Mu'adz bin Jabal

Bisikan Sedih dari Rasulullah

Dialah sahabat yang dibisiki oleh Rasulullah bahwa keberadaan beliau

di dunia fana tidak akan lama lagi.

 

Bagaimana rasanya apabila orang yang kita cintai dan kasihi memberi tahu bahwa umurnya tidak akan lama lagi ? Betul kematian adalah suatu kepastian, tapi tidak semua orang tahu dengan persis kapan dan di mana ajal akan menjemputnya. Tentu berbeda de­ngan Rasulullah SAW, manusia yang dikasihi dan paling dekat dengan Allah SWT, yang, kalau bukan karena dia, alam semesta ini tidak akan diciptakan oleh Allah SWT. Manusia hanya diberi pengetahuan sedikit tentang ruh, tapi Rasulullah diberi penge­tahuan kapan dan di mana beliau akan diwafatkan. Itulah mu'jizat yang diberikan oleh Allah SWT cepadanya.

Mu'adz bin Jabal adalah salah seorang yang diberi tahu sendiri oleh Nabi Muhammad SAW akan kematian beliau. Saat itu, beliau mengangkat Mu'adz menjadi ketua kelompok dai yang akan bertugas mengajarkan agama Islam atas permintaan delegasi Raja Yaman, yang sudah masuk Islam. Kepada rombongan dai tersebut, Baginda Nabi memberikan pengarahan dan petunjuk praktis dalam melaksanakan tugas mereka nanti.

Ketika rombongan itu akan berangkat, Nabi sengaja mendampingi Mu'adz. Dan setelah berjalan agak jauh, beliau berwasiat kepada Mu'adz. "Mungkin engkau tidak akan bertemu aku lagi. Tahun depan, jika engkau kemari, engkau hanya akan menemukan masjid dan makamku."

Demi mendengar hat itu, Mu'adz tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Dia langsung turun dari kudanya dan memeluk Nabi dalam tangisan yang menyayat.

Melihat hal itu, seluruh anggota rom­bongan dai yang akan berangkat ke Yaman ikut bersedih. Mereka mengira, itu hanya kesedihan karena akan berpisah sekian lama.

Peristiwa itu menunjukkan betapa dekatnya hubungan Rasulullah SAW dengan Mu'adz.

Benar saja, belum sempat Mu'adz menyelesaikan tugasnya di Yaman, Rasulullah SAW telah berpulang ke rahmatullah. Saat Mu'adz kembali, sesampai di Madinah, ia hanya menjumpai masjid dan makam Nabi. Persis seperti yang di ucapkan Rasulullah.

Tugas di Palestine

Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, kembali Mu'adz ditunjuk khalifah ketiga itu untuk melaksanakan tugas mengajarkan kitab suci. Kali itu kepada penduduk Syam dan sekitarnya.

Saat itu Umar menunjuk lima orang untuk melaksanakan tugas suci tersebut, yaitu Mu'adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Abu Ayub Al-Anshary, Ubay bin Ka'ab, dan Abu Darda. Namun lantaran faktor usia dan kesehatan, Abu Ayub sudah uzur dan Ubay sakit-sakitan, dari lima orang itu Khalifah hanya ingin memilih tiga orang. "Jika kalian setuju de­ngan tugas ini, silakan memilih tiga di antara kalian," katanya.

Setelah dirembuk bersama, terpilih tiga orang, yaitu Mua'dz, Ubadah, dan Abu Darda.

"Silakan berangkat dan berpencar pada tempat-tempat terpisah," kata Umar ketika melepas mereka bertiga. Ubadah bin Shamit bertugas di Himsh, Abu Darda di Damsyiq, dan Mu'adz di Palestine.

Temyata Palestine merupakan tempat persinggahan terakhir Mu'adz di du­nia. Ia terserang wabah kolera yang melanda negeri itu. Dan ketika maut menghampiri dirinya, ia bersenandung dengan menghadapkan wajahnya ke arah Masjid Al-Aqsha.

Selamat datang, wahai maut

Selamat, wahai tamu

yang datang dari kejauhan

Pucuk dicita ulam tiba

Lantas ia menghadapkan wajahnya ke langit dan berdoa:

Wahai Allah

Engkau tahu, aku tidak gila dunia

Tak ingin hanya menanam pohon,

mengalirkan sungai

Aku hidup di sini

tuk menanggung pahitnya perjuangan

tuk berpacu dengan waktu

tuk bersama ulama dalam ilmu

Wahai Allah

Terimalah diriku dengan baik

Sebagaimana layaknya Engkau menerima orang mukmin

Sesudah berdoa, ruhnya pergi, jauh meninggalkan keluarga dan handai tolan. la pergi memenuhi panggilan Allah SWT, Kekasih dan tujuan hidupnya.