada keluarga dan anak

2)      Mengikuti aturan sehat dalam makan, minum dan tidur

3)      Membiasakan olahraga dan bermain ketangkasan

1)      Menyadarkan kewajiban menuntut ilmu

2)      Menumbuhkan Kesadaran berpikir

3)      Pemeliharaan Kesehatan Rasio

1)      Memberi  mas kawin

2)      Memberi nafkah

3)      Bersabar

4)      Menggauli istri dengan baik

5)      Menyediakan tempat tinggal

6)      Sebagai pemimpin rumah tangga

7)      Berlaku jujur terhadap istri

8)      Menjaga keselamatan istri dan anak-anak

9)      Membimbing akhlak istri

10)   Memberi keteladanan kepada istri

1)      Melayani suami

2)      Pergi dengan izin suami

3)      Taat terhadap suami

4)      Menjaga diri dan harta suami

5)      Menggembirakan hati suami

6)      Menerima pemberian suami dengan lapang dada

“Apabila Engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah Swt. didunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandangNya dan kedekatanmu padaNya di Akhirat.” (Al-Habib Umar bin Hafidz BSA)

Pernah melihat logo ism seperti gambar berikut? Logo ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis Ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll. atau dalam bentuk stiker. Saya di jalan juga sering melihat mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker logo ini. Banyak yang bertanya-tanya, logo apa itu?

Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”. Di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110.

Mengenai ism seperti itu dan yang semacamnya maka hal itu merupakan tabarrukan dan tawassul kepada hal yang mulia. Sedangkan ism di atas sendiri adalah tabarruk dan tawassul kepada al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwiy al-Haddad, seorang wali yang sangat masyhur, cucu Rasulullah Saw. dari Sayyidina Husain bin al-Imam Amirul Mu’minin Ali bin Abu Thalib Kw., suami Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah Muhammad Saw. Beliau adalah penyusun Ratib al-Haddad dan juga Wirdul Lathif yang banyak diamalkan oleh muslimin di berbagai penjuru dunia, juga Kitab Risalatul Mu’awanah, Nashoihud Diniyah, dll.

Dijelaskan oleh al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa:

“Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, maksudnya adalah bertawassul pada shohibul Madinah yaitu Rasul Saw. “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, adalah tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada pekuburan zanbal itu juga terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq Ra.yang wafat di sana.

"1030" melambangkan marga al-Haddad (dzuriyyah Rasulullah Saw). "110" melambangkan marga al-Habsyi (dzuriyyah Rasulullah Saw.)

1030 adalah jumlah nilai yang diakumulasi dari huruf Hija'iyah "ABDULLOH" , seperti kita tahu setiap huruf mempunyai nilai tersendiri dan jika ABDULLOH diakumulasi maka totalnya 1030. Ha’ nya rumus yang di pilih untuk marga Al-Haddad jadi, Ha’ plus 1030 adalah lambang untuk menyebut al-Imam al-Quthb Aqthab Irsyad wal Ghauts wal Bilad al-Habib Abdulloh al-Haddad Shohibu Nashoih…Begitu juga Ha’ diplih sebagai rumus marga Al Habasyi , dan angka 110 adalah jumlah dari nilai lafal "ALI" yang mana dimaksud adalah Sulthanul Awliya wal Ghauts al-Habib Ali bin Muhammad al Habsyi shobul Maulid. Jadi huruf dan angka tersebut adalah lambang penyebutan untuk dua Imam Habaib yang agung…al-Habib Abdulloh bin Alwy al Haddad Shohibur Rothib dan al habib Ali bin Muhammad al-Habsyi Shohibul Maulid.”

Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung pada penggunannya, dan bila Anda ingin menggunakannya maka boleh ditempel di pintu atau lainnya sebagai tabarrukan dengan nama Imam al-Haddad dan Imam Ali al-Habsyi rahimahullah.

Mengenai tawassul, Allah Swt. sudah memerintahkan kita melakukan tawassul, tawassul adalah mengambil perantara makhluk untuk doa kita pada Allah Swt. Allah Swt. mengenalkan kita pada Iman dan Islam dengan perantara makhlukNya, yaitu Nabi Muhammad Saw. sebagai perantara pertama kita kepada Allah Swt., lalu perantara kedua adalah para sahabat, lalu perantara ketiga adalah para tabi’in, demikian berpuluh-puluh perantara sampai pada guru kita, yang mengajarkan kita islam, shalat, puasa, zakat dll, barangkali perantara kita adalah ayah ibu kita, namun di atas mereka ada perantara, demikian bersambung hingga Nabi Saw., sampailah kepada Allah Swt.

Allah Swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah/patuhlah kepada Allah Swt. dan carilah perantara yang dapat mendekatkan kepada Allah Swt. dan berjuanglah di jalan Allah Swt., agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS. al-Maidah ayat 35).

Wallohu A’lam.

SEJARAH TULISAN DARKAH

wawancara bersama  Habib Abubakar bin Abdurrahman Alhaddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang Jawa Timur.Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman AlHaddad, Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid simtutdhurrar. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid  ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Habib Ali Al Habsyi (Sohibul Maulud, pengarang Simtud Dhurar) pada awalnya beliau membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, hb. Ali alhabsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian Petugas pengirim Surat (Pak Pos) nya diminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya, kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam pada halaman terakhir ada rumusannya , sedangkan  gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980 an , atas inisiatif dari Hb. Ali bin Muhammad Alhaddad dan Hb. Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.

Adapun penulisan kalimat darkah yaa ahlal madinah adalah inisiatif dari Hb. Abu bakar sendiri, yg diambil dari Qosidah Hb. Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga  kalimat Yaa  Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan  tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar, yang pada pekuburan Zanbal itu juga terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq Ra.yang wafat di sana. kemudian penerapan Lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang Kha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama hb. Abdul Qodir bin Husin Al Haddad, maka lambing tersembut ditambah lah dengan wiridannya dari abahnya hb.husen, yaitu yaa Fattah yaa rozak, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Hb. Husen bin Muhammad Alhaddad. Siapa sangka bahwa Logo yang sudah dikenal di seluruh dunia di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah mencapai Negara Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait.

 

Setelah berjalan lama Lambang  ini, sempat nyaris hilang, kemudian Lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll. atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.

 

Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat)  bukan Logo suatu organisasi tertentu ini, kalau di kaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan dikitab manapun, karena lambang ini ada karena habib Abu bakar bin Abdurrahman alhaddad menyusunya digunakan untuk tafa’ul –an(mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat amanatullah wa rosuluh wal Abdullah alhaddad, yang ditujukan kepada kepada al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwiy al-Haddad, dimana hitungan ism terssebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.

Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya