Bertasbih Bersama Alam

Allah Swt menciptakan alam semesta, menciptakan bumi dengan keaneka ragaman hayati. Allah Swt menciptakan bukit dan gunung, menciptakan pepohonan yang mempunyai jenis yang bermacam-macam; berkulit halus, kasar, berduri, berwarna-warni dengan segala bentuk dan rasa buah-buahannya. Satu sama lain mempunyai perbedaan, ada yang serupa tapi tak sama; manis, pahit, asam, ketir, dan lainnya. Bumi dihiasi pula dengan aliran-aliran sungai besar dan sungai yang kecil memancang, berupa-rupa kelokan, panjang dan luasnya, airnyapun mempunyai banyak kandungannya. Gunung-gunung tegak-tegap memancang, ada yang aktif berapi ada yang tidak.

    Laut terhampar diatas bumi adakalanya tinggi lautnya disuatu daerah lebih tinggi dari daratan seperti yang terjadi di beberapa daerah. Walaupun sama asinnya jelas berbeda, penghuni lautan dan daratan juga beraneka ragam. Semua itu bukan sebatas hiasan pemandangan alam, tetapi juga untuk direnungkan dan di pikirkan. Karena ilmu Allah yang diberikan pada makhluknya berbeda-beda dan memiliki keutamaan yang berbeda pula. Pertanyaannya sejauhmana kita bisa menggapai ilmu yang ada pada setiap yang diciptakan oleh Allah. Kita hanya mampu berucap Subhanallah.

    Apalagi kita mau melihat lebih jauh aau mengerti lebih jauh apa yang ada dalam perut bumi. Secara kasat mata kita tidak bisa melihatnya dimana didalamnya (peut bumi) terdapat palung-palung, gunung-gunung kecil didalamnya tedapat kantong-kantong gas, minyak dan kekayaan alam lainnya. Dengan ilmullah (ilmu Allah yang diberikan pada manusia) serta mendapat kemampuan yang dengannya kita dapat menguak apa yang ada dalam perut bumi, bahkan bisa kita ambil seperti minyak, biji besi, tembaga, kuningan, emas, perak dan bau-batu berharga.

    Dan bagaimana peranan gunung berapi yang bersumberkan dari sekian kilometer yang menghubungkan daratan dengan lautan. Dan mampu menyedot air laut melalui lapisan-lapisan bumi yang sangat rapi yang dikelola oleh gunung berapi tersebut memproduksi air tawar, belerang, kandungan besi adapula yang memproduksi lumpur yang cukup mempunyai kandungan garam seperti di Purwodadi. Tak salah ini menjadi nilai tambah bagi pendapatan penduduk sekitar.

    Sekali lagi saya ucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah).

    Akan tetapi kita mengerti dan meyakini selain Yang Maha dalam segala sifatNya dan tiada sekutu BagiNya, selain Dia adalah makhluk, tempatnya segala kekurangan. Sadar atau tidak.

Kita semua (yang bernyawa ataupun tidak) berikhtiar untuk mengurangi segala kekurangan, pohon-pohon dengan akarnya berusaha untuk menghidupi dirinya begitu pula makhluk lainnya selain ppepohonan. Dan banyak sekali diantara satu sama lain yang terkait dalam menjalani kehidupan. Ketika kita kepanasan ingin mencari penyejuk –semisal ketika kita ditengah pesawahan- mencari peneduh seperti pohon yang rindag serta lebat daunnya serta dahannya, banyak rantingnya dan rindang daunnya.

Dengan langkah kaki kita, kita mau tidak mau dengan suka rela datang ke pohon tersebut. Demikian pula pohon yang kita teduhi tersebut ingin berteduh (perlindungan) pada manusia; ingin diramut, dipelihara dan disirami air. Namun apabila bumi ini menjadi pereka diantara satu sama yang lain. Umpamanya manusia, pohon atau makhluk hidup lainnya memerlukan menu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan giji.

Kita jarang atau bahkan tidak menyadari keadaan saling membutuhkan itu, dari sebab kesalahan itu akan menambah kerapuhan bumi. Dan membuka pori-pori daya serap yang lebih tertutup sehingga filter yang ada dalam tubuh bumi tiada mampu mengantisipasi.

    Maka efeknya adalah tumbuhan atau ekosistem yang ada diatasnya akan mengalami kerusakan, tak ubahnya bilamana lapisan ozon telah rusak maka kebocoran ozon itu akan menyebabkan tumbuhan akan menimbulkan panas yang tidak normal. Dari akibat itu daya tarik matahari yang meningkat terhadap air lau bisa lebih tinggi disamping akan semakin cepat mencairnya gunung-gunung es di kutub.

    Maka untuk mengantsipasi sepaya daya serap bumi terhadap air laut perlu dijaga kebersihan panai-pantai. Kebersihan pantai dari sampah-sampah akan membantu pertumbuhan butir-butir bumi serta akan menyebabkan bumi semakin sehat.

    Begitupula curah hujan lebih dari hitungan masa kemarau atau musim hujan. Dengan menjaga bumi dari segala kotoran atau limbah, akan sangat membantu, pohon-pohonan dan mentralisir daya serap daun-daunan dari pengaruh ultraviolet. Maka termasuk ikhtiar secara batiniyyah adalah dengan mengembangkan dzikir dan tasbih dengan cara penghijaun atau reboisasi bumi. Karena setiap tumbuhan khususnya dedaunan membaca tasbih kepada Allah. Tasbihnya tersebut menjadi sebab turunnya rahmat dari Allah kepada lingkungannya dimana pohon atau tumbuhan itu berada.

    Dari itu yang bertasbih bukan saja pohon-pohonan, batu kerikil, pasir, semua bertasbih kepada Allah Swt.

Saya mengambil satu hadis riwayat Ibnu Abbas yang disepakati kesahihannya. Redaksi hadisnya demikian:

أنه مر بقبرين يعذبان فقال : إنهما ليعذبان وما يعذبان في كبير أما أحدهما فكان لا يستتر من البول وأما الآخر فكان يمشي بالنميمة ثم أخذ جريدة رطبة فشقها نصفين ثم غرز في كل قبر واحدة فقالوا : يا رسول الله لم صنعت هذا ؟ فقال : لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا .

متفق عليه رواه البخاري ومسلم وغيرهما

ketika baginda Nabi Muhammad Saw melewati pekuburan Nabi mendengar dua penghuni kubur sedang menangis, lalu Rasulullah menebas pelapah kurma, pelapah itu kemudian ditancapkanoleh Rasulullah Saw diatas pusara kedua kubur tersebut. Kemudian yang menangis didalam kubur tersebut diam. Bertanya sahabat; ‘apakah maksudnya pelapah kurma ditancapkan dipusara tersebut. Rasulullah menjawab; ‘selagi pelapah kurma iu belum kering, pelapah it uterus membaca tasbih kepada Allah. Dari sebab tasbihnya, Allah Taala menurunkan rahmat’.

    Maka dari sebab tasbihnya pelapah dan dedaunan yang ada pada pelapah tersebut orang yang didalam kubur telah mendapat rahmatnya Allah Taala, tiada musibah yang paling besar untuk setiap manusia, sebelum dipadang makhsar selain adzab kubur.

    Dari sebab daun tersebut bisa meringankan siksa kubur, ini yang membuat saya takjub, subhanallah!

    Kita kembali kepada diri kita kalau mau bertafakur; seandainya penghijauan dari mulai tepian pantai dan mau mengerti apa yang senarnya ada pada pohon-pohonan tersebut insya Allah kita akan dijauhkan dari segala cobaan, terutama diakhirat nanti. Tapi tidak bisa dielakan dan dipungkiri ladang untuk akhirat nanti adalah didunia ini. Ternyata yang memerlukan kebersihan batin, bukan manusia saja, akan tetapi termasuk juga bumi, dan ekosistem diatasnya.