Jenderal TNI Dr. Moeldoko; Habib Luthfi tak Menyisakan Profesi Untuk yang Lain

Jenderal Moeldoko dalam sambutannya membacakan biografi singkat Habib Lutfi bin Yahya, diantara yang dibaca adalah ‘Habib Lutfi menguasai ilmu kedokteran kuno, dan mampu mengaransmen music dan mengarang laku genre kontemporer’, sebelum melanjutkan sang Jenderal berseloroh kepada hadirin; ‘ini Habib Lutfi ini tak menyisakan profesi buat yang lain, habis semua sama beliau’, yang diikuti tawa peserta.

 Berbeda dengan Jenderal Polisi Sutarman yang menyoroti fenomena pemahaman keagamaan di masyarakat, Jenderal Moeldoko membahas geopolitik Indonesia mutakhir. Jenderal Moeldoko mengatakan semua Negara kaya di dunia bergejolak, dan Indonesia adalah Negara kaya yang sejak abad ke 15 akhir sudah diperemputkan oleh Potugis, bahkan jauh sebelumnya oleh Cina dan Kerajaan Sriwijaya. Ini menurutnya harus menjadi perhatian bangsa Indonesia semua. Hal lain adalah soal ‘isme’ termasuk idiologi ekonomi yang dipakai oleh Indonesia. Indonesia sebelumnya menganut Liberalisme ekonomi, kemudian Neo Liberalisme, dan sekang ekonomi kerakyatan. Menurutnya yang membuat Negara kuat sebenarnya bukan isme-isme itu melainkan ketahanan bangsa kita, termasuk ketahanan pangan. Ketahanan pangan itu dengan cara kedaulatan pangan.

Jenderal Moeldoko menyangkan banyak sarjana pertanian yang kemudian memilih kerja di Bank, dan perkantoran. Tetu hal-hal semacam ini harus diperhatikan. Agar mandiri dalam berbagai komoditas yang kita butuhkan. Garam dari Australia, beras dari Thailand dan seterusnya.

Pesan penting yang disampaikannya pada acara itu adalah, ‘peran stabilisator dan dinamisator yang dulu dimiliki TNI-POLRI sekarang semakin dikurangi, ini hasil reformasi. Salah satu indikator Demokrasi berjalan baik adalah dengan dikuranginya peran Negara dan civil socity semakin dikuatkan, oleh sebab itu saat ini peran stabilisator TNI itu dipegang oleh para ulama, dan TNI/POLRI selalu mendukung para ulama’. Ujarnya mengakhiri. (Tsi)