Di Manakah Tempat Allah

Al-Kisah no.11/2004

 

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Langsung saja, apakah betul kata istawa pada surah Thaha ayat 5 yang berbunyi Ar-Rahmanu 'alal 'arsyistawa bermakna Allah bersemayam di Arsy. 

Apakah Arsy itu sama dengan Sidhratul Muntaha sebagai tempat Rasulullah melakukan Mi'raj? 

Lalu apakah arti tujuh langit, tujuh bumi? 

Apakah nama-nama itu menunjukkan bahwa Allah mempunyai tempat? 

Sekian, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fatma Z. Nasih

Pondok Pesantren K.H. Ali Ma'shum, Krapyak, Yogyakarta

 

 

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Kata istawa maknanya "yang me-nguasai". Bukan bersemayam seperti yang Anda katakan. Ini bisa di-ibaratkan dengan orang yang membuat listrik. Dalam listrik dibutuhkan gardu dan perangkat yang lain. Pencipta listrik tidak mungkin bersemayam atau duduk dalam listrik atau gardu listrik tersebut. Tapi dia cukup menciptakannya.

Sedangkan Sidhratul Muntaha dan Arsy adalah dua hal yang berbeda. Sidhratul Muntaha lebih tinggi dari Arsy. Allah menempatkan kekasih-Nya untuk bertemu di Sidhratul Muntaha, tapi yang bertemu dengan kekasih itu adalah Allah, yang bersifat AI-Mukhalafatu lil khawaditsi (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya).

Untuk pertanyaan tujuh langit, tujuh bumi, sebenamya Allah menciptakan sesuatu bukan untuk hiasan. Bukan pula dipakai sekadar untuk pandangan. Tujuh langit dan tujuh bumi memang mutlak ada tujuh langit dan tujuh bumi. Bukan hanya logika atau kiasan.

Kalau Anda berpikiran bahwa Allah mem-punyai tempat, itu artinya Anda salah berinterpretasi. Jikalau Allah Ta'ala memiliki tempat, ber-arti Allah memerlukan tempat. Sesuatu yang memerlukan tempat menunjukkan sesuatu yang lemah. Maka selanjutnya kita bertanya umur tempat dan yang bertempat itu sama atau tidak.

Kalau Arsy, itu memiliki waktu bermula. Sedangkan Allah Ta'ala tidak memiliki sifat ber¬mula. Sama persis dengan ayat yang berbunyi lam yalid wa lam yulad wa lam yaqullahu kufuan ahad. Sesuatu yang dilahirkan atau melahirkan itu menunjukkan sesuatu yang lemah. Sebab yang dilahirkan memerlukan tempat, yang melahirkan memerlukan tempat.

Dengan demikian, pengertian lam yalid wa lam yulad itu memperlihatkan bahwa Allah Taala tidak dilahirkan dan melahirkan sehingga Dia tidak memerlukan tempat. Definisi yang sangat mustahil kalau Allah mempunyai tempat. Sebab Sang Pencipta itu tidak dapat diukur dan tidak bermula. Sedangkan tempat berangkat dari saat bermula. Setiap yang bermula pasti ada yang menciptakan. Sedangkan Allah sekali lagi tidak memiliki sifat bermula, dan tidak ada sekutu - tidak ada yang menyamai-Nya. Itu perbedaannya. Maka, satu hal yang mustahil kalau Allah mempunyai tempat.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah