Sunan Gunung Jati

Maulana Syarief Hidayatulloh dilahirkan Tahun 1448 Masehi. Ayahanda Syech Syarief Hidayatulloh adalah Syarief Abdullah, seorang dari Mesir keturunan ke 17 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana Muhamad, Ibunda Syech Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Muda’im adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran. Syech Syarief Hidayatullah berkelana untuk belajar Agama Islam dan sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.

Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak, dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479

1. ASAL USUL

Sebelum era Sunan Gunung Jati berdakwah di Jawa Barat. Ada seorang ulama besar dari Bagdad telah datang di daerah Cirebon bersama dua puluh dua orang muridnya. Ulama besar itu bernama Syekh Kahfi. Ulama inilah yang lebih dahulu menyiarkan agama Islam di sekitar daerah Cirebon.

Al-Kisah, putra Prabu Siliwangi dari Pajajaran bernama Pangeran Walangsungsang dan adiknya Rara Santang pada suatu malam mendapat mimpi yang sama. Mimpi itu terulang hingga tiga kali yaitu bertemu dengan Nabi Muhammad yang mengajarkan agama Islam.

Wajah Nabi Muhammad yang agung dan caranya menerangkan Islam demikian mempersona membuat kedua anak muda itu merasa rindu.Tapi mimpi itu hanya terjadi tiga kali.

Seperti orang kehausan, kedua anak muda itu mereguk air lebih banyak lagi, air yang akan menyejukkan jiwanya itu agama Islam. Kebetulan mereka telah mendengar adanya Syekh Dzatul Kahfi atau lebih muda disebut Syekh Datuk Kahfi yang membuka perguruan Islam di Cirebon. Mereka mengutarakan maksudnya kepada Prabu Siliwangi untuk berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, mereka ingin memperdalam agama Islam seperti ajaran Nabi Muhammad SAW. Tapi keinginan mereka ditolak oleh Prabu Siliwangi.

Pangeran Walangsungsang dan adiknya nekad, keduanya melarikan diri dari istana dan pergi berguru kepada Syekh Datuk Kahfi di Gunung Jati. Setelah berguru beberapa lama di Gunung Jati, Pangeran Walangsungsang diperintahkan oleh Syekh Datuk Kahfi untuk membuka hutan di bagian selatan Gunung Jati. Pangeran Walangsungsang adalah seorang pemuda sakti, tugas itu diselesaikannya hanya dalam beberapa hari. Daerah itu dijadikan pendukuhan yang makin hari banyak orang berdatangan menetap dan menjadi pengikut Pangeran Walangsungsang. Setelah daerah itu ramai Pangeran Walangsungsang diangkat sebagai kepala Dukuh dengan gelar Cakrabuana. Daerahnya dinamakan Tegal Alang-alang.

Orang yang menetap di Tegal Alang-alang terdiri dari berbagai rasa atau keturunan, banyak pula pedagang asing yang menjadi penduduk tersebut, sehingga terjadilah pembauran dari berbagai ras dan pencampuran itu dalam bahasa Sunda disebut Caruban. Maka Legal Alang-alang disebut Caruban.

Sebagian besar rakyat Caruban mata pencariannya adalah mencari udang kemudian dibuatnya menjadi petis yang terkenal.

Dalam bahasa Sunda Petis dari air udang itu, Cai Rebon. Daerah Carubanpun kemudian lebih dikenal sebagai Cirebon hingga sekarang ini. Setelah dianggap memenuhi syarat, Pangeran Cakrabuana dan Rarasantang di perintah Datuk Kahfi untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci. Di Kota Suci Mekkah, kedua kakak beradik itu tinggal di rumah seorang ulama besar bernama Syekh Bayanillah sambil menambah pengetahuan agama.

Sewaktu mengerjakan tawaf mengelilingi Ka’bah kedua kakak beradik itu bertemu dengan seorang Raja Mesir bernama Sultan Syarif Abdullah yang sama-sama menjalani Ibadah haji. Raja Mesir itu tertarik pada wajah Rarasantang yang mirip mendiang istrinya.

Sesudah ibadah haji diselesaikan Raja Mesir itu melamar Rarasantang pada Syekh Bayanillah.

Rarasantang dan Pangeran Cakrabuana tidak keberatan. Maka dilangsungkanlah pernikahan dengan cara Mazhab Syafi’i. Nama Rarasantang kemudian diganti dengan Syarifah Mudaim. Dari perkawinan itu lahirlah Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.

Pangeran Cakrabuana sempat tinggal di Mesir selama tiga tahun. Kemudian pulang ke Jawa dan mendirikan Negeri Caruban Larang. Negeri Caruban Larang adalah perluasan dari daerah Caruban atau Cirebon, pola pemerintahannya menggunakan azas Islami. Istana negeri itu dinamakan sesuai dengan putri Pangeran Cakrabuana yaitu Pakungwati.

Dalam waktu singkat Negeri Caruban Larang telah terkenal ke seluruh Tanah Jawa, terdengar pula oleh Prabu Siliwangi selaku penguasa daerah Jawa Barat. Setelah mengetahui negeri baru tersebut dipimpin putranya sendiri, maka sang Raja tidak keberatan walau hatinya kurang berkenan. Sang Prabu akhirnya juga merestui tampuk pemerintahan putranya, bahkan sang Prabu memberinya gelar Sri Manggana.

Sementara itu dalam usia muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir, tapi anak muda yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah Jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.

Sewaktu berada di negeri Mesir, Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa ulama besar didaratan Timur Tengah. Dalam usia muda itu ilmunya sudah sangat banyak, maka ketika pulang ke tanah leluhurnya yaitu Jawa, ia tidak merasa kesulitan melakukan dakwah.

2. PERJUANGAN SUNAN GUNUNG JATI.

Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang penyebar agama Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati.

Sedang Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan penjajah Portugis.

Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sultan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus Pasai Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut lidah orang Portugis. Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang di negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya, Syarifah Muda’im minta agar diijinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.

Syarifah Muda’im dan putranya yaitu Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunung Jati. Sehingga kemudian dari Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

Tibalah saat yang ditentukan, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479, karena usianya sudah lanjut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhunan artinya orang yang dijunjung tinggi. Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tapi tidak mau. Mesti Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanan ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu.

Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan putri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten.

Dari perkawinan inilah kemudian Syarif Hidayatullah di karuniai dua orang putra yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di Masjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdrinya Masjid Demak. Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para Wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memproklamirkan diri sebagai Raja yang pertama dengan gelar Sultan.

Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja Pajajaran tak peduli siapa yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya. Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayatullah yang dianggap lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran. Tapi usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Pajajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif Hidayatullah.

Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti : Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon.

Lebih-lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan.

Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin dengan Pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.

Bahkan Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan putri Kaisar Cina yang bernama Putri Ong Tien. Kaisar Cina yang pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina, hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.

Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien di ganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah Putri Ong Tien ini membekali putranya dengan harta benda yang tidak sedikit, sebagian besar barang-barang peninggalan putri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman.

Istana dan Masjid Cirebon kemudian dihiasi dan diperluas lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina. Masjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau istri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan masjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan ummat.

Selesai membangun masjid, diserukan dengan membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam di seluruh Tanah Pasundan. Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit.

Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya mereka ingin meluaskan kekuasaan ke Pulau Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan Nusantara. Oleh karena itu Raden Patah mengirim Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor untuk menyerang Portugis di Malaka. Tapi usaha itu tak membuahkan hasil, persenjataan Portugis terlalu lengkap, dan mereka terlanjur mendirikan benteng yang kuat di Malaka.

Ketika Adipati Unus kembali ke Jawa, seorang pejuang dari Pasai (Malaka) bernama Fatahillah ikut berlayar ke Pulau Jawa. Pasai sudah tidak aman lagi bagi mubaligh seperti Fatahillah karena itu beliau ingin menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

Raden Patah wafat pada tahun 1518, berkedudukannya digantikan oleh Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, baru saja beliau dinobatkan muncullah pemberontakan pemberontakan dari daerah pedalaman, didalam usaha memadamkan pemberontakan itu Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia, gugur sebagai pejuang sahid.

Pada tahun 1521 Sultan Demak di pegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah yang ketiga. Di dalam pemerintahan Sultan Trenggana inilah Fatahillah diangkat sebagai Panglima Perang yang akan ditugaskan mengusir Portugis di Sunda Kelapa.

Fatahillah yang pernah berpengalaman melawan Portugis di Malaka sekarang harus mengangkat senjata lagi. Dari Demak mula-mula pasukan yang dipimpinnya menuju Cirebon. Pasukan gabungan Demak Cirebon itu kemudian menuju Sunda Kelapa yang sudah dijarah Portugis atas bantuan Pajajaran.

Mengapa Pajajaran membantu Portugis ? Karena Pajajaran merasa iri dan dendam pada perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas, ketika Portugis menjanjikan bersedia membantu merebut wilayah Pajajaran yang dikuasai Cirebon maka Raja Pajajaran menyetujuinya.

Mengapa Pasukan gabungan Demak-Cirebon itu tidak dipimpin oleh Sunan Gunung Jati ? Karena Sunan Gunung Jati tahu dia harus berperang melawan kakeknya sendiri, maka diperintahkannya Fatahillah memimpin serbuan itu. Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur di Malaka, tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedangkan Pajajaran cerai berai tak menentu arahnya. Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putra Sunan Gunungjati yang bernama Pangeran Sebakingking. Di kemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.

Fatahillah kemudian diangkat segenap Adipati di Sunda Kelapa. Dan merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, karena Sunan Gunung Jati selaku Sultan Cirebon telah memanggilnya untuk meluaskan daerah Cirebon agar Islam lebih merata di Jawa Barat.

Berturut-turut Fatahillah dapat menaklukkan daerah TALAGA sebuah negara kecil yang dikuasai raja Budha bernama Prabu Pacukuman. Kemudian kerajaan Galuh yang hendak meneruskan kebesaran Pajajaran lama. Raja Galuh ini bernama Prabu Cakraningrat dengan senopatinya yang terkenal yaitu Aria Kiban. Tapi Galuh tak dapat membendung kekuatan Cirebon, akhirnya raja dan senopatinya tewas dalam peperangan itu.

Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih Fatahillah. Akhirnya Sunan Gunung Jati memanggil ulama dari Pasai itu ke Cirebon. Sunan Gunung Jati menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Sementara kedudukan Fatahillah selaku Adipati Jayakarta kemudian diserahkan kepada Ki Bagus Angke. Ketika usia Sunan Gunung Jati sudah semakin tua, beliau mengangkat putranya yaitu Pangeran Muhammad Arifin sebagai Sultan Cirebon ke dua dengan gelar Pangeran Pasara Pasarean. Fatahillah yang di Cirebon sering disebut Tubagus atau Kyai Bagus Pasai diangkat menjadi penasehat sang Sultan.

Sunan Gunung Jati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah Islam di Gunung Jati atau Pesantren Pasambangan. Namun lima tahun sejak pengangkatannya mendadak Pangeran Muhammad Arifin meninggal dunia mendahului ayahandanya. Kedudukan Sultan kemudian diberikan kepada Pangeran Sebakingking yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin, dengan kedudukannya di Banten. Sedang Cirebon walaupun masih tetap digunakan sebagai kesultanan tapi Sultannya hanya bergelar Adipati.Yaitu Adipati Carbon I. Adipati Carbon I ini adalah menantu Fatahillah yang diangkat sebagai Sultan Cirebon oleh Sunan Gunung Jati. Adapun nama aslinya Adipati Carbon adalah Aria Kamuning.

Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568, dalam usia 120 tahun. Bersama ibunya, dan Pangeran Carkrabuasa beliau dimakamkan di gunung Sembung. Dua tahun kemudian wafat pula Kyai Bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan ditempat yang sama, makam kedua tokoh itu berdampingan, tanpa diperantarai apapun juga. Demikianlah riwayat perjuangan Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati Sebagai Wali Quthub Di Zamannya

Cerita ini di kutip dari buku Babad Tanah Cirebon karya PS Sulendraningrat yang menjelaskan tentang perjalananya Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW

Diceritakan di negara mesir sang raja Syarif Hidayatullah sedang sendirian dalam gedung perpustakaan membaca kitab usulkalam yang sangat terperinci/halus,jeng maulana sudah menerima/menangkap tersiratnya kitab yang di baca itu, sehingga timbul rasa sungguh - sungguh berkehendak berguru kepada Nabi Muhammad SAW , walaupun menurut kabar dan memang kenyataanya Nabi Muhammad telah tiada ,tetapi Allah SWT lebih punya kuasa.

Maulana sulthan Syarif Hidayatullah segera keluar dari gedung perpustakaan itu lalu menghadap ibunya ( Nyai Rarasantang ) Syarifah Mudaim,datang sudah di hadapanya

Segera berkata : " Duhai ibu mohon izin akan berguru kepada Maulana Nabi Muhammad SAW,hendak di cari dimana adanya. "

Sang ibunda merangkulnya dan berkata :" Mas sayang putraku,seyogyanya anda tau Maulana Rosulullah SAW sudah tiada,bahkan sudah turun yang ke 22 kepada anda,baik bergurulah kepada Awliya,para ulama mana yang anda pilih anda sukai, janganlah anda cari yang sudah tiada."

Sang putra memaksa karena tidak tahan,segera mohon pamit meneruskan perjalananya pada tanggal 5 bulan jumadil awal tahun 1466M, Sang ibu menangis gelisah.

Di ceritakan di negara mesir Maulana sultan syarif abdullah dan permaisuri Syarifah Muda'im sudah mengandung 7 bulan pergi ziarah ke mekkah dan madinah . berangkat di iringi wadyabala dua ribu orang berlayar mengendarai kapal datang sudah di jeddah , lalu menuju mekkah dan meneruskan perjalanan menuju madinah , datang sudah rombongan Maulana Syarif Abdullah di hadapan Maqom Nabi Muhammad SAW , setelah selesai ziarah kemudian mereka kembali ke Mekkah .

Sang permaisuri sudah cukup bulanya untuk bersalin , pada bulan Maulud tanggal 25 ba'da Subuh Syarifah Muda'im melahirkan seorang bayi laki laki yang elok sekali , cahayanya meredupkan cahaya matahari , Maulana sultan abdullah gembira sekali , Lalu di bawa tawaf di baitullah , di rubung oleh para ulama dan orang orang mukmin dan di beri nama SYARIF HIDAYATULLAH bertepatan pada tahun 1448 M .

60 hari kemudian rombongan sulthan abdullah dan permaisuri bertolak menuju negara Mesir .

Beberapa tahun kemudian syarifah muda'im mengandung kembali , setelah datang kepada waktunya lahirlah seorang bayi laki laki dan di beri nama SYARIF NURULLAH

Selang beberapa waktu Maulana Sultan Syarif Abdullah Wafat , setelah wafatnya sang sultan lalu yang menjabat sebagai sultan mesir adalah Patih Jamalulail mewakili Syarif Hidayatullah selama sebelum dewasa. 

Pada tanggal 5 bulan jumadil awal tahun 1466 M sang ibu menangis gelisah di tinggal sang putra ,

Antara malam mimpi bertemu dengan sang suami syarif abdullah ( almarhum ) sultan mesir berkata " Hai adik syarifah muda'im , ikhlaskanlah , yang percayalah kepada Allah SWT , mudah mudahan putra anda lantaran ini menjadi punjul , baik anda berdo'alah kepada Allah SWT ,oleh karena anda dahulu ingin mempunyai putra Waliyullah yang Punjul Sebuana "

Syarifah Muda'im ingat kepada mimpinya lalu bertobat kepada Allah SWT tekun memuji.

Diceritakan Maulana Syarif Hidayatullah yang sedang berjalan naik turun gunung , masuk hutan keluar hutan , lalu bertemu dengan Nagasaka yang besar sekali , Lidahnya mengeluarkan api menghadang perjalanan Maulana Syarif Hidayatullah sambil berkata " Hai orang muda , engkau siapa dan apa kehendak engkau sehingga berjumpa denganku di sini ? Maulana Syarif Berkata " Hai naga , aku sungguh putra mesir , berkeinginan hendak berguru kepada Rosulullah SAW dan engkau naga tidak sama dengan sesamamu yang lain engkau bisa berbahasa manusia ? " Sang naga menjawab " Saya ini namanya Yamlika , Asal dari neraka pada zaman Nabiyullah Sulaiman AS dan engkau jangan teruskan perjalanan ke mekkah dan madinah karena Rosulullah SAW sudah sirna sempurna , kalau engkau sungguh sungguh berjalanlah ke arah barat menuju pulau mejeti dan ini pusaka cupu manik , engkau terimalah jika terawangkan mengetahui yang ghaib dan berkhasiat sebagai obat  obatan walaupun sudah mati bisa di hidupkan kembali. " Cupu di terima sudah , Maulana Syarif mematuhi perkataan naga , segera pamit meneruskan perjalananya ke arah barat lebih mantap kehendaknya serah diri kepada Allah SWT .

Diceritakan pendeta Ampini sedang berada di pinggir pulau majeti hendak ziarah , namun sedang bingung dalam perjalananya , tak lama kemudian datanglah Maulana Syarif , Sang pendeta gembira segera berkata " Hai orang muda , siapa anda bertemu denganku di sini dan apa keinginanya ? Berkata Maulana Syarif " Saya putra mesir , Syarif Hidayatullah namanya , berkeinginan hendak berguru kepada Rosulullah SAW " . Berkata pendeta " apa anda belum mengetahui bahwa Nabi Muhammad Rosulullah SAW itu sudah sirna sempurna ( Wafat ) berabad abad yang lalu , baiknya kita ziarah ke kuburnya Nabi Sulaiman di pulau majeti."

Maulana Syarif mengikuti kehendak pendeta ziarah bersama menuju maqam Nabi Sulaiman AS. Tidak antara lama kemudian ada datangnya Nata Ula Naga yang besar sekali menghadang perjalanan , Ki pendeta gemetar sambil berkata " Hidayatullah ? Bagaimana Daya Upaya Anda ! " Syarif Hidayatullah berkata " Hai Naga harap minggir, aku sungguh putra mesir dan hendak ziarah ke maqam Nabi Sulaiman AS " Sang Naga berkata " Hai anak muda, anda saya izinkan,namun saya minta di sediakan air susu sekenyangnya saya,nanti setelah saya kenyang niscaya saya mabuk dan dari telinga saya akan keluar sesuatu seperti lawe/kenthe ( pusaka ),ambilah untuk tumbal/penilak ( senjata ) dan rahayu dari bencana "Maulana Syarif dan sang pendeta lalu bersusah payah mencari susu sekaleng besar lalu di minumkan sudah oleh naga.

Sang naga lalu mabuk lalu terbujur di tanah ternyata keluarlah pusaka dari telinganya, segera di ambil oleh maulana Syarif lalu meneruskan perjalananya.

Jin ,ular ,setan tidak berani mengganggu perjalanan hingga selamat dari bahaya,sampailah Syarif Hidayatullah dan sang pendeta di maqam Nabi Sulaiman AS ,Maulana Syarif  lebih khidmat ,hormat dan khusu dalam ziarahnya sementara sang pendeta yang di kehendaki dalam ziarahnya adalah cincin maklukat Nabi Sulaiman AS, Nabi Sulaiman lalau memberi isyarat jari telunjuknya bergerak dan gelap menyambar sang pendeta hancur sirna sudah, Maulana Syarif terlempar ke angkasa hingga jatuh di puncak sebuah gunung , segera Maulana Syarif bertobat kepada Allah SWT karena menemani orang yang berlaku durjana, oleh karena murkanya Nabi Sulaiman AS Maulana Syarif merasa mati setelah bertobata Maulana syarif meneruskan kembali perjalananya dan berjumpa dengan seorag pertapa yang di sisinya terdapat sebuah kendi

Maulan Syarif berkata " Hai sang pertapa  itu kendi milik siapa ? saya ingin minum ?" sang pertapa membalas " Entah, tatkala saya mulai bertapa ,kendi itu sudah ada " lalu Maulana Syarif bertanya kepada kendi " Hai kendi engkau siapa yang empunya milik ,karena saya ingin minum ?

Kendi menjawab " saya kendi yang berasal dari surga ada semenjak zaman nabi nuh,tuan lah pemilik saya "Diminumlah air kendi namun tidak sampai habis di letakan , kendi lalu bekata " Tuan pasti menjadi raja seketururnanya,akan tetapi tidak sampai terus ,diselang/di rebut ( terjajah ) " kendi lalu diminum kembali hingga airnya habis,Kendi berkata " Selanjutnya negara tuan abadi tidak terjajah ,tetap, merdeka lagi mulia negaranya" kendi berkata lagi " saya kelak mengabdi kalau tuan sudah menjadi raja " Syarif Hidayatullah menjawab " iya semoga terlaksana

Lalu kendi segera terbang ke angkasa dan kembali ke asalanya ,Maulana Syarif merasa tenang,seluruh alam ghaib terlihat dan tubuhnya merasa sehat lagi berbau harum,sang pertapa terheran heran melihat kendi yang bisa berkata kata layaknya manusia dan bisa terbang ke angkasa , sang pertapa ingat kepada sebuah petunjuk,segera cincin Merbun yang berwatak terangnya bangsa gaib dan tujuh lapis bumi terlihat terang nyata dan bisa memuat seluruh isi alam di berikanya kepada Syarif hidayatullah, maulana syarif mengucap terima kasih lalu meneruskan perjalanya. 

Diceritakan ada seorang perempuan yang punjul sebuana ingin mengabdi, akan tetapi jeng maulana tidak mau menerimanya, karena mengetahui dari godaan ratu dunia. Segera meneruskan perjalanannya, tidak lama kemudian di hadang oleh seorang lelaki igin mengabdi pula dan mendengar suara di angkasa yang indah merdu sekali. Jeng maulana tidak mau menerimanya, oleh karena mengetahui bahwa mereka itu adalah ratunya setan sewa dian ya ingin menggodanya.

Jeng maulana meneruskan perjalanannya lalu di timpa oleh gelap gulita merasa menderita sekali karenanya. Tidak lama kemudian ada datangnya nabiyyullah ilyas: jeng maulana segera menghanturi bukti hormat berkata nabiyyullah ilyas, terimalah baju ini sebagai pangruating penangkal badan/tubuh,

berwatak kalau di pakai seperti malaikat, bisa memasuki barang keras/padat tanpa berlubang, api tidak mendatangkan panas, di dalam air tidak basah, kalau bepergian hanya sekecap mata.

Baju sudah di terima dan di pakai sambil mengucap terimakasih jeng nabi ilyas berkata, aku tuduhkan anda, sekarang naiklah di sebuah puncak bukit berjumpa dengan seorang lelaki yang mengendarai kuda, anda seyogya mohon pertolongan. Jeng maulana mematuhi lalu mohon pamit meneruskan perjalanannya datang di sebuah puncak gunung. Tidak lama kemudian datanglah nabiyullah chidir mengendarai kuda sebrani. Jeng maulana segera sungkem menghanturi bakti hormat. Jeng nabi chidir lalu memberinya sebuah buah-buahan yang hijau dari sorga. Jeng maulana mengucap terimakasih, lalu di makannya hingga habis lebih nikmat sekali dan keluar cahaya nurbuat teja kuwung-kuwung ( seperti cahaya pelangi), dan mengetahui seluruh bahasa sebanyak barang  milik,jin,setan,malaikat,manusia, khewan dan bangsa angin pun mengerti bahasanya semua, dari khasitnya buah-buahan tadi dan berkahnya menurun hingga 3 turunan. Jeng maulana mohon petunjuk semoga lekas berhasil apa yang di kehendaki jeng nabi chidir suka menolongnya, di suruh bonceng bersama mengendarai kuda. Segera terbang ke angkasa menerep seperti kilat dan pada akhirnya telah datang di ajrak. Jeng maulana di suruh turun. Sang maulana lalu turun dating di karaton ajrak bertemu di hadapan sang prabu jin islam Abdullah safari. Prabu gembira sekali jin maulana di rangkul lalu duduk sejajar berkata sang prabu. ‘’ya bahagia datangnya cucuku, bahagia sekali anda bertemu di sini, apa yang di kehendaki datang di hadapan eyang/kakek?’’ berkata jeng maulana,’’ cucunda hatur bertahu,sesungguhnya saya sedang mencari jeng rasulullah, bermaksud sungguh-sungguh berguru kepadanya, semoga eyang berkenan memberi petunjuk. Sang prabu berkata sambil senyum, kurang seantara waktu lagi akan bisa bertemu dan ini buah-buahan pemberian malaikat, sedunia tanpa tanding. Buah-buahan sudah di terima lalu di makan hingga habis rasanya 1000 nikmat,1000 khaisat, berkahnya menurun hingga 9 turunan. Jeng maulana hingga pingsan karna nikmatnya. Sang prabu lalu mengambil kiyan patih osad asid,’’ ini cucuku bawalah ke damsik ( ibukota Negara jin islam ajrak) , masuklah di dalam masjid wiraulung.’’ Segera sang maulana di bawa di dalam masjid wiraulung. Tidak antara lama jeng maulana terjaga merasa lain zaman, melihat para arwakh orang-orang yang mati sambil orang-orang yang ahlul ma’rifat. Jeng maulana bercakap-cakap dengan semua arwah dan pada mendo’akan semoga lekas terlaksana maksudnya.

Jeng maulana segera semedi mengheningkan cipta menyerahkan diri kepada kehendak illahi. Tidak lama kemudian anda mendengar, hai bahagia sekali engkau orang muda ridho oleh Allah naik ke langit hingga tingkat 6 bertemu/ terlaksana kemauan engkau dengan nabi Muhammad SAW, kalau waktu 28 rajab, tahun 1466 M. waktu mi’rajnya jeng maulana hidayatullah. Setelah jeng maulana mendengar suara yang mengawang lalu menengadah ke langit melihat sudah terbuka, para malaikat pada melambai-lambai jeng maulana segera terbang.

Setelah maulana syarif mendengar suara yang mengawang lalu mengadah ke langit dan melihat langit sudah terbuka , para malaikat melambaikan tanganya , Maulana syarif segera terbang , tibalah sudah di langit pertama , Maulana syarif uluk salam di balas oleh semua malaikat dan semua para malaikat bertindak menggembirakan maulana syarif

Maulana syarif lalu naik ke langit ke tiga , terus hingga sampai pada langit ke enam , para malaikat dn para anbiya yang di jumpai semua di uluki salam , mereka bergembira sekali memuji Allah SWT Maulana syarif segera datang di langit ke enam

Maulana syarif terharu nikmat tiada lain yang terlihat hanya cahaya yang lebih agung laksana meliputi tujuh dunia , Maulana syarif lalu sujud , seribu nikmat , seribu rokhmat laksana lenyapnya papan dengan tulis.

Maka lalu ada suara yang terdengar " Janganlah anda sujud kepada sesama yang baharu ( Makhluk ) sujudlah kepada yang Kodom ( Pencipta ) " Maulana Mendengar suara itu lalu mengangkat kepalanya ke atas melihat kepada Khak yang sesungguhnya .

Nabi Muhammad SAW memberi wejangan sejatinya Syahadat yang bangsa Latifussirri . setelah usai olehnya di wejang , Nabi muhammad berkata " AKU BERI ANDA GELAR INSAL KAMIL , MENJABAT SEBAGAI WALI QUTUB , SEBAGAI WAKIL MUTLAK KU , TIDAK ADANYA NABI YA ADANYA AKU WALI QUTUB , TIDAK ADA AKU YA ADANYA ANDA , BAHKAN TIDAK ADA WUJUD DUA , DAN ANDA GELARKANLAH AGAMA ISLAM , RUKUNYA LIMA PERKARA , SYAHADAT,SHOLAT,PUASA,ZAKAT FITRAH,NAIK HAJI BAGI ORANG YANG KUASA DI JALANYA , DAN PATUHILAH APA YANG TERSEBUT DALAM QUR'AN DAN ANDA JANGAN LAH MENG UNGGUL UNGGULI MENG HEBAT HEBATI YANG TANPA AMAL KEBAJIKAN DAN ANDA BERGURULAH APA ADAT BIASA DI DUNIA ,YANG BENAR LAKUNYA NASTITI HATI HATI YANG SEJATINYA ".

Maulana syarif mengucap terima kasih atas apasih pemberian Rosul insan kamil lalu mohon pamit, segera turun ke langit ke lima trus hingga ke langit pertama . Insan kamil sudah pamit uluk salam , di balas oleh semua para Anbiya dan semua para malaikat , Alhamdulillahirobbilalamin dan tasbih .

Insan kamil turun dengan mengendarai awan putih bergembira sekali , di hormat hormat .

Tidak antara hari insan kamil mohon pamit meneruskan perjalananya mengendarai mahligai emas di iringi oleh jin islam Syekh Domas delapan puluh orang . Dan patih osad asid turun serta . tidak lama kemudian datanglah sudah Insan Kamil di keraton mesir , Kala waktu nifsu sya'ban pada tahun 1466 M , lalu datang di hadapan ibundanya . segera di rangkul rangkul oleh sang ibu sambil menagis karna rindu sekali .

Geger orang senegara bersuka ria setelah datangnya Maulana Insan Kamil . Kyiai patih Ki penghulu dan bupati sentara Mantri pada menghadap mengahturkan selamat datang .Maulana insan kamli sedah menceritakan dari awal sampai akhir pengalaman perjalananya yang berhasil itu .

TAMAT