Dukun Kahin dan Dukun Tabib

Al-Kisah no.15/2004

 

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya rnohon penjelasan yang terperinci mengenai perdukunan. Dikatakan bahwa yang dilarang dalam Islam adalah dukun kahin (peramal). Sedangkan yang tidak dilarang adalah dukun penyembuh (tabib).

Pada suatu waktu, di luar kebiasaan, masakan di rumah makan saya rusak. Sajian makanan tidak berbau tetapi basi, termasuk masakan yang baru dimasak. Pelanggan pun mulai berkurang sedikit demi sedikit. Sehingga saya biasa mem-buang masakan basi itu.

Itu berjalan sampai satu tahun, saya tidak tahan dan bangkrut. Anehnya, kalau masak di rumah, untuk keperluan sendiri, tidak basi.

Jarak antara rumah tinggal dan rumah makan cukup jauh. Pernah suatu kali, yang menunggu rumah makan pamit semalam, besoknya rumah makan saya penuh dengan pasir dan  kotoran manusia.

Apakah saya musyrik bila mendatangi dukun untuk menyembuhkan rumah makan saya yang "sakit" itu? 

Mohon penjelasan atas masalah ini. 

Dan, apakah dukun tabib itu mengobati penyakit manusia saja, ataukah juga penyakit seperti yang "diderita" rumah makan saya?  

Atas jawaban pengasuh, saya sampaikan terima kasih. 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Ahmad Bachrum

Kompleks Kehutanan Cikoneng, Ciomas, Bogor, Jawa Barat

 

 

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Kemusyrikan itu maknanya menyekutukan. Atau mengambil atsar (pengaruh) selain dari Allah. Misalnya pakai batu cincin, Setelah saya pakai batu cincin ini, saya bisa begini-begini. Itu namanya mengambil atsar dari satu benda, dan itu tidak dibenarkan. Tapi, apabila saya memakai cincin karena mengikuti jejak Rasulullah, sekalipun cincin besi, itu jadi lain.

Sejak saya mengikuti sunah dengan memakai batu ini, dengan sebab batu ini Allah Ta'ala memberi saya ini, itu. Itulah mungkin saja yang terjadi, karena kita mengikuti jejak sunah Nabi. Bukan karena batu cincinnya. Itu tidak syirik.

Seperti kita ke dokter. Setelah makan obat dokter, anak saya sembuh. Perkataan seperti ini harus ditata. Kalau mengatakan bahwa dokter itu yang menyembuhkan, itu syirik. Tapi kalau kita berbicara dengan baik dan beriktikad yang benar, kita akan katakan, "Alhamdulillah, setelah diberi petunjuk oleh Allah dengan sebab teman saya, ketika anak saya sakit datang ke Dokter Anu, ternyata Allah Ta'ala memberikan kesembuhan terhadap anak saya." Itu tidak syirik.

Demikian juga dengan masalah dukun. Di Indonesia, kata dukun bisa berarti banyak. Istilah itu bisa dipakai untuk siapa saja karena adat bahasa.

Sedangkan kahin adalah peramal, tukang ramal, yang tidak bisa disamakan dengan tabib atau orang yang bisa mengobati penyakit. Entah itu dengan ramuan atau dengan ilmu hikmahnya. Kita harus memisahkan istilah itu.

Makanya ada kalimat "datang ke mbah dukun", karena belum tentu setiap dukun itu jelek. Kadang, dukun adalah istilah, sesuai bahasa setempat. Ini perlu dipisahkan dan dimengerti. Di sini kita harus mengenal betul adat istiadat dan bahasa yang berlaku di daerah kita.

Seperti di Indonesia, khususnya di Jawa. Seorang ulama dipanggil kiai, mbah yai. Tapi di daerah Kalimantan jarang yang disebut kiai. Dia disebut tuan guru. Padahal tujuannya sama, yaitu ulama. Juga as-syekh dan al-ustadz. Sama-sama mengajar ilmu agama, yang satu di panggil ustaz dan lainnya dipanggil as-syekh.

Untuk persoalan yang sedang Anda hadapi, saya sarankan, datang ke tempat ulama atau kiai, yang bisa memberikan nasihat dan ikhtiar. Dengan datang pada mereka, iman kita akan bertambah kuat dan terpelihara. Sama dengan dokter, niatnya ikhtiar dan hasilnya semuanya datang dari Allah.

Kalau kita datang ke tempat yang tidak tepat, bisa menimbulkan dosa. Dalam kasus seperti di atas, kalau di rumah tidak apa-apa, tapi kalau di warung basi, misalnya, setelah datang pada orang yang dianggap mengerti atau pandai, sesuai hitungan, umpamanya, dikatakan bahwa ada orang yang jahat.Setelah pulang, kita malah berprasangka buruk pada orang lain.ini tidak pas, kita telah memvonis orang yang belum tentu berbuat. 

Tapi kalau datang pada orang saleh, insya Allah, mereka tidak akan mengatakan sesuatu yang menimbulkan su'uzhan atau buruk sangka. Kalau Anda bertanya, adakah ilmu-ilmu yang seperti itu, yang membuat rumah makan Anda "sakit", jawabnya, sejak Nabiullah Musa ilmu itu sudah ada. Bahkan dalam AI-Quran ilmu sihir itu disebutkan. Waktu itu, kahin-kahin mengubah tali menjadi ular. Nabi Musa kemudian membalasnya dengan mengubah tongkatnya menjadi ular. Itu satu contoh saja. Semoga Anda puas.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah