Agar Anak menjadi benar dan shaleh

Assalamu’alaikum Wr Wb

          Semog Habib senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan sehat hingga dapat terus membimbing umat Rasulullah SAW ini.

          Habib Luthfi bin Yahya yang saya  cintai, saya mempunyai beberapa pertanyaan, yang semoga Habib berkenan menjawabnya.

          Pertama, bagaimana cara mengusir rasa malas dalam beribadah, terutama ketika ingin melaksanakan shalat tahajud dimalam hari.

          Kedua, adakah amalan untuk membina keluarga supaya sakinah mawadah dan wa rahmah dan anak-anak kelak bisa jadi anak yang shaleh dan shalihah

          Demikian beberapa pertanyaan saya. Semoga Allah membalas kebaikan Habib dengan sebaik-baik balasan. Amin.

 Wassalamu’alaikum Wr Wb

Wa’alaikumsalam Wr Wb

          Untuk pertanyaan pertama, jadikanlah segala kebaikan, termasuk ibadah sebagai suatu kebutuhan, melebihi kebutuhan kita terhadap makan, minum dan pakaian.

Ibadah ini tentu saja tidak hanya salat malam (Tahajjud), tapi juga semua sunah Nabi SAW. Kalau kita bisa menjalankan salat Tahajjud, sebaiknya kita juga menjalankan sunah-sunah Nabi SAW lainnya.

Lakukanlah ibadah sunnah itu seperti orang lapar. Kalau lapar, kita butuh makan. Maka ketika  dikasih nasi dengan lauk sambal pun, atau nasi garam pun, makan akan terasa nikmat. Itu baru masalah nasi. Apakah kebutuhan kita tidak lebih banyak kepada si Pencipta nasi, yaitu Allah?

Jadi, ikhtiarkan rasa membutuhkan terlebih dahulu, baru kemudian kita rangkai keinginan untuk melaksanakan ibadah sunnah, seperti salat Tahajjud. Ikhtiar lainnya adalah membaca ayat terakhir surah Kahfi,”Kul Innamaa annaa basyaru mitslukum...(Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”)

Ayat itu dibaca tujuh kali ketika akan tidur. Tentu saja, membacanya dengan sungguh-sungguh dan kemauan tinggi untuk bangun malam guna menjalankan salat Tahajjud.

Kita berdoa supaya kita dapat bangun. Tetapi kalau memang tidak mempunyai tekad yang kuat, barangkali juga tidak akan terlaksana. Mungkin saja bisa bangun tengah malam, kemudian berzikir, tetapi kemudian mengantuk dan tidur lagi.

Untuk jawaban yang kedua, kalau kita menginginkan keluarga yang bahagia, berbuatlah sebaik mungkin sebagai orang tua yang baik kepada anak-anaknya.

 Syarat terbentuknya keluarga yang mawahdah wa rahmah adalah tumbuhnya sifat kebapakan atau keibuan pada pasangan suami istri. Sekalipun belum dikaruniai momongan, belum mempunyai keturunan, mereka harus sudah menyiapkan diri dengan sifat  kebapakan atau  keibuan.

Boleh dikatakan, dengan bersikap kebapakan atau keibuan, mereka sudah menyiapkan teorinya nanti begitu mendapatkan keturunan, mereka bisa langsung praktik. Ketika  buah hati sudah tumbuh, kita akan cepat menggapai mawadah wa rahmah.

Adanya kerja sama antara ibu dan bapak akan saling melengkapi, sehingga anak-anak akan meniru atau mengikuti teladan orang-tuanya yang dirasakan sangat lengkap. Bukannya sebaliknya, kekurangan di antara kedua orang tua itu justru ditampakkan, sehingga anak-anak cenderung akan mencontoh tindakan-tindakan yang salah itu.

Sarana lainnya adalah bila sudah menjadi orang tua, kita harus memberikan contoh berupa dekat kepada para ulama. Mana mungkin anak kita akan dekat dan mencintai ulama kalau orang tuanya sendiri tidak dekat dan cinta kepada para ulama? Ajaklah anak-anak kita secara berkala berkunjung atau bersilaturahmi kepada para guru, ustadz, atau ulama. Entah dalam keperluan pribadi atau dalam acara menghadiri majelis taklimnya. Tidak usah jauh-jauh, dimulai dari guru, ustadz atau ulama dilingkungan sendiri saja. Baru kemudian kepada lingkungan yang lebih jauh.

Kalau anak-anak sudah besar tunjukkan juga pusara para ulama. Supaya mereka mau mengingat jasa  dan perjuangannya. Disamping itu juga berdoa kepada Allah supaya para ulama yang berada dialam barzakh juga mau mendoakan kita.

Peringatan Rasulullah SAW, ujian akan muncul kalau kita jauh dari para ulama. Diantaranya akan terangkat barakah diantara kita.

Jadi kalau kita menginginkan anak-anak kita shaleh, jangan menjauhkan mereka dari para ulama.

Dan kalau ingin terhindar dari cobaan, kita perlu memperbanyak membaca Al Quran dan shalawat kepada Nabi SAW. Kita tidak mendidik anak membaca Al Quran supaya pintar, tetapi supaya benar. Sebab kalau benar pasti pintar, tetapi kalau pintar belum tentu benar.

Kita juga mesti selalu mendoakan anak kita agar menjadi anak shaleh dan hidupnya penuh barakah.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah