al-Habib Umar bin Thoha bin Yahya Indramayu

Al-Arifbillah Al-Habib Umar bin Thaha bin Hasan bin Thaha bin Muhammad Al-Qadhi bin Yahya Ba’Alawy

 

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف الانبيآء والمرسلين,

وعلى اله وصحبه أجمعين, امابعد:

 

Bismillahirrahmannirrahim, Alhamdulillaahi rabbil ’aalamiin, Wash-shalatu wassalam ‘alaa Rasulillaah SAW.

Amma Ba’du

 

Ini adalah sebuah biografi seorang atau sejarah riwayat hidup dari seorang Imamnya daripada Ulama dan para Awliya yang mendapat gelar Quthub-nya ahli ilmu, Quthbil ‘Aqthab di zamannya, yang membidangi dalam segala hal jurusan bidang ilmu yang tidak bisa diragukan atas kemahirannya dalam membidangi ilmu-ilmu tersebut di atas.

Beliau, al-Quthbil Aqthab serta Ghauts zaman namanya As-Sayyid Umar bin Thaha bin Hasan bin Thaha bin Muhammad Al-Qadhi bin Thaha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Imam Yahya Ba’Alawy

Beliau berperawakan sedang, hidungnya mancung, rambutnya sepundak, beliau tampan seperti bule.

 

Beliau diberi kelebihan dari Allah SWT ada tiga keutamaan;

Beliau dilahirkan berasal dari Palimanan, pada tahun 1223 H ada riwayat juga 1210 H. Beliau pertama kali belajar diberangkatkan oleh orang tuanya al-Habib Thaha bin Hasan bin Thaha bin Yahya (Ciledug, Jati Se’eng), pertama kali ke Mekkah al-Mukaramah selama 5 tahun.

Lalu beliau meneruskan menimba ilmu ke Hadhramaut hanya beberapa tahun, setelah mendapatkan ‘ijazah’. Perlu dicatat dan diketahui, bahwa beliau berangkat dari Indonesia sudah dibekali ilmu oleh orang tuanya, bahkan walau umur masih sangat muda namun sudah cukup ‘allamah’, sudah sangat mahir dalam ilmu agama maupun ilmu pengetahuannya. Dari Hadhramaut beliau keliling ke 88 perbagai negara sumber-sumber ilmu untuk menuntut menimba ilmu, dan beliau mampu menguasai 37 ada riwayat juga mengatakan 47 bahasa.

 

Perjalanan Dakwah

Sehingga ketika beliau sempat berdakwah di Shanghai, cukup banyak mengislamkan bukan ratusan, dan tinggal di Shanghai sampai enam tahun. Kemudian dakwah beliau di India, bersama al-Habib Abdurrahman al-Habsyi, al-Habib Abdullah bin Abdurrahman al-Hamid bin Syaikh Abu Bakar, dan al-Habib Ibrahim Ba’Bud sempat mendirikan Masjid diberi nama “Nur Selangit”.

Beliau pernah juga berdakwah di Kalimantan, sampai akhirnya beliau mendirikan pondok pesantren dan tinggal di Sindang Laut.

Santri-santri beliau tidak sedikit, diantaranya Kyai Qoyyim itu sendiri adalah binaan dari al-Habib Umar bin Thoha bin Yahya, Kyai Absor Bendakereup, Kyai Abdul Jamil Buntet, hampir mayoritas kyai-kyai sepuh Cirebon mengambil ilmu dari al-Habib Umar bin Thoha. Melahirkan tokoh-tokoh yang luar biasa. Termasuk Kyai Qoyyim pernah ditahan oleh Belanda, dan Beliau al-habib Umar yang ikut membebaskan Kyai Qoyyim.

 

Keluarga

Istrinya orang belanda, dan satu lagi Hababah Maryamah keturunan sayid al-Qudsi turunan Kanjeng Gunung Jati.

Anak-anak dari ayahnya; Al-Imam Quthb Ghauts Al-Arifbillah Al-Habib Thoha bin Hasan bin Thoha  bin Muhammad Al Qodhi bin Thoha bin Muhammad  bin Syekh bin Ahmad bin Imam Yahya Ba ‘Alawy ;

1.         al-Allamah al-Arifbillah al-Habib al-Imam Abdullah (Imam Masjidil Haram, wafat di Madinah)

2.         al-Allamah al-Arifbillah al-Habib al-Imam Muhammad

3.         al-Allamah al-Arifbillah al-Habib al-Imam Ahmad, (Ulama Malaysia  wafat di Singapura)

4.         al-Majdzub al-Mahbub al-Allamah al-Arifbillah al-Habib Syekh. (Indramayu)

5.         al-Imam al-Kabiir al-Allamah al-Arifbillah al-Habib Hasyim, (ulama Haramain, wafat di Madinah)

6.         al-Imam Kabir al-Masyhuur Allamutud Dunya tsani al-Habib Umar Asadullah

7.         al-Habib al-Majdzub Muhiib ilaa hadhrati Habib al-Mahbub Sayyidil Syarif al-Habib Salim tinggal di Semarang berkhalwat 40 tahun.

8.         Sayyidah Imamah al-Alim Syarifah Aisyah

Jadi al-Habib Umar bersaudara ada enam saudara laki-laki dan satu orang wanita. Beliau seorang yang sangat ta’at berbaktinya kepada orangtua-nya, memiliki akhlak yang luhur lagi terpuji.

Beliau belajar melanglang buana menimba ilmu di berbagai negara di penjuru dunia, beliau dapat menguasai 47 bahasa.

al-Habib Umar Assadullah

Ketika beliau mau pulang dari Afrika menggunakan kapal, di dalam perjalanan menuju pelabuhan beliau dicegat oleh seekor singa betina, rombongan Beliau mengusir singa tersebut, tetapi sampai tiga kali dicegat oleh singa tersebut, ahirnya Beliau paham dan menyuruh orang-orang agar tidak menghalau untuk mengusir singa tersebut. Kemudian singa itu diikuti oleh al-Habib Umar bin Thaha bin Yahya, sesampai di sebuah tempat, ternyata terdapat tiga anak singa yang masih kecil-kecil. Setelah itu Singa betina sang Ibunda seperti menyerahkan kepada al-Habib Umar kemudian ia wafat. Maka dipeliharalah ketiga singa kecil tersebut oleh Habib Umar, ikut dalam kapal perjalanan pulang ke Hadhramaut.

Ketiga singa tersebut dipelihara oleh Habib Umar hingga kembali ke Indonesia, dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat. Beliau juga mendapat hadiah seekor harimau dari Kyai Ageng Sela. Satu lagi seekor kuda jantan yang tinggi gagah. Kemana-mana beliau senantiasa menunggangi kuda dan di kawal oleh ketiga singa dan harimau tersebut.

Karena dikawal singa ini pula, al-Habib Umar bin Thoha bin Yahya dikenal al-Habib Umar Asadullah (Singa Allah). Singa adalah lambang Raja dan ksatria, ada sifat utama singa:

Al-Habib Umar bin Thoha bin Yahya terkenal keras, tetapi tepat guna dan tepat sasaran. Beliau yang memiki pendirian yang sangat kuat sekali, dan sikap atau sifat gelar ‘Assadullah’ bagi Habib Umar memang sangat pantas sekali.

 

Jasa-jasa perjuangan beliau

Pernah ada peristiwa, yang terkenal “macanan”, yaitu ketika banyak para ulama, kyai dan habaib yang ditawan oleh Belanda di Pekalongan. Al-Habib Alwy menulis surat kepada al-Habib Umar di Indramayu untuk memohon pertolongannya. Maka al-Habib Umar bergegas pergi menggunakan kereta api ke Pekalongan. Beliau menyewa satu gerbong kereta api, ketika Beliau berangkat para penumpang dan tentara penjaga di stasiun geger ketakutan melihat al-Habib Umar datang menunggangi Kuda gagah dan dikawal oleh tiga singa dan satu harimau. Belanda yang mengetahui akan kedatangan al-Habib Umar segera mempersiapkan pasukannya untuk menghalangi kepergian dan perjalanan al-Habib Umar, setiap stasiun yang akan dilewati mendapatkan penjagaan yang sangat ketat oleh Belanda. Tetapi semua nyalinya menjadi ciut melihat al-Habib  Umar yang gagah menunggangi kuda, dikawal oleh tiga ekor Singa dan Harimau.

 

Belanda berupaya membujuk dan berdialog dengan al-Habib Umar, tetapi al-habib Umar menolaknya, dan memberi tugas kepada ketiga singanya, untuk pergi ketiga daerah yaitu Alas roban, …. , dan gunung tugel … untuk memanggil semua kawanan harimau dan singa untuk datang ke alun-alun kabupaten Pekalongan.

 

“tidak ada dialog, silahkan kalian berbicara kepada kawanan singa dan harimau ini, jika tidak dilepas segera hari ini para tawanan tersebut”, Belanda melihat hal tersebut menjadi ciut dan ketakutan yang akhirnya membebaskan para tahanan ulama, kyai dan habaib tanpa syarat. Kemudian setelah bebas, al-Habib Umar datang dan bicara kepada Gubernur, bupati Belanda untuk berdialog, “sekarang waktunya untuk berdialog”(setelah sudah bebas tawanan). Berkat dialog al-Habib Umar terjadi perubahan aturan politik Belanda, yang tadinya tidak memperbolehkan sekolah (dibatasi hanya kelas dua saja), akhirnya diperkenankan untuk sekolah bagi pribumi.

 

Pernah suatu ketika datang para ulama mufti dari perbagai Negara ke Indonesia sekitar 200 ulama, masing-masing memiliki suatu permasalahan yang hendak dipecahkan. Pada saat itu mereka datang ke Batavia, dan Mufti Batawi pada waktu itu adalah al-Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya. Beliau hanya bisa menjawab 20 permasalahan dari 200 permasalahan yang disampaikan. Beliau akhirnya berkata, “Permasalahan ini yang bisa menjawab adalah saudaraku al-Habib Umar bin Thaha bin Yahya, Indramayu”.

Akhirnya berangkatlah 200 ulama Mufti tersebut ke kediaman al-Habib Umar, al-Habib Utsman lupa memberitahukan perihal kedatangan para ulama tersebut. Dan ketika sampai dirumah al-Habib Umar, para tamu ulama Mufti tersebut melihat, al-Habib umar lagi duduk santai bersanding dengan istrinya yang bule, karena Beliau berperwakan seperti bule, maka dikira oleh rombongan mereka memasuki rumah yang salah, di kira rumah orang Belanda. Setelah kembali ke al-Habib Utsman, Beliau tertawa, dan mengatakan bahwa rumah yang didatangi itu sudah benar, orang yang seperti bule itu adalah al-Habib Umar. Akhirnya para rombongan kembali lagi ke rumah beliau, dan seluruh permasalahan dapat diselesaikan semua ditangan al-habib Umar bin Thaha bin Yahya. Pada peristiwa ini, ada pelajaran yang sangat mahal dan berharga, yakni ketika beliau hendak menjawab permasalahan terutama yang terkait dengan Al-Qur’an dan Hadist, beliau minta ijin untuk mandi terlebih dahulu, ber wudhu shalat dan keluar menemui para ulama dengan pakaian jubah yang lengkap memakai wewangian yang sangat harum, beserta membawa wewangian (bakar gahru), menunjukkan betapa memuliakan serta mengagungkan ilmu.

Datuk Umar juga mempunyai pasukan peninggalan ayahnya jid Thoha bin Hasan bin Yahya, pasukan khusus Cipeuting, yang ketika perlawanan Rafles Inggris ketika mau menduduki kesultanan Yogyakarta. Banyak pasukan Inggris yang tiba-tiba dihabisi oleh pasukan Cipeuting ini. Beliau hubungannya yang dekat dengan Kesultanan Yogyakarta

Karena ketampanannya puteri Gubenur Jendral Belanda tergila-gila kepada al-Habib Umar hingga akhirnya di nikahkan, setelah peristiwa ‘Kerawang’. Pada waktu itu Kerawang daerah Waduk Gede di sayembarakan karena setiap banjir kota Kerawang kebanjiran terendam air, yang mengakibatkan pertanian di daerah tersebut hancur rusak semuanya. Ternyata ada satu sumber pusat pertemuan sungai cilimus, citarum dan ciliwung, sehingga alirannya tersendat, ternyata disitu istana jin didalam pusat pusaran tersebut. Dengan izin Allah SWT yang bisa menundukkan adalah al-Habib Umar bin Thaha bin Yahya. Setelah kejadian itu, Alhamdulillah aliran sungai terpecah dan lancar. Karena hal tersebut Habib Umar diberi penghargaan oleh Belanda bahkan waktu itu dibangunkan Tugu Penghormatan, dan dinamakan daerah situ ‘Waduk Gede’. Putri Gubernur Belanda pada waktu itu setelah melihat ketampanan al-Habib Umar berkata, jika dengan orang itu tanpa sayembara saya juga mau.

Terkenal al-Habib Umar bin Thoha bin Yahya setelah peristiwa itu, disebut Keramat Gedongan.

 

Suatu ketika Habib Umar yang tinggal di Indramayu kedatangan tamu orang berkebangsaan Perancis, kebetulan beliau sedang berada di pekarangan rumahnya, namun orang Perancis tersebut yang ditemani oleh penterjemah bahasanya tidak mengira kalau yang ditemui di pekarangan rumah tesebut adalah orang yang ingin ditemuinya, yaitu al Habib Umar bin Thoha bin Hasan bin Yahya, penampilan Habib Umar saat itu memang mengecohkan tamu orang Perancis tersebut karena berpakaian sangat santai dan bersahaja, walaupun perawakan Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya yang seperti diriwayatkan berperawakan gagah, ganteng, berkulit bersih, namun masih saja mengecoh tamunya orang Prancis, karena melihat penampilan luar atau baju yang di kenakan oleh beliau.

Sesaat kemudian beliau masuk, setelah mempersilahkan tamunya duduk. Beliau keluar dari kamar untuk kembali menemui tamunya, spontan tamu tersebut terkesima ternyata yang tadi barusan ditemui dan ditanya, adalah Habib Umar bin Toha bin Hasan sendiri.

Lalu dimulailah percakapan yang disampaikan oleh orang berkebangsaan Perancis tersebut sambil di terjemahkan oleh penterjemahnya, al-Habib Umar menyimak dengan baik apa yang disampaikan, sebelum semuanya disampaikan, al-Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya mengetahui maksud dan ‘inti’ yang disampaikan, ternyata menurut nara sumber Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya menguasai 47 bahasa dengan sangat baik.

Tentunya termasuk bahasa Perancis, namun beliau sangat menghargai ketidak pahaman tamunya tentang beliau, sehingga beliau menyimak dengan sangat baik apa-apa yang disampaikan, sungguh hal ini menunjukan akhlak karimah yang luhur, akhlaknya yang diajarkan oleh Datuknya Baginda Nabi SAW, dan menunjukkan kealiman akan ilmunya, Beliau mengamalkan ilmu tentang Adab Berbicara.

Lalu beliau meminta ijin, dan menyampaikan kepada penterjemaah untuk diperkenankan  untuk bertanya kepada orang Perancis tersebut langsung, "apakah benar ada sesuatu yang ingin disampaikan empat mata dengan beliau ?", lalu penterjemaah tersebut bertanya, dan orang perancis tersebut kaget, karena bagaimana al-Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya mengetahuinya, sedangkan dia mengira Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya tidak memahami bahasa Perancis.

Kemudian al-Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya meminta dengan sangat hormat kepada penterjemaah tersebut menunggu di teras, dimulailah percakapan antara Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya dengan orang Prancis tersebut, sementara Habib Umar meminta orang tersebut mengeluarkan semua unek-unek yang ingin disampaikan dalam bahasa perancis, dan akhiranya orang tersebut sudah paham bahwa Habib Umar sesungguhnya memahami bahasa Perancis dengan baik, setelah unek-unek itu semuanya disampaikan akhirnya habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya menyampaikan saran dan pendapatnya kepada org tersebut juga pandangan-pandangan beliau terhadap masalah yang dihadapi, kembali orang Prancis dibuat tekejut dengan apa yang disampaikan oleh Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya, serta mengakuinya betul apa yang disampaikan oleh Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya, kemudian Habib Umar menyuruh orang itu untuk mengikuti saran-sarannya saat kembali ke perancis.

Sewaktu kembali ke Perancis orang tersebut mengikuti semua saran-saran al-Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya. ‘Subhanallah’ dengan pertolongan Allah SWT, mudahnya masalah-masalah yang memberatkan selama ini dapat diselesaikan, lalu beberapa waktu kemudian orang Perancis tersebut mengajak keluarganya ke Indonesia untuk bertemu Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya di Indramayu. Ketika bertemu dengan Habib Umar pada akhirnya keluarga orang Perancis itu mengucapkan dua kalimat Syahadat didepan Habib Umar bin Toha bin Hasan bin Yahya...Subhanallah.....

 

Anak-anak dari Al-Imam Quthb Aqthab Ghauts Al-Arifbillah Al-Habib Umar Assadullah bin Thoha bin Hasan bin Thoha  bin Muhammad Al Qodhi bin Thoha bin Muhammad  bin Syekh bin Ahmad bin Imam Yahya Ba ‘Alawy ;

1.         Al-Alamah Quthbil Aqhtab Al Habib Al Imam Abdullah

2.         Quthbil Mastur Al Habib Thoha

3.         Al-Alamah Mukasyf Al Habib Ahmad

4.         Al-Alamah Al-Arifbillah Al Habib Aqil An Naqiib

5.         Al Habib Hasan

6.         Al Imam Hababah Syarifah Zainab

7.         Syarifah Al-Fadhilah Sayyidah Nur

8.         Al Imam Al-Allamah Quthbil Ghauts Al Habib Hasyim

 

Beliau meninggal pada tahun 1883 Masehi bertepatan tahun 1302 Hijriah, ditandai dengan meletusnya gunung Krakatau. Pada hari al-Habib Umar meninggal, sore dikuburkan, pagi harinya gunung berapi Krakatau meletus. Sebagai pertanda telah dipanggilnya seorang Wali Quthub yang telah diambil kembali oleh Allah Subhana Wa Ta’ala.

 

Beliau dikuburkan di Makam Gedongan, yang menunjukan al-Habib Umar adalah orang kaya (gedongan) yang dermawan.