Menuju Makrifat

Al-Kisah no.10/2004

 

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya ingin bertanya kepada Habib Lutfi, bagaimana cara menuju makrifat. Haruskah dengan cara bertarekat dulu, atau ada cara lain? Dan apa sebenarnya makrifat itu? Mohon jawaban. 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Muhammad Nadzif

Universitas Ibrahimi, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur

 

 

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Makna makrifat itu adalah "mengerti dan mengenal". Mengerti saja, belum tentu seseorang itu mengenal. Tapi kalau mengenal, pasti mengerti. Seperti contoh, banyak orang tahu Jakarta. Tapi, setelah dia masuk ke Jakarta, dia masih bertanya-tanya arah dan jalan, dan diperlukan naik kendaraan apa untuk mencapai tujuan. Nah yang begini ini namanya belum mengenal Jakarta. Mengerti Jakarta tapi tidak mengenal Jakarta.

Jadi, makrifat yang dimaksudkan di sini adalah mengenal Allah. Bagaimana kita mencari jalan untuk bisa mngenal Allah. Kita mengetahui dengan sifat yang wajib dan yang mustahil bagi Allah. Tapi, pengenalan itu baru pondasi. Untuk lebih mengenal Allah lebih jauh, kita harus lebih sering mendekat. Kalau yang dikenal itu (Allah) pasti mengenali setiap makhluk-Nya. Makhluk Allah banyak yang mengerti tapi tidak mengenal Allah.

Nah, dengan ilmu makrifat ini, kita ingin belajar mengenal Allah. Kenal dan dikenal. Jelas tidak semudah itu. Pikiran yang pertama, bagaimana pendekatan diri kita secara ritual kepada Allah SWT. Kedua, bagaimana agar kita tidak selalu lalai pada yang kita cintai, yaitu Allah.

Bila kita sudah saling mengenal, berarti kita pun akan semakin dekat, dan terus semakin dekat. Tingkatan mengenal seseorang pasti berbeda, dan selalu berjalan bertahap. Ada orang yang kenalnya sudah sampai di pinggir lautan, sementara yang lain ternyata masih di tengah lautan.

Dan yang di pinggir lautan, pasti mendapatkan kebangaan. Tapi yang masih di tengah lautan akan merasa kecil.

Itulah pentingnya wirid – wirid untuk bisa mencapai makrifat. Dalam hadis disebutkan mengenai ihsan, 

قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الاحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Kaannaka tarahu, wain lam takun tarahu wainnahu yaraka” 

(beribadahlah Seolah – olah Anda melihat Allah. Jika tidak bisa melihatNya, yakinlah bahwa Allahlah yang melihat Anda).

.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah