Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama berencana melakukan pencetakan bila mendapat izin dari pihak keluarga, murid-murid, dan sumber-sumber manuskrip karya Syaikh Yasin yang lain. Inilah PR pemerintah yang hasilnya sangat dinanti umat.

Tak ada yang menyangsikan kealiman Hadhratusy Syaikh Abu Al-Faydh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani, yang dicapai­nya melalui keistiqamahan mene­kuni ilmu beserta sanadnya hingga di ujung usia.

Syaikh Yasin Al-Fadani adalah se­orang alim kaliber dunia yang memiliki sum­bangsih melimpah bagi keilmuan Islam, khususnya dalam upaya meles­tarikan tradisi pakar hadits dalam ber­buru sanad ‘ali (sanad tertinggi), hingga beliau dijuluki “Musnid Ad-Dunya” (Pakar Sanad Sejagat). Syaikh Yasin Al-Fadani berhasil menjadi muara sanad hadits dan disiplin ilmu lainnya pada masa itu.

Pada tahapan berikutnya, eksplorasi atas keilmuannya tampak pada sekian karyanya yang diduga mencapai ratusan buah.

Tentang karya-karya ini, Al-‘Allamah Sayyid Saggaf bin Muhamad As-Saggaf, seorang tokoh ulama Hadhramaut, me­muji Al-Fadani dengan sebutan “Suyu­thiyyu zamanih” (Imam Suyuthi di masa­nya), lantaran senarai karyanya yang demikian banyak.

Literatur yang Bermutu

Sejumlah murid dan peneliti pun berusaha menginventarisir, meng­ko­di­fikasi, dan menerbitkan karya-karya tersebut. Kabarnya hingga kini baru terhitung sebanyak 97 kitab, di antara­nya sembilan kitab tentang ilmu hadits, 25 kitab tentang ilmu fiqih dan ushul fiqh, 36 buku tentang ilmu falak, dan sisanya tentang cabang ilmu-ilmu yang lain.

Sebagai langkah membangun tradisi jaringan keilmuan dengan mata rantai sanad yang bermuara pada Syaikh Yasin, beberapa karyanya tersebut pun tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pondok pesantren, madrasah, majelis ilmu, baik di Timur Tengah maupun di Asia Tenggara.

Agaknya pula, sebagaimana diakui dan dipuji kalangan ulama yang menge­tahui kadar keilmuannya, faktor susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan literatur karya Syaikh Yasin banyak digunakan oleh para ulama dan pelajar sebagai sum­ber referensi.

Syaikh Yasin Al-Fadani menyandang gelar “Musnid Ad-Dunya” karena ia dipan­dang memiliki sanad paling banyak di dunia pada masanya. Menurut bebe­rapa kawan sesa­ma ulama masa itu, ia adalah seorang muhaddits sekaligus musnid, di samping seorang faqih dan ushuli. Terbukti de­ngan syarah-nya terhadap kitab Sunan Abi Dawud, seba­nyak 20 jilid. Dengan pertimbangan Sunan Abi Da­wud memuat ahadits al-ahkam (hadits-hadits hukum). Tentu­nya untuk mengomentari Sunan Abi Dawud butuh kepakaran tertentu dalam banyak bidang ilmu.

Imam Ar-Rafi’i berpendapat, seorang ulama bisa jadi mujtahid cukup dengan mendalami Sunan Abu Dawud. Meski kemudian pendapat ini dibantah oleh An-Nawawi, karena hadits-hadits ahkam (hukum-hukum) tak hanya ada di Sunan Abi Dawud. Namun khilaf kedua tokoh ini bukan poinnya, melainkan ini menun­juk­kan bahwa Sunan Abi Dawud memi­liki kedudukan sangat tinggi dalam bi­dang hadits al-ahkam.

Dari sini, jika bukan seorang faqih besar, Al-Fadani tak mungkin mampu men­syarahnya. Sayangnya Syarh Sunan Abu Dawud yang masih dalam bentuk manuskrip, tak kunjung hadir di toko-toko buku, disebabkan be­berapa jilid karya yang tersusun raib saat pindah rumah.

Untuk mengenal lebih dekat sosok Al-Fadani, tak cukup hanya mengacu pada kepakaran haditsnya, tapi juga pada isnad. Karena, dari 100 bukunya, 60 di antaranya berkaitan dengan isnad. Syaikh Ali Jum’ah, mufti Mesir saat ini, ketika mentahqiq kitab Jauharah at-Tauhid, mendapati dan menyebutkan sanad yang bersambung pada Syaikh Yasin Al-Fadani.

Gelar Musnid Ad-Dunya juga tak didapat Syaikh Yasin Al-Fadani hanya karena banyaknya guru, yang mencapai lebih dari 700 orang, tapi juga, bahkan lebih, pada kepakarannya dalam bidang yang ia geluti. Merujuk pada Syaikh Mahmud Said Mamduh, salah seorang murid beliau, Al-Fadani kerap kali menerima permintaan fatwa. Itu artinya, tokoh ini tak hanya pakar dalam isnad, tapi juga ilmu syari’at lainnya.

Masih menurut Syaikh Mamduh, Al-Fadani memang sosok ulama yang sangat tawadhu’. Karyanya mengenai ushul fiqh, Syarh al-Luma’, sebanyak dua jilid yang tebal, terpaksa tak jadi dicetak, gara-gara gurunya, Syaikh Yahya Aman, sudah terlebih dahulu me­ngirim naskah yang sama ke perce­tak­an.

Tampaknya ia berkaca pada peristi­wa sebelumnya, saat mencetak Hasyi­yah at-Taysir, karyanya, yang ternyata membuat karya serupa milik Syaikh Yahya Aman kurang dikenal.

Silabus Al-Azhar

Salah satu kebiasaan Syaikh Yasin, ia hanya mau menulis ihwal sesuatu yang tidak atau jarang ditulis oleh rekan-rekannya.

Hasil karyanya semuanya dalam ba­hasa Arab. Susunan bahasanya bagus, sistematikanya rapi, dan isinya padat.

Pujian pun berdatangan dari Al-‘Allamah As-Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Mahmud Said Mamduh Al-Mishri, dan Al-Habib Ali bin Syaikh Bilfaqih Seiwun Hadhramaut.

Di antara karya-karyanya adalah Ad-Durr al-Mandhud fi Syarh Sunan Abi Dawud, Fath al-‘Allam Syarh Bulugh al-Maram, Jam’u al-Jawami’, Bulghah al-Musytaq fi ‘Ilm al-Isytiqaq, Idha-ah an-Nur al-Lami‘ Syarh al-Kawkab as-Sathi‘, Hasyiyah ‘ala al-Asybah wa an-Nazhair, Bughyah al-Musytaq Syarh al-Luma‘ Abi Ishaq, Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul, Ad-Durr an-Nadhid Hasyiyah ‘ala Kitab at-Tamhid lil-Asnawi, Nayl al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Lubb al-Ushul wa syarhih Ghayah al-Wushul, Manhal al-Ifadah, Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiyah ‘ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah, Janiyy ats-Tsamar syarh Manzhumah Manazil al-Qamar, Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Awqat wa al-Qabilah bi ar-Rub’i al-Mujib, Al-Mawahib al-Jazilah syarh Tsamrah al-Wasilah fi al- Falak, Tastnif al-Sam’i Mukhtashar fi ‘Ilm al-Wadh’i, Husn ash-Shiyaghah Syarh Kitab Durus al-Bala­ghah, Risalah fi al-Mantiq, Ithaf al-Khallan Tawdhih Tuhfah al-Ikhwan fi ‘Ilm al-Bayan, dan Ar-Risalah al-Ba­yaniy­yah ‘ala Thariqah as-Sual wa al-Jawab.

Salah satu kitab karyanya, Al-Fawaid al-Janiyyah hasyiyah Al-Mawahib As-Saniyyah syarah Al-Fara’idh Al-Bahiyah Nazhm Qawa’id al-Fiqhiyyah fi al-Asybah wa an-Nazha-ir ‘ala al-Madzhab asy-Syafi’iyyah, adalah sebuah kitab hasyiyah (kitab yang berisi penjelasan atau komentar terhadap kitab syarah) mengenai qawa`id fiqh (kaidah-kaidah fiqih) yang berjudul Al-Asybah wa An-Nazha-ir ‘ala al-Madzhab asy-Sya­fi’iyyah, karya Imam As-Suyuthi.

Mengenai kitab ini, Syaikh Zakariyya Abdullah Bila berkata, “Waktu mengajar Qawa’idul Fiqh di Madrasah Shau­latiyyah Makkah, saya sering kali men­dapat kesulitan yang memaksa saya membolak balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab Al-Fawa’id al- Janiyyah, karya Syaikh Yasin, menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.”

Kitab tersebut, yang disusun secara sistematis, sarat dengan penjelasan kaidah-kaidah fiqih, dan mudah dipa­hami, hingga kini menjadi materi silabus mata kuliah Ushul Fiqh di Fakultas Syari’ah Al-Azhar Kairo.

Karya Bidang Sanad

Sebagai seorang yang digelari pe­milik sanad terbanyak di dunia, Syaikh Yasin juga menulis di bidang periwayat­an ini. Beberapa karyanya yang dapat disebut­kan seperti Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan, Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-Wujdan, Tanwir al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah, Faydh ar-Rah­man fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan, Al-Qawl al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim Bin Aqil, Faydh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin, Al-Maslak al-Jaliyy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad ‘Aliyy, Asanid Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki, Al-Irsyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah, Al-‘Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah, Asma al-Ghayah fi Asanid asy-Syaikh Ibrahim al-Hazami fi al-Qira`ah, Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab’ah, Al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid, Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah, Ithaf al-Mustafid bi Nur al-Asanid, Qurrah al-‘Ayn fi Asanid A’lam al-Haramayn, Ithaf uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits al-Musalsal bi al-Awwaliyyah, Al-Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awa’il wa Asanid al-‘Aliyyah, Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid, Bughyah al-Murid min ‘Ulum al-Asanid, Al-Muqtathaf min Ithaf al-Akabir bi Mar­wiyyat ‘Abd al-Qadir ash-Shadiqi al-Makki, Ikhtishar Riyadh Ahl al-Jannah min Atsar Ahl as-Sunnah li ‘Abd al-Baqi al-Ba’li al-Hanbali, Arba’un Haditsan min Arba’in Kitaban ‘an Arba’in Syaikhan, Al-Arba’un al-Bulda­niyyah Arba’un Hadit­san ‘an Arba’ina Syaikhan ‘an Arba’in Baladan, ‘Arbaun Haditsan Musalsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi, Al-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Mu’arrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah, Fath ar-Rabb al-Majid fima li Asy-yakhiy min Fara’id al-Ijazah wa al-Asanid, Silsilah al-Wushlah Majmu’ah Mukhtarah min al-Ahadits al-Musalsalah, Al-Faydh al-Rahmani bi Ijazati Samahah al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-‘Ustmani, Nihayah al-Mathlab fi ‘Ulum al-Isnad wa al-Adab, Ad-Durr an-Nadhir wa ar-Rawdh an-Nazhir fi Majmu’ al-Ijazah bi Tsabat al-Amir, Al-‘Ujalah al-Makkiyyah wa an-Nafhah al-Makiyyah, Al-Waraqat ‘ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba’in Haditsan min Ahadits Sayyid al-Mursalin, Ta’liqat ‘ala Kifayah al-Mustafid li asy-Syaikh Mahfuzh at-Turmusi, Tahqiq al-Jami’ al-Hawi fi Marwiyyat al-Syarqawi, dan lain-lain.

Karya-karyanya yang mencapai ratus­an buah tersebut sebahagian besar belum dicetak dan diperbanyak. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama berencana melaku­kan pencetakan bila mendapat izin dari pihak keluarga, murid-murid, dan sum­ber-sumber manuskrip karya Syaikh Yasin yang lain.

Hal itu dikatakan oleh Dr. Muham­mad Maftuh Basyuni, saat menjabat menteri agama Kabinet Indonesia Ber­satu Jilid Satu, yang sekaligus salah satu murid Syaikh Yasin, dalam sebuah ke­sempatan haul Syaikh Yasin dan Syaikh Abdul Hamid Ad-Dari di kawasan Pra­panca, Jakarta, beberapa tahun yang lalu. Dan itu, tentu saja, menjadi PR pemerintah sekarang.

Pujian atas Akhlaq dan Keilmuannya

Atas berbagai kiprahnya yang telah malang-melintang dari Timur hingga Barat, para ulama sezamannya dan se­sudahnya memuji sosoknya, yang me­nakjubkan. Seorang ahli hadits, Sayyid Abdul Aziz Al-Ghumari, yang tak lain adalah salah seorang guru utamanya, juga memuji dan menjuluki Syaikh Yasin sebagai kebanggaan ulama Haramayn dan sebagai “Muhaddits Terkemuka”.

Begitu pula Dr. Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman, seorang dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas Ummul Qura Madinah, yang juga tokoh Wahabi. Di dalam kitabnya yang berjudul Madinah Al-Jawahir Ats-Tsaminah ia menyebut Syaikh Yasin, mudir (direktur) Madrasah Darul ‘Ulum Ad-Diniyyah, sebagai muhaddits, faqih, dan salah satu ulama besar Masjid Al-Haram yang patut diperhitungkan.

Dalam surat kabar Al-Bilad edisi Jum’at 24 Dzulqa’dah 1379H/19 Mei 1960 M, Syaikh Umar Abdul Jabbar berkata, “… Bahkan yang terbesar dari amal bakti Syaikh Yasin adalah mem­buka madrasah putri pada tahun 1362 H (1943 M). Madrasah ini merupakan madrasah untuk kaum perempuan yang pertama kali ada di lingkungan Kerajaan Arab Saudi. Dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan….”

Secara khusus, As-Sayyid Abdurrah­man bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal, mufti Yaman, menyusun se­buah syair panjang yang memuji Syaikh Yasin Al-Fadani. Di antara bait syair itu berbunyi:

Anta fil ‘ilmi wal ma’ani faridu

wa bi aqdil fakhari al-wahidu

Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakikat

Dengan membangun kejayaan, engkaulah satu-satunya yang jaya

Begitu pula Dr. Yusuf Abdurrazzaq, dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Ia juga memuji Syaikh Yasin dengan suatu syair yang salah satu baitnya berbunyi:

Anta fina baqiyyatun min kirami

la tara al-aynu mitslahum insana

Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat

tak pernah mata melihat manusia seperti mereka

Begitu banyak ulama kaliber dunia yang menyanjung kedalaman ilmunya dan keluhuran akhlaqnya, yang tak mungkin disebutkan di sini.

Demikianlah, Allah SWT telah me­milih dan menempatkan Abu Al-Faydh Syaikh Muhammad Yasin bin Muham­mad Isa Al-Fadani Al-Makki da­lam barisan ulama terkemuka, yang meng­ambil warisan dari Sayyidina Muham­mad SAW dalam ilmu, amal, dan adab.

Nama lengkap beliau adalah Abu al-Faydl ‘Alam al-Din Muhammad Yasin ibn Muhammad ‘Isa al-Fadani. Ulama keturunan Padang. Mufti (pemberi fatwa) mazhab Syafi’i di Mekah, dan penulis beberapa literature khazanaha keislaman. Lahir pada tahun 1335 H./ 1915 M. di Makkah. Menimba ilmu, mula-mula dari ayahnya sendiri; Syaikh ‘Isa al-Fadani, lalu kepada bapa saudaranya, Syaikh Mahmud al-Fadani.

Peta keilmuan Negri Mekkah pada abad ke 19 – 20 M bahkan dua abad sebelumnya menunjukkan tak hanya didominasi oleh ulama asli Arab atau ulama-ulama Timur Tengah. Ulama-ulama dari luar timur Tengah bahkan seperti dari Asia Tenggara banyak bermunculan menjadi bintang keilmuan di Makkah. Banyak ulama dari Indonesia, Thailand Selatan –sebagian nya juga merupakan keturunan Arab)- menjadi ulama terkemuka di Makkah, sebut saja Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantany, Syeiklh Mahfudh Termas, Syeikh Ahmad Khatib Sambas, Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syeikh Mukhtar `Atharid, Syeikh Daud al-Fatany, Sayyid Muhsin al-Musawa dll.

Diantara nama-nama ulama Indonesia abad 20 yang namanya dicatat dengan tinta emas dalam daftar ulama terkemuka Makkah adalah Syeikh Muhammad Yasin al-Fadany. Nama ini sudah tidak asing lagi bagi para pecinta ilmu baik di Indonesia maupun di manca Negara. Beliau lahir di Makkah pada hari selasa 27 Sya`ban tahun 1335 H/17 Juni 1917 M. Menurut riwayat lain pada tahun 1337 H/1919 M. beliau lahir dari darah keluarga pecinta ilmu agama, sejak kecil beliau belajar kepada ayah beliau, Syeikh Muhammad Isa dan dilanjutkan kepada paman beliau, Syeikh Mahmud. Kepada keduanya, beliau belajar dan menghafal beberapa matan kitab dalam bidang ilmu fiqh, tauhid, faraidh dan mustalah hadits.

Tahun 1346 H/1928 M beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Ash-Shaulatiyah Al Hindiyah , beliau menimba ilmu disini selama ± 7 tahun. Guru-guru beliau selama di Madrasah Ash-Shaulatiyah adalah Syeikh Mukhtar Usman Makhdum, Sayyid Hasan Al-Masysyath dan Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa (seorang ulama Makkah yang lahir di Palembang tahun 1323 H/1905 M)

Pada tahun 1353 H/1935, beliau pindah ke Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah yang didirikan oleh Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa bersama beberapa pemuka masyarakat Nusantara yang berada di Makkah kala itu. Beliau adalah angakatan pertama di Darul Ulum yang kemudian menjadi pengurus Darul Ulum.

Kepindahan beliau ke Darul Ulum tidak lepas dari sebuah peristiwa menarik yaitu ketika salah seorang guru di Madarsah Shaulatiyah merobek surat kabar Melayu yang dianggap melecehkan martabat melayu, sehingga memacu semangat beliau dan beberapa anak-anak jawy (sebutan untuk pelajar Nusantara) untuk bangkit memberikan perlawanan dengan cara pindah dan memajukan Madrasah Darul Ulum. Sekitar 120 santri yang berasal dari Nusantara di Madrasah Shaulatiyah pindah ke Madrasah Darul Ulum. Situasi seumpama ini hampir tidak pernah berlaku di madrasah-madrasah yang baru dibuka sebelumnya sehingga Darul-‘Ulum mendapat murid yang begitu ramai. Akhirnya gelombang siswa yang masuk ke Darul Ulum meningkat pada tahun berikutnya.

Selain belajar di Darul Ulum, beliau juga aktif mengikuti pengajian-pengajian di Masjidil Haram. Rasa haus beliau akan ilmu membuat beliau mendatangi kediaman para syaikh terkemuka untuk belajar di tempat-tempat mereka seperti di Thaif, Makkah, Madinah, Riyadh, maupun kota-kota lainnya. Bahkan beliau sempat ke luar Arab Saudi seperti Yaman, Mesir, Syiria, Kuwait dan negeri-negeri lainnya.

Sejak awal masa belajarnya, beliau telah dikenal sebagai seorang pelajar yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga mampu mengungguli teman-temannya. Tidak mengherankan kemudian banyak teman-teman beliau yang akhirnya malah belajar kepada beliau. Kecerdasan dan juga akhlak beliau yang luhur yang membuat gurunya kagum terhadap beliau.

Perhatian beliau terhadap ilmu Hadits dan gelar Musnid Ad-Dunya.

Sejak muda beliau sangat gemar kepada ilmu hadits. Ia selalu mengikuti Syeikh Umar Hamdan Al Mahrasi dan membaca kitab kepadanya. Selain itu juga kepada Syeikh Muhammad bin Ali bin Husain Al-Maliky. Beliau mempelajari fiqh Syafii kepada Syeikh Umar Bajunaid, mufti Mazhab Syafii ketika itu, Syeikh Said bin Muhammad Al Yamany, serta kepada Hasan Al Yamany. Ilmu ushul beliau pelajari kepada Sayyid Muhsin bin Ali Al Musawa. Ilmu sejarah beliau pelajari dari seorang ahli sejarah Syeikh Abdullah Muhammad Ghazi Al Makky. Beliau juga berguru kepada ahli bahasa Syeikh Ibrahim bin Daud Al-Fathany Al Makky, serta kepada Sayyid Alawy bin Abbas Al-Maliky, ayahanda Abuya Prof. DR. Sayyid Muhammad Al Maliky untuk ilmu lainnya. Beliau juga menghadiri majlis ulama terkemuka lain seperti Sayyid Muhammad Amin Al Kutby al-Hasani, Al Allamah Khalifah bin Hamd An Nabhany Al Makky, Syeikh Hasan al-Masysyat, Syeikh Ahmad al-Mukhallalati, Syeikh Muhammad al-‘Arabi al-Tabbani, Syeikh Muhammad Nur Sayf, dan ulama-ulama berpengaruh yang lain.

Masa Muda beliau

Diantara guru-guru beliau dari luar Makkah antara lain Manakala antara guru beliau di luar Mekah pula ialah Syeikh Ahmad bin Rafi‘ al-Tahtawi, Syeikh Muhammad Ibrahim al-Samaluti, Syeikh Muhammad Bakhit al-Muti‘i, Syeikh Muhammad Hasanayn Makhluf, Syeikh Muhammad al-Hafiz al-Tijani, Syeikh Muhammad al-Khidr Husayn, Syeikh Mahmud bin Muhammad al-Dumi, Syeikh Muhammad Anwar Shah al-Kasymiri, Syeikh Asyraf ‘Ali al-Tahanawi, Syeikh Mufti Syafi‘ al-Dibandi, Syeikh Ahmad al-Siddiq al-Ghumari, Syeikh ‘Abdullah al-Siddiq al-Ghumari, Syeikh ‘Abd al-Hayy al-Kattani, dan ramai lagi.

Disamping banyak menghadiri majelis para tokoh besar, Syeikh Yasin pun dikenal sebagai ulama yang sangat sering meminta ijazah kepada para tokoh ulama yang sangat banyak jumlahnya. Itulah yang membuat beliau memiliki sanad yang sangat luar biasa banyaknya dalam berbagai disiplin ilmu.

Tinggalnya beliau di Tanah Suci Makkah memudahkan beliau bertemu dengan banyaki ulama Islam, baik dari Tanah Suci sendiri maupun dari berbagai pelosok dunia yang datang ke Tanah Suci, seperti Syria, Libanon, Palestina, Yaman, Mesir, Maghribi, Iraq, Pakistan, Rusia, India, Indonesia dan Malaysia, sehingga terkumpullah disisi beliau berbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadis. Sehingga Sepanjang perlajanan studynya, beliau berguru lebih dari 700 orang guru yang beliau catat dalam berbagai karya literaturnya yang berkaitan dengan ilmu sanad. ini merupakan satu jumlah yang memang sukar ditandingi apalagi untuk zaman ini.

Antara guru yang paling kerap didampinginya dalam usaha mendapatkan ilmu, makrifah dan pembentukan dirinya ialah Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syeikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, Al-'Allamah Syeikh Hasan bin Muhammad al-Masysyat dan Muhaddith al-Haramain Syeikh Umar Hamdan al-Mahrisi.

Sayyid Alawy bin Abbas al-Maliki al-Hasani

Setelah tiga tahun belajar di Darul Ulum, pada permulaan tahun 1356 H/1938 m beliau mulai mengajar di almamaternya itu. Pertengahan tahun 1359 H/1941 M karir beliau menanjak sebagai direktur madarasah tersebut. Selain di Madrasah Darul Ulum, beliau juga mengajar di Masjidil haram tepatnya di antara Bab Ibrahim dan Bab Al-Wada`, begitu pula di rumahnya dan dikantor sekolahnya.

Rekomendasi untuk mengajar di Masjidil Haram beliau peroleh secara resmi tanggal 10 Jumadil Akhir 1369 H/29 Maret 1950 M dari Dewan Ulama Masjidil Haram. Halaqah beliau mendapat sambuan hangat terutama dari kalangan masyarakat Asia Tenggara dan Indonesia. Disamping itu setiap beulan Ramadhan beliau mengkhatamkan dan mengijazahakan salah satu kitab dari kutubus sittah. Hal ini berlangsung selama 15 tahun.

Muhaddith al-Haramain Syeikh Umar Hamdan al-Mahrisi

Setiap ada kesempatan beliau juga mengadakan perjalanan ilmiyah bersama para santri dan syaikh untuk mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga beliau pergunakan untuk memburu sanad, silsilah periwayatan hadis dan ijazah ilmu atau kitab. Sehingga beliau di gelari Musnid Ad Dunya (pemilik sanad terbanyak di Dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga di dunia.

Syeikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki

Gelar Musnid Ad-Dunya juga tak didapat Syeikh Yasin Al-Fadany lantaran hanya karena banyak guru yang mencapai 700 orang tapi juga bahkan lebih pada kepakaran beliau dalam bidang yang beliau geluti. Merujuk pada Syeikh Mahmud Sa`id Mamduh, salah seorang murid beliau, Al-Fadany kerap kali menerima permintaan fatwa. Artinya beliau bukan hanya pakar dalam ilmu sanad tapi juga ahli ilmu syariat lainnya. Bahkan permintaan fatwa bukan hanya datang dari sekitar Makkah, tetapi juga dari luar Arab seperti Indonesia. Menurut kisah yang diceritakan oleh Abu Mudi ( Syeikh Hasanoel Basry HG, seorang ulama Aceh, pimpinan LPI Ma`hadal `Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya, Samalanga, Aceh yang lebih dikenal dengan nama MUDI Mesra) pada saat terjadi perdebatan antara Syeikh Abdul Aziz Samalanga dengan Syeikh Jalal bin Syeikh Hanafiah, Abu Mudi kecil pada waktu itu sering kali diminta oleh Syeikh Jalal bin Hanafiah untuk membawa surat beliau kepada Syeikh Yasin ke kantor pos.

Hampir seluruh waktunya beliau pergunakan untuk mengejar ilmu dan mengajarkan ilmu. Dalam musim haji maupun di luar musim haji rumah beliau senantiasa ramai di kunjungi para syeikh dan pelajar baik dari Makkah maupun dari luar Makkah bahkan dari luar negri. Semuanya ingin menimba ilmu dan meminta ijazah hadits mutsalstal dari beliau. Mereka semua memandang Syeikh Yasin sebagai guru meskipun hanya mengambil ijazah kepada beliau.

Al-'Allamah Syeikh Hasan bin Muhammad al-Masysyat

Syeikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan berbagai cabang dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga beliau dijuluki sebagai Musnid ad-Dunya. Selain itu beliau juga mengarang berbagai kitab dalam ilmu sanad. Ada sekitar 70 buah karya dalam berbagai ukuran yang telah disusunnya berhubung perkara ini. Karya-karya beliau ini membuktikan kemahiran dan kebijaksanaan beliau dalam bidang ilmu sanad. Disamping memperlihatkan kekreatifan beliau dalam sudut berbagai seni sanad.

Selain itu beliau juga gigih dalam menghimpun sanad para ulama-ulama sebelum beliau. Ini merupakan lazimnya dalam ilmu sanad, dimana kadang-kadang sanad seorang ulama dibukukan oleh muridnya atau orang-orang sesudahnya. Inilah antara yang dilakukan oleh Syeikh Yasin Al-Fadani terhadap beberapa tokoh ulama yang memiliki sanad, seperti al-Kuzbari, Ibn Hajar al-Haytami, ‘Abdul Baqi al-Ba‘li, Khalifah al-Nabhan, Sayyid Muhsin al-Musawi, Muhammad ‘Ali al-Maliki, ‘Umar Hamdan dan Ahmad al-Mukhallalati dll.

Dalam hal pengijazahan sanad Syeikh Yasin memiliki kekreatifan tersendiri, baik ijazah khas, ijazah `am dan ijazah mutlaq. Berkenaan dengan ijazah khas, beliau didapati memberi perhatian istimewa kepada sebilangan tokoh-tokoh ulama dan orang-orang tertentu yang dirasakan kewibawaan mereka oleh beliau dengan menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka. Antara mereka itu ialah: Dr.Muhammad cAlawi al-Maliki, Syeikh Aiman Suwaid, Dr. Yahya Ghawthani, Syeikh `Abdullah al-Jarafi, Syeikh Muhammad Riyad al-Malih, al-`Allamah Muhammad Zabarah, al-Sayyid Abu Bakr al-Habsyi, Syeikh Isma`il Zain, al-Qadi Muhammad al-`Umari, Syeikh Muhammad Taqiy al-`Uthmani, al-Mufti al-Sayyid Ibrahim bin `Aqil, Dr. Mahmud Sa`id Mamduh, Syeikh Zakaria Bila, al-Sayyid Muhammad al-Hasyimi dan lain-lain. Beliau telah menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka dan setiap satunya pula memiliki ciri-ciri yang tidak ada pada lainnya. Sebagai contoh, ijazah beliau kepada Syeikh Muhammad Riyad al-Malih yang berjudul al-Rawd al-Fa’ih. Beliau telah menghimpunkan di dalam kitab tersebut secara khusus semua guru-gurunya yang berasal dari negri Syam (yakni Syria, Lubnan, Palestin dan Jordan sekarang) semata-mata yang berjumlah 101 orang serta semua sanad-sanad mereka, tidak termasuk yang lain.

Berhubungan dengan ijazah `am, Syeikh Yasin al-Fadani boleh dikatakan seorang ahli hadis yang pemurah. Berulang kali beliau menyebut dalam beberapa kitab sanadnya pernyataan tentang pengijazahan sanad kepada semua orang yang hidup di zamannya, dengan objektif untuk memberi manfaat kepada para penuntut ilmu dan menyebar-luaskan sanad-sanad periwayatan. Sebagai contoh, di akhir kitab Waraqat fi Majmu`ah al-Musalsalat wa al-Awa’il wa al-Asanid al-`Aliyyah beliau menyebut :

هذا وقد اجزنا بما فى هذه الورقات كل من اراد رواية ذلك عنا ممن ادرك حياتنا وكذا غيره مما تجوز لنا روايته وتثبت عنا معرفته ودريته

Di akhir kitab al-`Ujalah fi al-Ahadith al-Musalsalah beliau menyebutkan:

وقد اجزنا بها جميع اهل عصري ووقتى ممن اراد الرواية عني

Di akhir kitab beliau ( النفحة المسكية في الأسانيد المتصلة بالأوائل السنبلية ) beliau menyebutkan dengan ungkapan beliau yang lebih luas lagi:

وقد أجزت بالأوائل السنبلية خاصة، وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها، وكذا بجميع مؤلفاتي  ومروياتي، كلّ مَن أراد جميع ذلك ممن أدرك حياتي، أو وُلد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اهـ

Pandangan beliau ini bertentangan dengan pendapat yang tidak mengharuskan ijazah am kepada semua orang yang masih hidup tanpa sebarang penentuan secara khusus. Secara ringkasnya, ia adalah masalah yang diperselisihkan oleh para ulama, dan secara zahir pula, Syeikh Yasin Al-Fadani memilih pandangan yang mengharuskannya. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis ijazah yang paling lemah.

bersama guru Dar Ulum

Syeikh Yasin juga memiliki perhatian yang besar dalam bidang terhadap kitab-kitab yang menghimpunkan sanad-sanad periwayatan seseorang alim hadis disebut dengan berbagai istilah, seperti thabat (pluralnya athbat), fahrasah atau fihris (pluralnya faharis), mu`jam (puralnya ma`ajim), barnamij, dan masyyakhah. Menurut Syeikh `Abd al- Hayy bin `Abd al-Kabir al-Kattani, orang terdahulu memberikan istilah masyyakhah bagi kitab yang menghimpunkan nama-nama guru dan riwayat-riwayat seseorang ahli hadis, kemudian mereka menamakannya pula setelah itu sebagai mu`jam kerana nama-nama guru disusun mengikut huruf hija’iyyah. Penduduk Andalus pula menggunakan istilah barnamij. Pada abad-abad belakangan, ahli hadis di daerah timur sehingga sekarang menyebutnya sebagai thabat, sedangkan ahli hadist ahli hadis di sebelah barat sehingga sekarang menyebutnya sebagai fahrasah. Syeikh Yasin al-Fadani mempunyai banyak riwayat bagi kitab-kitab seumpama ini. Selain itu Syeikh Yasin juga memiliki perhatian besar dalam cabang hadist yang lain seperti periwayatan hadist musalsal, riwayat `ali, tashih dan tadh`if, ilmu rijal dan ruwah.

Memperkenalkan nama-nama ulama Nusantara ke Dunia.

Salah satu jasa besar Syeikh Yasin al-Fadani adalah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara kedunia luar. Tanpa usaha beliau barangkali masyarakat luar Melayu tidak mengenali sama sekali peranan dan sumbangan tokoh-tokoh Ulama dari Nusantara. Melaluinya, perawi-perawi Arab dan bukan Melayu mengenal istilah ‘kiyahi’ dalam bahasa Jawa yang bermakna syeikh, ustaz, atau orang alim, nama-nama tempat dan nama-nama tokohnya seperti Syeikh Nawawi bin ‘Umar al-Bantani, Syeikh ‘Abdus Samad bin ‘Abdur Rahman al-Falimbani, KH. Hasyim bin Asy‘ari al-Jombangi, ‘Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani, K.H. Jam‘an bin Samun al-Tanqarani, K.H.Uhaid Ahyad bin Idris al-Bogori, K.H. Ma‘sum bin Ahmad al-Lasami, K.H. Baydawi bin ‘Abdul ‘Aziz al-Lasami, K.H. Baqir bin Nur al-Jogjawi, K.H. Mahfuz bin ‘Abdullah al-Tarmasi, K.H. Khalil bin ‘Abdul Latif al-Bankalani, K.H. ‘Abdul Muhit bin Ya‘qub al-Sidarjawi, K.H. ‘Umar bin Salih al-Samarani, K.H.‘Ali bin ‘Abdullah al-Banjari, K.H. Hasan bin ‘Abdus Syakur al-Sarbawi, Zainuddin al-Sumbawi, K.H. Mahmud bin Kenan al-Falimbani, K.H. Arsyad bin ‘Abdus Samad al-Banjari, K.H. Taib bin Ja‘far al-Falimbani, K.H. ‘Abdullah bin Azhari al-Falimbani, K.H. Ahmad Marzuki bin Hamid al-Suwahani, K.H. Muhammad bin Yasin al-Fakalonkani, Haji ‘Abdul Hamid bin Zakaria al-Betawi, Syeikh Muhsin bin Raden Muhammad al-Sirangi, K.H. Siddiq bin ‘Abdullah al-Lasami, K.H. Hasan bin Kiyahi Syamsuddin al-Qanquni, K.H. Bakri bin Sida al-Bantani, Qadhi Musa bin Ibrahim al-Melakawi, Qadhi Abu Bakar bin Hasan al-Muari, Syeikh ‘Utsman bin ‘Abdul Wahhab al-Sarawaqi, Syeikh Muhammad Salih bin Idris al-Kelantani dan lain lain.

Ada juga tokoh Nusantara yang digelar oleh Syeikh Yasin al-Fadani dengan gelaran ahli hadis seperti Muhaddist Surabaya bagi Sayyid Syeikh bin Ahmad Bafaqih. Menurut beliau, muhaddist di zaman mutakhir, dengan makna seorang musnid yang luas periwayatannya serta memperolehi banyak kitab sanad dan fihris secara bersambung daripada tokoh-tokoh timur dan barat, kira-kira terdapat 130 orang alim ulama Nusantara. Antara tokoh yang paling banyak sanad periwayatannya ialah Muhaddist Syeikh ‘Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani (m. 1182H), Syeikh ‘Abdus Samad bin ‘Abdur Rahman al-Falimbani (m.1211H), Syeikh ‘Abdul Ghani bin Subuh al-Bimawi, Syeikh Mahfuz bin ‘Abdullah al-Tarmasi (m. 1338H), Syeikh ‘Abdul Hamid Kudus, Syeikh Mukhtar bin ‘Atarid al-Bogori dan Sayyed Salim Jindan.

Tawadhu dan bersahaja.

Meski dikenal sebagai seorang maha guru, Syeikh Yasin berkepribadian tawadhu` kepada siapa saja. Ia tak segan untuk meminta ijazah dan pengetahuan dari murid-muridnya. Syeikh Yasin juga sering berkunjung ke Indonesia, negri asal nenek moyangnya. Dalam kunjungan beliau ke Indonesia beliau mengunjungi beberapa pondok Pesantren antara lain di Jakarta, Padang, Palembang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, NTB, Kalimantan, Ambon dan Manado. Setiap kota yang pesantren yang beliau kunjungi selalu dipenuhi oleh para umat islam dari berbagai kalangan, ulama, santri maupun masyarakat awam. Dalam setiap kesempatan beliau selalu menyampaikan hadits mutsaltsal dan memberikan ijazahnya. Oleh karena itu tak sedikit ulama yang ingin bertemu Syeikh Yasin dan dianggap sebagai murid olehnya dan meminta ijazah hadist.

Dalam kehidupan sehari-hari beliau sangat bersahaja dan sederhana. Walaupun dikenal sebagai seorang ulam abesar, beliau tak segan untuk keluar masuk pasar demi memikul dan menenteng sayur-mayur untuk kebutuhan keluarga beliau. Adakalanya dengan memakai kaus oblong dan sarung, beliau juga sering terlihat santai sambil nongkrong di ghahwaji (warung kopi) sambil mengisap syisah (rokok ala arab)

Tak ada seorangpun yang berani mencelanya, karena ketinggian ilmu yang beliau miliki. Orang-orang yang ingkar hanyalah orang-orang yang lebih mengutakan tampang dhahir ketimbang bathin.

Ada juga hal yang menarik dari sosok Syeikh Yasin. Sekalipun belaiu adalah seorang ulama tradisional, namun beliau memiliki wawasan yang luas. Beliau berpandangan belajar dan mengajar bagi kaum wanita juga wajib sebagaimana sabda Nabi SAW. Setelah sekian lama menanamkan cita-citanya untuk membangun madrasah putri, pada tahun 1362 H/1943 M beliau mendirikan lembaga pendidikan untuk kaum wanita, Madrasah Ibtidaiyyah lil Banat . lembaga pendidikan ini merupakan yang pertama di Arab Saudy yang didirikan khusus untuk kaum hawa. Setelah sekolah ibtidaiyah telah banyak dan membutuhkan tenaga pengajar, Syeikh Yasin memandang perlu mendirikan lembaga pencetak guru wanita. Maka pada bulan Raiul Akhir 1377 H beliau mendirikan Ma`had lil Mu`allimat (lembaga tingkat diploma untuk calon guru wanita)

Dalam surat kabar Al bilad edisi jumat 24 Dzul qa`dah 1379 H/1960 M, Syeikh Umar Abdul Jabbar, seorang ulama dan kolumnis menulis esai sebagai berikut “….bahkan yang terbesar dari amal bakti Syeikh Yasin adalah membuka Madrasah Putri pada tahun 1362 H/1943 M. Inilah sekolah pertama perempuan yang didirikan di negri Kerajaan Arab Saudi. Dalam perjalananya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan..”

Ketawadhuan beliau juga terlihat sebagaiman diceritakan oleh murid beliau, syeikh Mahmud bin Said Mamduh; Beliau sentiasa berakhlak dan menjaga adab terhadap guru-gurunya. Beliau akan sentiasa berusaha menjaga hati mereka sebaik mungkin. Selesai menulis syarah kitab al Luma' mengenai Usul Fiqh yang berjudul Bughyah al Musytaq bi Syarh Luma' Abi Ishaq setebal dua jilid, beliau berhasrat mencetaknya tetapi dalam masa yang sama salah seorang gurunya iaitu al-Qadhi Syeikh Muhammad Yahya Aman al-Hanafi turut sama selesai menulis syarah bagi kitab al-Luma' bertajuk Nuzhah al-Musytaq.

Maka Syeikh Yasin telah membatalkan niat untuk mencetak kitab tersebut sebagai menjaga hati, memuliakan dan mendahulukan gurunya. Tampaknya beliau berkaca mata pada kejadian sebelumnya, saat beliau mencetak kitab Hasyiah At Taisir karya beliau, yang ternyata membuat karya serupa milik guru beliau syeikh Yahya Aman kurang dikenal.

Murid-murid beliau.

Murid-murid Syeikh Yasin sangat banyak sekali. Merekalah yang menjadi penyambung silsilah keilmuan yang beliau miliki dari para guru untuk para murid.

Diantara murid-murid beliau antar lain:

1. Syeikh Muhammad Ismail Zain Al Makky Al-Yamany

2. Abuya Prof.DR. Muhammad bin Alwy Al Maliky.

3. Syeikh Muhammad Mukhtaruddin Al falimbany.

4. Syeikh Muhammad Hamid Amin Al Banjar.

5. Habib Umar bin Muhammad Hafidz Tarim

6. Syeikh Muhammad Hamid Al Kaf Makkah.

7. Syeikh Ahmad Damanhury Al Bantany.

8. KH. Abdul Hamid Ad Dary

9. Syeikh Ahmad Muhajirin Ad Dari Bekasi

10. T.G.H.Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai) Martapura.

11. Hadratus Syeikh Muallim K.H. M. Syafi Hazdamy

12. DR. Burhanuddin Umar Lubis

13. KH. Maimun Zubair Rembang

14. KH. Hasan Azhari

15. Kh. Sahal Mahfudh Pati

16. KH. DR. Abdul Munith Abdul Fattah

17. KH. Zayady Muhajir

18. KH. Ahmad Junaidy

19. KH. Idham Khalid

20. KH. Thahir Rahili

21. DR. Muslim Nasution

22. KH. Yusuf Hasyim Asy `ary

23. Prof. DR. Sayyid Agil Husain Al Munawwar

24. Prof.DR. Abuya Muhibbudin Waly Al Khalidi

25. Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Al Banjary

26. DR. Yahya Al Ghaustany

27. Syeikh Sayyid Abdullah Shiddiq Al Ghumary

28. Syeikh Abdus Subhan Al Barmawy

29. Syeikh Abdul Fattah Rawah

30. Syeikh DR. Ali Jum`ah (Mufti Mesir)

31. Syeikh Muhammad Ali As-Shabuny (Damaskus)

32. DR. Muhammad Hasan Ad Daimyahty

33. Syeikh Hasan Al Qathirji

34. Tuan Guru Haji Abdullah bin Abdul Rahman (Pondok Lubuk Tapah, Kelantan)

35. Tuan Guru Haji Hashim bin Haji Abu Bakar (Pondok Pasir Tumboh, Kelantan)

36. dll

Di Indonesia, boleh dikatakan hampir semua ulama di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang seangkatan dengan beliau atau di bawah beliau merupakan murid atau setidaknya mengaku sebagai murid beliau. Selain itu di Malaysia, Thailand dan Brunei juga tersebar murid-murid beliau yang sangat banyak.

Hampir lupa menikah

Karena sangat bersemangat dan giat dalam menuntut ilmu agama, Syeikh Yasin hampir saja lupa terhadap sunnah Rasul dalam kehidupan, yaitu menikah. Beliau termasuk terlambat dalam membina rumah tangga. Tepat pada usia empat puluh beliau belum juga menikah. Hal ini membuat orang tua beliau merasa prihatin dan khawatir, juga para guru dan rekan-rekan beliau. Mereka mengingatkan beliau bahkan ada yang ingin menjadikan beliau sebagai menantu. Karena orang tua beliau mengancam akan membakar kitab-kitab beliau dan beliau pun merasa takut durhaka kepada mereka, akhirnya masa lajang beliau akhiri.

Setelah itu melanjutkan pendidikannya di Madrasah Shawlahiyyah (1346H) dan akhirnya di Dar al-‘Ulum al-Diniyyah, Makkah (tamat 1353H). selain pendidikan formal, Syeikh Yasin juga banyak berguru kepada ulama’-ulama’ besar Timur Tengah. Diantaranya beliau belajar ilmu Hadist pada syeikh ‘Umar Hamdan, pada Syeikh Muhammad ‘Ali bin Husain al-Maliki, Syeikh ‘Umar Ba junaid, mufti Syafi’iyyah Makkah, lalu pada Syeikh Sa’id bin Muhammad al-Yamani, dan Syeikh Hassan al-Yamani. Dalam disiplin ilmu Ushul fiqh, beliau menimba ilmu diantaranya pada Syeikh Muhsin bin ‘Ali al-Palimbani al-Maliki (ulama keturunan Palembang yang tinggal di Mekah), Sayyid ‘Alwi bin ‘Abbas al-Maliki al-Makki (ayah kandung Sayyid Muhammad ulama’ Sunni Kontemporer dari Arab Saudi) dan banyak ulama’ berpengaruh lainnya. Bahkan disebutkan bahawa jumlah gurunya mencapai kisaran 700 orang, lelaki mahupun perempuan.

Selama bertahun-tahun Syeikh Yasin aktif mengajar dan memberi kuliah di Masjidil Haram dan dar al-‘Ulum al-Diniyyah, Makkah, terutama pada mata kuliah ilmu Hadits. Pada tiap-tiap bulan Ramadhan selalu membaca dan mengijazahkan salah satu diantara Kutub al-Sittah (6 kitab utama ilmu Hadits). Hal itu berlangsung lebih kurang 15 tahun. Syeikh yasin juga menulis hingga mencapai lebih dari 60 buah, diantaranya ‘Al-Durr al-Mandlud Syarh Sunan Abi Dawud’ 20 Juz, ‘Fath al-‘Allam syarh Bulugh al-Maram 4 jilid, ‘Nayl al-Ma’mul ‘ala Lubb al-Ushul wa Ghayah al-wushul, ‘Al-Fawa’iad al-Janiyyah dan sebagainya, termasuk tulisnya tentang ilmu periwayatan hadits. Syeikh yasin wafat pada hari Jum’at 28 Dzul al-Hijjah 1410 H. dan dimakamkan selepas solat Jum’at di permakaman Ma’la , Makkah Al-Mukarramah.

(Lihat dalam mukadimah al-Fawa’id al-Janiyah, dar al-Fikr, Beirut, Libanon, cet. 1, 1997, hlm 25.)

Sekitar tahun 1934 terjadi konflik yang menyangkut nasionalisme, direktur Ash-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar asal Asia Tenggara terutama dari Indonesia,  maka Syekh Yasin mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Mekkah, banyak dari pelajar Ash-Shautiyyah yang berbondong-bondong pindah ke Madrasah Darul Ulum, padahal madrasah tersebut belum lama didirikan. Syekh yasin menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Mekkah, disamping itu Syekh Yasin mengajar di berbagai tempat terutama di Masjidil haram . Materi materi yang disampaikan Oleh Syekh Yasin mendapat sambutan yang luar biasa terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara. Syekh Yasin juga dikenal sebagai sosok ulama yang sering minta Ijazah dari para ulama-ulama terkemuka sehingga Beliau memilki sanad yang luar biasa banyaknya.

Dan yang sangat menarik adalah sosok Syekh Yasin Al-Padani adalah kesederhanaannya, walaupun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul, dan menenteng sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan memakai kaos oblong dan sarung, Syekh Yasin juga sering nongkrong di warung teh sambil menghisap Shisah ( rokok arab). tak ada seorang pun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syekh Yasin.  Dan jika musim haji tiba Syekh Yasin mengundang ulama-ulama dunia dan pelajar  untuk berkunjung kerumahnya  untuk berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta Ijazah Sanad hadist dari Syekh Yasin. Namun biarpun lewat dari musim haji rumah Syekh Yasin pun selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.

Ulama kelahiran abad 20 ini menghasilkan karya-karya yang tak kurang dari 100 judul, yang semuanya tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Mekkah maupun di Asia Tenggara. Susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan karya Syekh Yasin banyak digunakan oleh para ulama dan pelajar sebagai sumber  referensi. Diantaranya:

PUJIAN PARA ULAMA

Syekh Zakaria Abdullah Bila teman dekat pendiri Nahdlatul Wathan yaitu Syekh M. Zainuddin pernah berkata, “waktu saya mengajar Qawa’idul-Fiqhi di Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab Al-Fawa’idul-Janiah karangan Syekh Yasin… menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.

Seorang ahli Hadits bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumari pernah memuji dan menjuluki beliau sebagai kebanggaan Ulama Haramain dan sebagai Muhaddits. Doctor Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab: الجواهر الثمينة في بيان أدلة عالم المدينة berkata: Syekh Yasin adalah Muhaddits, Faqih, Mudir Madrasah Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid Al-Haram…

Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “…bahkan yang terbesar dari amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H. Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan…

Assayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal sebagai Mufti negeri Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah syiir yang panjang husus untuk memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya nukilkan satu bait saja yang berbunyi:

أنت في العلم والمعاني فريد…… وبعقد الفخار أنت الوحيد

“Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat,

Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”

Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan perkataan dan syiir yang panjang, saya nukilkan satu bait saja yang bunyinya:

أنت فينا بقية من كرام……لا ترى العين مثلهم إنسانا

“Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat,

tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”

Ustaz Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata:

فيا طالب العلم لب نداء……ياسين وافرح بهذا القرى

“Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin,

bergembiralah dengan sajian yang ia sajikan,”

Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam kitab Hasyiah Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits Hasyiah tersebut dari Syekh Yasin yang digelarinya sebagai مسند الدنيا Musnid Addunia…

Al-Habib Assayyid Segaf bin Muhammad Assagaf seorang tokoh pendidik di Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman beliau terhadap Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai “Sayuthiyyu Zamanihi”. Beliau juga mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau, berikut saya nukilkan dua bait saja yang bunyinya sebagai berikut:

لله درك يا ياسين من رجل……أم القرى أنت قاضيها ومفتيها

في كل فن وموضوع لقد كتبا ……يداك ما أثلج الألباب يحديها

“Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh,

dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya.”

“Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu,

Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya.”

Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh Balfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau…

Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, pernah ia menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud. Ketika itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin Asshiddiq Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh Abdul-Fattah Rawah.

H.M.Abrar Dahlan berkata: “yang membuat beliau lepas dari sorotan publikasi ialah karena ia telah menjadi lambang Ulama Saudi yang bukan Wahabi” yang tersisa di Makkah. Walaupun begitu ia diakui juga oleh ulama Wahabi sebagai Ulama yang bersih dan tidak pernah menyerang kaum Wahabi… Seorang tokoh agama Najid dari Ibukota Riyadh (Pusat Paham Wahabi) yaitu Jasim bin Sulaiman Addausari pada tahun 1406 H pernah berkata:

أبلغوا مني سلاما من صبا نجد……ذكيالأبي الفيض فداني

مسند الوقت بعيد عن نزول……هابط أما لما يعلو فداني

فدى أسر الروايات فلوتنطق……لقالت: علم الدين فداني

KARYA TULIS & MURID

Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain…

Di antara murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir), Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dll…

Dan di antara murid-murid beliau yang di samping mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah dan Khasshah, juga diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum adalah: H. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri, H.M.Yusuf Hasyim, H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al Munawwar, Ustaz Sukarnawadi, KH. Husnuddu’at dll…

Ustaz Sukarnawadi salah satu dari muridnya pernah bercerita, seseorang bernama H.Abdul-Aziz asal Jeruwaru Lombok NTB pernah mendatangi Syekh Yasin untuk meminta bai’at, izin serta restu untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah… ketika itu Syekh Yasin memberi satu syarat, yaitu, saya juga harus turut dibai’at, karena saya di samping menjadi Guru yang lama mengajar di Madrasah Darul-Ulum, (dari tahun 1978 sampai 1990) juga sebagai salah satu dari sekian murid yang selalu diberikan bimbingan dan perhatian khusus… maka yang mendapat izin dari beliau untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah yang berasal dari Lombok saat itu hanyalah saya (Ustaz Sukarnawadi) dan H.Abdul Aziz…

Saya (Ustaz Sukarnawadi) sebagai warga, bahkan tokoh Nahdlatul Wathan (ketika pulang ke lombok) menceritakan hal itu kepada pendiri Nahdlatul Wathan, yaitu Syekh M. Zainuddin, dan beliaupun tidak mengingkari hal tersebut, bahkan beliau merestui, memberikan Ijazah dan doa yang khusus serta harapan agar di samping itu tetap berjuang membela Nahdlatul Wathan.

Syech yasin juga sering mengadakan kunjungan -kunjungan keberbagai negara terutama di Indonesia yang merupakan asal dari nenek moyangnya, tak  sedikit dari para ulama-ulama yang bertemu Syech Yasin ingin dianggap murid oleh beliau dan minta ijazah sanad hadist. Dan kejadian yang menarik adalah sewaktu Syech yasin berkunjung keIndonesia banyak dari para ulama dari berbagai daerah di indonesai berbondong -bondong menemui Syech Yasin untuk dianggap murid salah satunya adalah KH Syafi’i Hadzmi . Kh Syafii datang menemui Syech Yasin Al Fadani untuk diangkat sebagai murid namun Syech Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau ada hal lain. Namun Syech Yasin Menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan beliau mengatakan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi Murid KH Syafi”i Hadzami. Syech yasin menilai bahwa Kedalam ilmu yang dimiliki Kh Syafi’i hadzami tak diragukan lagi. Kh Syafi’i hadzami begitu terkenal namanya Di Mekkah sebagai Sosok Ulama Indonesai yang memiliki keluasan ilmu.

Karya beliau yang terdiri dari kitab fiqh, hadits, balaghah, tarekh, falak, sanad serta dalam cabang ilmu yang lain antara lain:

1. Ad Durr al-Mandhud fi syarh Sunan Abi Daud 2. Fath al-`Allam Syarh Bulughul Maram 3. Syarh Jauhar Tsamin fi arba`in Haditsan min Ahadits Sayyidil Mursalin lil `Ajluny 4. Syarh al-Musalsal bil `iratith Thahirah 5. Bulghah Al Mustaq fi ilm Isytiqaq 6. Tasnif as-Sama`i fi Mukhtashar ilm al-Wadha` 7. Hasyiah `ala Risalah Hajar Zadah fi Ilmi Wadha` 8. Idhah an-Nur al-Lami` syarh al-Kawkab as-Sathi` 9. Hasyiah `ala al-Asybah wan Nadha-ir fi Furu` Fiqh asy-Syafii lis Suyuthy 10. Bughyah Musytaq Syarah al-Luma` Abi Ishaq 11. Ta`liqat `ala Luma` Abi Ishaq asy-Syirazy fi Ilmi Ushul 12. Hasyiah `ala at-Talaththuf Fi Ushul Fiqh 13. Hasyiah `ala al-Qawaid al-Kubra li al-`Izz bin Abd as-Salam 14. Tatmim ad-Dukhul Ta`liqat `ala Madkhal al-Wushul ila `ilm al-Ushul 15. Ta`liqat `ala Syarh Mandhumah az-zamzamy fi Ushul at-Tafsir 16. Taqrir al-Maslak liman arada `ilmi Falak 17. Al-Khamaliyah Syarh mutawasith `ala Tsamarat al-Wasilah 18. Ar-Riyadh Nadhrah Syarh Nadhm al-Alaliy al-Muntatsirah fil Maqulat al-`Asyrah 19. Syarah `ala Risalah al-Adhud fil wadha` 20. Tastnif as-Sami` mukhtashar fi Ilm al-Wadh`i 21. Syarah `ala Mandhumah Zubad li Ibni Ruslan fil Fiqh Syafii 22. Kaukab al-Anwar fi asma-i an-Nujum as-Samawiyah 23. Al-Mukhtashar al-Muhazzab fi istikhraj al-Auqat wal Qiblat bil Rubu` al-Mujayyab 24. Manhal al-Ifadah Hawasyi `ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadharah li Thasy Kubra Zadah 25. Ad-Durar an-Nadhid Hasyiah `ala Kitab at-Tamhid lil Asnawi Fi Ushul Fiqh asy-Syafii 26. Nail al-Ma`mul Hasyiah `ala Ghayatul wushul `ala Lubb al-Ushul 27. Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiah `ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah 28. Janiyy ats-Tsamar Syarah Manzumah Manazil Qamar 29. Thabaqat asy-Syafi`yyah al-Kubra 30. Thabaqat asy-Syafi`yyah al-Sughra 31. Thabaqat Ulama al-Ushul wa al-Qawa`id al-Fiqhiyyah 32. Thabaqat `Ulama al-Falak wa al-Miqat 33. Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Ahkzihim 34. Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Stamrah al-Wasilah fi al-Falak 35. Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir `ala Tsamarah al-Wasilah 36. Husn ash-Shiqayah Syarah Kitab Durus al-Balaghah 37. Risalah fi ilm al-Mantiq 38. Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi ilm al-Bayan 39. Ar-Risalah al-Bayaniyyah `ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab 40. Tanwir Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Shahirah 41. Al-Qawl al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim bin Aqil 42. Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-sharfiyyah 43. Al-`Ujalah fi al-Hadits al-Mustaltsal 44. Asma al-Ghayah fi Asanid asy-syeikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qira-ah 45. Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab`ah 46. Al-`Iqd al-fard min Jawahir al-Asanid 47. Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-`Asyrah 48. Ithaf al-Mustafid bin Nur al-Asanid 49. Qurrah al-`Ayn fi Asanid A`lam al-Haramain 50. Ithaf uli al-Himam al-`Aliyyah bi al-Kalam `ala al-Hadits al-Musalsal a-Awwaliyah 51. Al-Waraqat fi Majmu`ah al-Musalsalat wa al-Awa`il wa Asanid al-`Aliyyah 52. Ad-Durr al-farid min Durar al-Asanid 53. Al-Muqtathaf min ithaf al-Kabir bi Makky 54. Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Ahli Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li `Abd al-Baqi al-Ba`li al-Hanbali 55. Arba`un Haditsan min Arba`in Kitan `an Arba`in `an Arba`in Syaikhan 56. Arba`un al-Buldaniyyah Arba`un Haditsan `an Arba`ina `an Arba`ina Baladan 57. Arba`un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthy 58. Al-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Mu`arrikh as-sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah 59. Fath ar-Rabb al-Majid fima li Asyyakhy min Fara`id al-Ijazah wa al-Asanid 60. Silsilah al-Wushlah Majmu`ah Mukhatarah min al-hadits al-Mustalsal 61. Al-faydh al-Rahmany bi Ijazati Samahah al-Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-`utsmany 62. Nihayah al-mathlab fi `ulumi al-Isnad wa al-Adab 63. Ad-Durar an-Nadhir wa ar-Rawdh an-Nazhir fi Majmu` al-Ijazah bi-Tsabat al-Amir 64. Al-`Ujalah al-Makkiyah 65. Al-Waraqat `ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba`in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin 66. Ta`liqat ala Kifayah al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudh at-Turmusy 67. Tahqiq al-Jami` al-Hawi fi Marmiyat al-Syarqawy 68. Ittihaf at-Thalib as-sirry bil Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari (sanad tokoh) 69. Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitamy al-makky 70. Faydh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-syeikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan 71. Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallaty 72. Faydh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin 73. Madmah al-wujdan fi Asandi asy-Syaikh Umar Hamdan 74. Faidh al-Ilah al-`Aliy fi Asanid `abdil Baqi al-Ba`ly al-Hanbaly 75. Al-Maslak al-Jaliyy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syeikh Muhammad `Aly 76. Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar majmad a-Wujdan 77. Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-wujdan fi Asandi asy-Syaikh Umar Hamdan 78. Ittihaf as-Samir bi Awham ma fi tsabat al-Amir 79. Ijazah as-Sayyid Muhammad `Alawy al-Maliky 80. Ijazah asy-Syeikh Aiman Suwaid 81. al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah 82. Bughyatul al-Muris fi Ilm al-Asanid 83. Ta`liqat `ala al-Awail as-Sunbuliyyah 84. Ta`liqat `ala al-Awail al-`Ajluniyyah 85. Ta`liqat `ala Tsabat ay-Syanwany 86. Ta`liqat `ala Tsabat asy-Syibrazy 87. Ta`liqat `ala Tsabat al-Kuzbari al-Hafid 88. Ta`liqat `ala Husn al-Wafa li ikhwan ash-Shafa 89. ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir 90. ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyah al-`Adi wa ar-Raih bi Ijazah al-Ustad Muhammad Riyadh al-Malih 91. al-`Ujlah fi Ahadits al-Mutsaltsalah 92. al-`Iqdul Farid min Jawahir al-Asanid 93. Uqud al-Lujain fi Ijazah Syeikh Ismail Zain 94. Faidh al-Bari bi Ijazah al-Wajih as-Sayyid `Abdur Rahman al-Anbari 95. Faiydh al-Mabdi bi Ijazah asy-Syeikh Muhammad `Audh az-Zabidy 96. al-Kawakib ad-Darary fi Ijazah Mahmud bin Sa`id al-Qahiri 97. al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah 98. Masjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafii 99. al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir 100. al-Mawahib al-Jazilah wa al-`Uqud al-Jamilah fi Ijazah al-`Allamah al-Bahhatsah al-Musyarik asy-Syeikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila 101. an-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyah 102. Nahj as-Salamah fi Ijazah ash-Shafi Ahmad Salamah 103. al-Wafi bi zaily Tazkar al-Mushafi bi Ijazah Syeikh Abdullah al-Jarafi 104. al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati 105. al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimy. 106. Dll

Semua kitab beliau dari no. 40 merupakan kitab dalam bidang ilmu sanad.

KEKERAMATAN BELIAU

Seseorang bernama Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah Syekh Yasin Pada hari jum'at, Ketika Adzan jum'at dikumandangkan, Syekh Yasin masih saja di rumah, ahirnya Zakariyya keluar dan solat di masjid terdekat. Seusai solat jum’at, ia menemui seorang kawan, Zakariyyapun bercerita pada temannya bahwa Syekh Yasin ra. tidak solat Jum’at. Namun dibantah oleh temannya karena kata temannya, “kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau”.H.M. Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syekh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap dengan tembakau dari buah-buahan/rokok tradisi bangsa arab). Setelah saya buatkan dan syekh mulai meminum teh, saya keluar menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syekh Yasin baru pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab,.. saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.Dikisahkan ketika KH. Abdul Hamid sedang mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, beliau menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya, malam hari itu juga, beliau menerima sepucuk surat dari Syekh Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. ia pun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan K.H. Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!

H. Mukhtaruddin asal Palembang bercerita, pernah ketika pak Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syekh Yasin. Ahirnya pak Soeharto pun sembuh berkat do’a beliau. Kisah ini selanjutnya didengar sendiri oleh ayah saya dari Syekh Yasin. Semoga Allah swt. merahmati beliau, Amin ya Rabbal-Alamin….

Wallahu A'lam bis-Shawab.

Musnid Dunia dan kriterianya

Didalam kitab " Asanidul Masriyyin" hasil karya Syeikhuna Muhaddis Usamah Said Mahmud al-Azhari ada menceritakkan tentang " Musnid dunia " dan bagaimana kita dapat mengetahui seseorang itu Musnid dunia, dengan secara jelas sekali Syeikh memaparkan beberapa syarat agar seseorang dapat di gelar Musnid dunia, sebab gelaran ini merupakan gelaran besar yang semestinya di tempatkan pada tempatnya.

Di sini Maulana Syeikh Usamah menyebutkan bahwa gelaran Musnid dunia merupakan gelaran yang sangat agung sekali, ulama hanya menyebutnya kepada pembesar-pembesar ulama saja dalam bidang ilmu sanad, yang memiliki keluasan didalam riwayat, memiliki syekh-syekh yang banyak, dan memiliki umur yang panjang sehingga dapat menyampaikan sanad para cucu kepada nenek moyangnya, dan orang tersebut terkenal dengan demikian sehingga banyak dari kalangan ulama yang mendatanginya, menulis hadisnya dan meminta ijazah darinya.

Dari sebahagian sifat orang yang di kenal Musnid dunia adalah jika seseorang memiliki sanad yang sangat tinggi, dan keluarganya memiliki perhatian besar terhadapnya dengan menghadirkannya ke berbagai majlis pembacaan hadis ketika kecilnya dan mendengarkan hadis dari Musnid dunia yang ada pada masa kecilnya.

Seperti biografi al-Hafiz Abu al-Qasim al-Bughawi yang telah di sebutkan oleh al-Hafiz az-Zahabi didalam kitabnya Siyaru I`lami an-Nubala` : " Kakek beliau sangat perhatian sekali dengannya - Abu al-Qasim - sehingga beliau perdengarkan hadis kepadanya semasih masih kecil, dengan begitu beliau telah menulis dengan secara imala` hadis pada bulan rabi`ul awwal, tahun 250 hijriyah sementara umurnya ketika itu sepuluh tahun setengah, kita tidak pernah mengetahui seorang pun yang paling kecil umurnya ketika menuntut ilmu hadis dan menulis hadis kecuali Abu al-Qasim, sehinga beliau mendapatkan sanad yang angat tinggi, dan menceritakan hadis dari kelompok generasi tabi`in yang kecil.

Diantara yang perlu di perhatikan didalam gelaran Musnid dunia adalah : 

1 - Memiliki sanad yang tidak di miliki orang lain.

Sudah semestinya bagi seorang musnid dunia memiliki sanad tinggi yang tidak terdapat pada orang lain dari generasinya, sehingga orang lain sibuk mengambil dari nya karena tingginya sanad tersebut, dan sebabtidak didapatkan riwayat yang seperti itu kecuali dari jalur sanadnya.

2 - Dan semestinya juga sanadnya  yang ada pada masa ketika itu  digunakan oleh ulama-ulama sedunia, dan jika dia meninggal dunia maka derajat sanad didunia ini menurun satu tingkat.

Seperti  Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Abullah Ibnu Quddamah al-Maqdisi, berkata Ibnu Hajar didalam kitannya ad-Durarul Kaminah : "Sanad orang-orang turun satu tingkat disebabkan kewafatan beliau ".

Ulama-ulama yang di gelar dengan Musnid dunia :

1 - Abu Muhamad Abdul Wahid bin Abdurrahman bin al-Qasim al-Qursyi az-Zubairi al-Bukhari wafat tahun 495 hijriyah.

2 - Abu Ali al-Husein bin Ahmad bin al-Husein al-Ashbahani al-Haddad wafat tahun 515 hijriyah .

3 - al-Hasan bin Ali bin Muhammad bin Hasan Abu Muhammad al-Jauhari as-Syairazi wafat tahun 543 hijriyah.

4 - Sodaruddin Abu al-Fath Muhammad bin Muhammad bin Ibrahim bin al-Qasim al-Maidumi al-Masri wafat 574 hijriyyah.

5 - Abu Tohir Ahamd bin Muhammad bin AHmad bin Muhammad as-Silafi wfat tahun 576 hijriyah. 

6 - Ali bin Ahmad bin Abdul WAhid al-Maqdisi yang lebih dikenal dengan Ibnu Bukhari al-Hanbali wafat tahun 690 hijriyah.

7 - Syihabuddin Ahmad bin Abu Tolib bin Abu Ni`am Ni`mah bin Hasan bin Ali bin Bayanuddin al-Hajjaar yeng lebih di kenal dengan Ibnu Syihnah wafat tahun 730 hijriyah.

8 - Muhammad bin Jabir bi al-Qasim al-Wadiyasyi meninggal dunia tahun 749 hijriyah.

9 - Solahuddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim as-Solili lebih masyhur dengan panggilan Solah Ibnu Abi Umar wafat tahun 780 hijriyah .

10 - Abu Abdullih Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Abdullah bin Qudamah al-Maqdidi, wafat tahun 780 hijriyah.

11 - Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Siddiq bin Ibrahim bin Yusuf ad-Damsyiqi as-Sufi al-Mu`adzin dikenal dengan ar-Rassam wafat tahun 806 hijriyah.

12 - Abu Abdillah Muhammad bin Muqbil bin Abdullah al-Halabi  wafat tahun 871 hijriyah .

13 - Abu Muhammad Abdurrahman bin Ali ad-Daiba` as-Syaibani al-`Abdari wafat tahun 944 hijriyah .

14 - at-Tohir bin al-Husein bin Abdurrahman al-Ahdal wafat tahun 998 hijriyah .

15 - Zainuddin Abu Bakar bin al-Husein al-Maraghi.

16 - Najm Muhammad bin Muhammad Badaruddin al-Ghazzi al-`Aamiri wafat tahun 1061 hijriyah.

17 - Samsuddin Abu Abdillah Muhammad bin `Ala`uddin al-Babili al-Qahiri as-Syafi`i wafat tahun 1077 hijriyah .

18 - al-Wajih Abu al-Mahasin Abdurahman bin Muhammad al-Kuzbari al-Hafid wafat tahun 1262 hijriyah .

19 - al-Habib `Aidarus bin Umar al-Habsyi wafat tahun 1314 hijriyah.

20 - Sayyid Muhammad Raafi` bin Muhammad bin Abdul Aziz at-Tohtowi wafat pada tahun 1355 hijriyyah .

21 - Abu Iqbal Abu Is`ad Muhammad Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani wafat tahun 1382 hijriyyah.

22 - Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Indonesi al-Makki wafat tahun 1410 hijriyah.

23 - Abdurrahman bin Muhammad Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani, beliau adalah musnid dunia sekarang . alhamdulillah saya juga mendapatkan riwayat dari beliau, lihat biografi beliau didalam kitab saya " Ghayatu ar-Rusukh Fi Mu`jami Syuyukh.

Setelah sekian lama membaktikan dirinya dalam pengembangan ilmu agama, Hadhratus Syeikh Al `Allamah Abu Al-Fayd Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-fadany Al-Makky berpulang ke hadhiratNya pada hari jumat shubuh 27 Dzulhijjah 1410 H/20 Juli 1990 M dalam usia 75 tahun. Dalam waktu singkat berita wafatnya beliau segera menyebar luas. Orangpun berdatangan berduyun-duyun untuk berta`ziyah. Roman wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyum. Setelah dishalati usai shalat jum`at jasad beliau dimakamkan di pemakaman Ma`la. Beliau meninggalkan empat orang putra; Arafat, Fadh, Ridha dan Nizar.

Rujukkan :

1 - Asanidul Mesriyyin karya Syeikh Usamah Said al-Azhari : 121, terbitan  Daar al-Faqih, cetakkan pertama tahun 1432-2011.